Peserta Sekolah Kebangsaan di Agro Wisata Kuncen (Sumber Foto: Diqa/DinamikA).
Klikdinamika.com–Tular Nalar gelar Sekolah Kebangsaan bertajuk “Gen Z Dapat Memilih dan Fasih Demokrasi dengan Mengedepankan 3T: Tahu, Tanggap, Tangguh yang dilaksanakan di Agro Wisata Kuncen, Minggu (13/10/2024).
Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 90 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam (Prodi SPI). Faidi selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) SPI, menyampaikan bahwa mahasiswa harusnya bisa menjadi agen demokrasi di Indonesia.
“Membangun demokrasi dari bawah, dari diri kita sendiri dengan cara tidak menjadi agen penyebar hoax. Tapi, jadilah agen anti hoax dan menjadi agen demokrasi Indonesia,” ujar Faidi dalam sambutannya.
Wahyu selaku Person in Charge (PIC) Tular Nalar menjelaskan tujuan acara sekolah kebangsaan ini diselenggarakan dan kaitannya dengan rencana diadakannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang.
“Agar mahasiswa yang notabenenya sebagai pemilih pemula, mereka bisa kebal terhadap hoax. Agar peserta juga punya daya atau kekuatan untuk pre-bunking hoax atau pengindraan hoax,” tuturnya.
Selain itu, Wahyu menyampaikan pengidentifikasian atau pengelompokan tingkat daya kuat pengindraan hoax dibagi menjadi tiga yakni 3T: tahu, tanggap, tangguh.
“Formulanya adalah 3T: tahu, tanggap, tangguh. Pertama: tahu, mahasiswa akan tahu dulu bagaimana syarat-syarat sebagai pemilih pemula. Lalu, yang kedua itu tanggap, yaitu merespon informasi yang masuk ke kita dengan berpikir itu salah atau benar. Ketiga, nih, kita akan menjadi tangguh. Ketika kita sudah tahu rumusnya, kita akan menjadi pribadi yang tangguh terhadap hoax,” jelasnya.
Wahyu juga sempat mengungkapkan harapan untuk acara Sekolah Kebangsaan kali ini.
“Harapannya, ya, acara ini dapat mengimunisasi peserta–dalam hal ini supaya mereka tangguh terhadap informasi yang beredar secara liar yang mana bisa betul bisa salah. Lalu, peserta dapat menanggapinya secara ilmiah dan bijaksana,” ujarnya
Ida selaku fasilitator, turut memberikan pernyataannya bahwa menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) pasti akan banyak ditemukan informasi yang melenceng dan akan mempengaruhi pembaca maupun penonton. Informasi tersebut dibagi menjadi 3 yakni kacau isi, kacau diri, dan kacau emosi.
“Kacau isi biasanya adalah berita yang konteks isinya melenceng dengan apa yang diberitakan, tidak benar. Kalau kacau diri adalah berita yang menyerang salah satu pasangan calon (paslon) atau bisa disebut dengan menyerang personal. Sedangkan kacau emosi, adalah berita yang bertujuan untuk memancing respon emosi dari si pembaca,” tegasnya.
Maka dari itu, Ida mengimbau untuk membentengi diri dari informasi-informasi hoax. Mahasiswa harus dapat menganalisis 3T.
“Agar terhindar dari berita ataupun informasi yang melenceng, maka dari itu kita harus bisa menganalisis diri dengan 3T,” imbuhnya.
Marta, salah satu peserta yang hadir memberikan kesannya terhadap acara kali ini.
“Kesan saya terhadap kegiatan seperti ini sangat menarik. Ada diskusi kecil yang tidak terlalu serius–dalam artian informasi yang disampaikan dengan begitu santai namun tetap ditangkap secara utuh. Kita jadi bisa mengerti betapa pentingnya berhati-hati dalam menerima informasi, terutama dalam ranah politik seperti Pemilu dan Pilkada ke depan,” terang Marta. (Nanda/red)