Salah satu sesi dalam Workshop Kajian Manuskrip yang dilaksanakan di Agro Wisata Kuncen (Sumber Foto: Istimewa).
Klikdinamika.com–Acara Workhshop Kajian Manuskrip Corner membawa kabar baik bahwa Laboratorium Filologi untuk mahasiswa dan dosen Program Studi Sejarah Peradaban Islam (Prodi SPI) akan segera dibuka. Namun, untuk saat ini, labolatorium tersebut masih dalam proses pengadaan, Minggu (13/10/2024).
Wahyu Hidayat selaku dosen serta narasumber menyampaikan bahwasanya SPI akan segera memiliki Laboratorium Filologi yang rencananya berada di Gedung D lantai 1.
“Saya hanya akan menyampaikan sedikit informasi. Informasi bahwa kita sebentar lagi akan mempunyai Laboratorium Filologi, dan alhamulillah-nya Laboratorium Filologi ini didukung penuh oleh fakultas. Lab-nya ada di Gedung D lantai 1, sampingnya Ruang Organisasi Mahasiswa (Ormawa),” ujarnya.
Labolatorium Filologi tersebut sedang dalam tahap proses pematangan, yang direncanakan akan dibuka sebelum ujian tengah semester.
“Jadi, pengadaan laboratorium itu sedang dalam proses. Insyaallah nanti waktu ujian tengah semester sudah dapat digunakan untuk praktek, terutama yang semester 3,” tambah Wahyu.
Wahyu juga sempat menyampaikan tujuan diadakannya Labolatorium Filologi.
“Nah, sekarang dari program ini, saya mengajukan untuk pengadaan live-nya, yakni salah satunya dengan sosialisasi dan workshop ini. Tujuannya agar mahasiswa punya private place untuk kajian naskah sendiri. Enggak cuma mahasiswa, namun dosen dan akademisi yang tertarik dengan naskah itu punya episentrum sendiri atau titik untuk belajar itu,” tegasnya.
Muhammad Fairuz Kadomi selaku narasumber, juga menyampaikan pentingnya mahasiswa sejarah paham dengan ilmu Filologi. Sebab, dalam ilmu Sejarah dekat dengan Filologi.
“Filologi sangatlah penting dalam Sejarah dan tidak jauh dari Sejarah. Sebenarnya, Filologi dan Sejarah seperti simbiosis mutualisme، di mana keduanya saling membutuhkan dan menguntungkan,” ujarnya.
Menurut Edo, studi manuskrip di daerah Salatiga masih minim. Penelitian sejarah yang bersumber dari manuskrip pun sangat sedikit di Prodi SPI. Oleh sebab itu, pengadaan Labolatorium Filologi menjadi untuk belajar mengenai Filologi.
“Mahasiswa sejarah yang melakukan penelitian dengan basic-nya manuskrip atau bersumber dari manuskrip itu masih sedikit. Jadi, saya merasa senang dengan adanya laboratorium ini, karena saya juga bisa belajar lebih lanjut tentang studi penaskahan,” tambahnya.
Salah satu narasumber lain, Alfan, menyampaikan bahwa mempelajari Filologi mampu membuat seseorang terhindar dari hoax.
“Dengan belajar Filologi kita dapat terhindar dari hoax, karena tidak dipungkiri, kita dari dulu sudah hidup berdampingan dengan hoax. Contohnya seperti kisah Ajisaka aksara Jawa, dengan adanya Filologi dapat menjadi kritik sejarah tersebut,” ujarnya. (Nanda/red)