Sumber foto: Liputan6.com
Oleh: Aditya Ramadhan
Suatu permasalahan yang sering menjadi fokus utama dari dunia buruh yaitu mengenai kesejahteraan buruh. Hal ini selalu menjadi suatu hal yang sensitif dalam perbincangan-perbincangan yang ada disela kehidupan. Mulai dari yang menyangkut kelangsungan hidup buruh, yang mana bila kita tahu dari tahun ke tahun permasalahan klasik ini muncul dengan fokus utama keinginan buruh untuk dinaikannya upah mereka dan juga mengenai kepastian kerja.
Di Indonesia, tingkat kesejahteran seorang buruh berada pada titik bawah masyarakat. Padahal, buruh merupakan salah satu unsur pendukung dari unit produksi yang memegang peranan penting dalam menghasilkan suatu produk.
Di sisi lain, pengusaha atau pemilik modal selalu melihat buruh sebagai budak yang mereka pekerjakan dengan upah seadanya sesuai kemampuan pengusaha. Buruh dipandang sebagai faktor produksi yang sama dengan faktor produksi lain, analoginya seperti bahan baku, yang apabila tidak dibutuhkan lagi akan diganti, dibuang seenaknya tanpa ada kompensasi dan memiliki keuntungan dimata pemilik modal. Kondisi yang seperti ini akan menciptakan keironian dan akhirnya akan menurunkan produktivitas. Rendahnya produktivitas inilah yang menjadi senjata pemilik modal untuk memberikan tingkat kesejahteraan buruh yang sangat rendah. Seakan dalam kehidupan ini selalu terdapat sekat serta perbedaan kelas sosial.
Hal seperti ini sama halnya yang dikemukakan oleh Lenin mengenai Kelas Sosial. Ia beranggapan bahwa kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Marx bahwa kelas berakar dalam hubungan sosial produksi, bukan hubungan dalam distribusi dan konsumsi. Di sini buruh sebagai kaum ploretariat, sedangkan pengusaha sebagai borjuis. Yang di mana kepentingan dari dua kelas itu secara objektif berlawanan satu sama lain. Pengusaha disini dapat dikatakan memiliki sikap yang konservatif sedangkan kaum buruh bersikap revolusioner. Jadi tidak heran jika sering kali kita dengar ataupun melihat aksi-aksi massa atau demonstran mengenai Gerakan buruh.
Mengenai Gerakan buruh, pada dasarnya gerakan buruh adalah bertujuan untuk terciptanya kesejahteraan bagi kaum buruh dan keluarganya. Dan untuk mencapai tujuan itu, serikat buruh tentu memiliki capaian-capaian yang terukur dan feasible. Hal ini seperti yang tertuang dalam buku karangan Lenin yang berjudul “Materialisme and Emperio–Kritik” yang membahas mengenai komentar secara kritis terhadap reaksioner.
“Tidak ada yang peduli pada nasib buruh, selama mereka mendapat kepuasan secara instan”. Kutipan di atas diambil dari salah satu tokoh dikartun Spongebob SquarePant yaitu yang bernama Squidward Tentacles. Dari kartun tersebut kita dapat melihat, bukan hanya untuk hiburan semata tetapi kita juga dapat buka pandangan bagaimana kehidupan kapitalis yang begitu berdampingan dengan kehidupan dan juga menjadi dampak yang kurang baik terhadap para buruh yang dipekerjakan para pengusaha secara semena-mena.
Dua kepentingan yang saling bertolak belakang tersebut akan menghasilkan keadaan yang tidak seimbang antara buruh dengan pengusaha. Buruh tidak bisa menuntut apa-apa karena hidup mereka berada ditangan pengusaha. Solusi yang mungkin bisa membantu buruh adalah munculnya peran pihak ketiga yang mampu menjembatani sekaligus memiliki kekuatan untuk menekan pengusaha yang dalam posisi ini dipegang oleh pemerintah. Kenyataannya, pemerintah pun kemudian tidak bisa berbuat apa-apa bahkan cenderung diatur pengusaha sehingga buruh harus memperjuangkan nasibnya sendirian.
Permasalahan mengenai peningkatan kesejahteraan buruh secara dasar tidak akan dapat dipecahkan oleh buruh itu sendiri atau negara bahkan dengan pengusaha. Masing-masing pihak tentu mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Buruh tentu saja ingin meningkatkan taraf kehidupannya secara stabil, negara ingin berperan besar dalam mengetas kemiskinan dan membuka banyak lapangan kerja, sedangkan pengusaha selalu berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya. Ketiga pihak inilah yang kemudian dituntut untuk saling berdiskusi satu sama lain untuk memberikan pemecahan dalam kaitannya dengan kesejahteraan buruh.
Karena jika dilihat dari histori sejarah kemerdekaan bangsa ini adalah sejarah perjuangan kelas pekerja. Jadi untuk membuat sejarah kembali dengan mewujudkan kesejahteraan bangsa ini sebagai sejarah perjuangan kelas pekerja.
Joosssss, tingkatkan