Aksi Kamisan ke-2 Salatiga: “Balada Menuju Pengadilan Mulyono” sebagai Surat Kecil Untuk Jokowi

Aksi diam dalam rangakaian Aksi Kamisan di depan Tugu Panacasila, Lapanagan Pancasila, Salatiga (Sumber foto: Mada/DinamikA).

Klikdinamika.com–Salatiga adakan Aksi Kamisan ke-2 bertajuk “Balada menuju pengadilan Mulyono: Retaknya Hidung Sang Raja” sebagai surat kecil untuk Presiden Jokowi. Aksi Kamisan ini berlangsung di Lapangan Pancasila Salatiga, Kamis (17/10/2024).

Titik kumpul Aksi Kamisan berada di area Tugu Pancasila. Aksi ini diikuti kurang lebih 15 orang, yang terdiri dari para mahasiswa dan masyarakat umum.

Ramzy selaku massa aksi, mengatakan bahwa Aksi Kamisan ini adalah surat kecil untuk Presiden Jokowi.

“Aksi Kamisan ini adalah surat kecil untuk Presiden jokowi sebelum dia lengser dari jabatannya. Memang ini adalah pesan terakhir untuk Jokowi karena dia tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah Hak Asasi Manusia (HAM),” terang Ramzy.

Ramzy juga memaparkan tujuan sebenarnya dilaksanakan aksi ini.

“Aksi ini sebagai bentuk penyadaran kepada publik bahwa kita tinggal di negara yang sakit, negara yang tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah HAM-nya. Padahal, HAM berkaitan langsung dengan urusan manusia, urusan keluarga. Itu seharusnya diselesaikan oleh pemerintah, bukan justru malah diabaikan,” jelas Ramzy kepada reporter Klikdinamika.com.

Menurut Ramzy, pemerintahan terlampau abai pada isu-isu HAM di negara ini, baik kasus HAM masa lalu maupun kasus HAM masa kini.

“Ketika melihat hari ini, pemerintah justru abai dengan permasalahan yang ada, terutama lebih khusus HAM sendiri. Kita melihat masalah HAM terakumulasi begitu banyak, baik masalah HAM masa lalu pun sampai HAM di masa sekarang ini,” imbuhnya.

Obet, salah satu peserta aksi, ikut menyumbangkan pendapat soal arti aksi simbolik yang mereka lakukan kali ini.

“Aksi simbolik kita berlangsung selama 30 menit, dilakukan dengan diam tanpa bersuara. Aksi diam ini sebagai bentuk dari kekecewaan kita terhadap pemerintah. Bentuk usaha untuk menyadarkan orang banyak, bahwa negara tidak menyelesaikan apapun. Payung hitam yang digambarkan sebagai hukum yang harusnya ditegakkan,” ucapnya.

Obet pun sempat menyampaikan bahwa bentuk aksi diam sebagai kemuakan mereka terhadap pemerintahan yang diwarnai ketidakjujuran.

“Aksi diam sebagai gambaran kemuakan kami. Kemuakan itu sebagai gambaran kecilnya kami kepada rezim saat ini, yang selalu menyebar kebohongan-kebohongan. Tujuannya agar masyarakat ingat pada mereka–korban-korban HAM,” ujarnya.

Kembali dengan Ramzy, dirinya menyampaikan harapan ke depan terkait dengan Aksi Kamisan di Salatiga.

“Harapannya–lebih khusus Salatiga–mereka tetap hidup, tetap berjalan menjadi corong untuk menyuarakan keadilan, mereka tetap menjadi corong untuk orang-orang yang tertindas, untuk orang-orang yang dikecewakan oleh negara. Aku juga berhadap bahwa Salatiga akan menjadi tempat yang bukan hanya branding kota pensil, tetapi juga menjadi kota yang peduli terhadap masalah HAM,” tegasnya. (Disya/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *