Memaknai Tujuan Hidup dan Passion dalam Film “Soul”

Sumber gambar: channel youtube Pixar

Oleh: Abdul Karim

Film animasi Pixar selalu memukau penontonnya dengan cerita dan visual animasi yang menakjubkan. Kali ini Pixar mengeluarkan film dengan judul Soul, yang menjadi masterpiece dari Pixar di tahun 2020. Ditambah lagi soundtrack film musik jazz menjadi bumbu yang pas.

Soul, film animasi garapan seorang maestro bernama Pete Docter yang juga menggarap film animasi Pixar lainnya seperti Monster Inc (2011), Up (2009), dan Inside Out (2015). Tak heran jika film ini menyabet banyak penghargaan.

Di balik penghargaan dan studio besar yang menggarapnya, film Soul memiliki pesan yang sederhana namun dalam, yaitu tentang tujuan hidup dan passion yang disindir dalam film ini. Hal ini tentu saja cocok ditonton untuk anak muda yang sedang gila mengejar passion.

Soul dimulai dengan seorang guru musik paruh waktu disebuah sekolah menengah bernama Joe Gardner yang bermimpi menjadi seorang musisi jazz terkenal. Tawaran untuk menjadi guru tetap di sekolah tersebut tidak menjadikannya bahagia, ia masih bermimpi untuk menjadi seorang musisi jazz terkenal.

Ia masih bimbang dengan tawaran ini, mengingat ia masih belum memiliki pekerjaan tetap. Namun ia masih ingin menjadi musisi jazz terkenal.

Sampai pada suatu saat ia dihubungi oleh muridnya untuk tampil bersama Dorothea William, seorang musisi jazz terkenal, ia senang bukan kepalang. Dialognya yang sangat fenomenal di film ini adalah “Wow, I would die a happy man. If I can perform woth Dorethea William”.

Setelah ia bertemu dengan Dorothea dan mendapatkan tawaran penampilan besarnya, Joe meninggal, secara harfiah, ia mati sungguhan. Joe kemudian ditampilkan dalam bentuk ‘soul’ (jiwa/ruh) dan ia sedang menuju alam bernama the great beyond atau alam kematian.

Karena Joe tidak siap mati dan ingin tampil dengan Dorothea William, ia pun melarikan diri dari kematian. Menjelajahi alam lain dan tersesat di alam bernama the great before atau alam sebelum kehidupan. Tempat di mana manusia disiapkan untuk lahir ke bumi.

Di sinilah Joe bertemu dengan karakter bernama 22.22 adalah soul yang belum dilahirkan ke bumi. Agar 22 dapat terlahir di bumi ia harus menemukan “spark” miliknya. Spark digambarkan sebagai bagian dari emblem yang berisi minat atau passion seseorang, seperti menjadi pianis, chef, atau, pemain bola. Tugas Joe adalah membantu 22 untuk mendapatkan spark tersebut. Petualangan Joe dan 22 dimulai.

Petualangan Joe Gardner yang melintasi berbagai alam menjadikan alur dari film ini sulit ditebak. Ditambah lagi ketika karakter 22 hadir, konflik film menjadi semakin kompleks karena masalah yang mereka hadapi tidak berasal dari luar diri 22, namun dari dalam dirinya sendiri. Kita akan dibawa ke petualangan diri 22 dan dilema dirinya dalam mencari spark.

Musik jazz yang menjadi backsound sekaligus passion Joe menjadi perpaduan yang indah pada film ini. Penempatan dan pemilihan lagunya sesuai dengan adegan-adegan yang ditampilkan. Seperti permainan saksofon Dorothea William ketika ruangan masih kosong menunggu Joe. Atau backsound bass dan flute yang lembut ketika adegan 22 yang berada di tubuh Joe melakukan “jazzing” di trotoar jalan.

Makna Tujuan Hidup

Passion adalah sesuatu yang membuat kita tergugah dan selalu semangat untuk melakukannya. Kita akan selalu mengejar apa yang menjadi passion kita. Seperti Joe Gardner, dia mencintai musik jazz dan piano.

Passion dalam film ini adalah spark yang harus diisi untuk dapat terlahir ke bumi. Lalu passion milik Joe digambarkan dalam dialognya ketika berdebat dengan ibunya.

Music is all I think about. From the moment, I wake up in the morning. To the moment, I fall a sleep at night.”

Terdengar lebay, tapi seperti itulah orang-orang mengejar passion. Sekalipun passion tidak bisa memberi mereka makan. Joe yakin bahwa musik menjadikannya lebih berarti di kehidupan ini. Karena musik adalah satu-satunya yang ia pikirkan. Namun, inti dari film ini bukanlah soal passion, namun tujuan hidup atau “life purpose“. Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Apakah mengejar passion kita akan menjadikan kita bahagia dan lebih bermakna dalam hidup?

Ketika Joe akhirnya mendapatkan panggung besar pertamanya dengan Dorothea William, ia mendapati sesuatu yang aneh. Di depan pintu keluar menunggu taksi untuk pulang. Joe menyadari bahwa tak ada yang berubah setelah ia mendapatkan panggung besarnya ini. Ia merasa sama saja. Padahal, ini adalah sesuatu yang ia tunggu-tunggu selama hidupnya.

Lalu pada adegan-adegan selanjutnya, Joe menemui kehampaan. Dari sini Joe mulai sadar bahwa tujuan hidup bukan hanya soal mengejar impian atau mengejar passion hidupnya. Ketika Joe akhirnya meraih impiannya, ia merasa tak ada yang berubah dengan hidupnya.

Makna tujuan hidup semakin dekat ketika Joe bertanya kepada Jerry (konselor untuk soul yang belum terlahir) tentang spark milik 22. Joe masih berfikir bahwa spark adalah tujuan hidup dari seseorang. Tapi Jerry menjawab “A spark isn’t a soul’s purpose! Oh, you mentors and youre passions. Your purposes, your meanings of life. So basic.”

Joe lalu paham tentang apa yang dimaksud dengan spark dan tujuan hidup. Dari dialog ini sebenarnya sudah jelas. Tujuan hidup bukan hanya sekedar mengejar passion, hobi, atau sesuatu yang kita sukai saja. Tujuan hidup bukan hanya tentang itu, tapi tentang bagaimana memaknai hidup.

Pemahaman Joe tentang tujuan hidup diungkapkan di bagian akhir film. Ketika Joe berusaha menenangkan 22 dalam wujud dirinya. 22 merasa belum siap untuk lahir ke dunia, ia merasa belum menemukan spark miliknya. Joe dalam wujud kucing memberikan penjelasan “Yes, you did. Your spark isn’t your purpose. That last box fills in when youre ready to come live.”

Kalimat terakhir itulah yang menjadi amanat dari film ini, bahwa kita memang harus siap dengan kehidupan yang akan kita hadapi, apapun yang terjadi. Walaupun kita tak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, kita hanya harus menjalaninya.

Seperti Joe ketika diberi kesempatan untuk hidup kembali. Ketika ditanya akan dibuat apa kehidupan keduanya ini? Ia hanya menjawab “I’m not sure. But I do know, I’m going to live every minute for it.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *