Forum Diskusi Dema Fakultas Syari’ah: “Fakultas Syari’ah Punya PR Apa?”

Foto bersama setelah pelaksanaan diskusi Dema Fasya

Sumber Foto: Izlal/DinamikA

Klikdinamika.com–Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fakultas Syari’ah (Fasya) mengadakan forum diskusi bertajuk “Fakultas Syariah Punya PR Apa?” bersama organisasi eksternal mahasiswa yang berasal dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) beserta mahasiswa umum lainnya yang diselenggarakan di lapangan Kampus 2 Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Kamis (16/4/2024).

Ketua Dema Fasya, Rizky Pirmansyah, menegaskan bahwa pelaksanaan forum diskusi yang dilakukan oleh Dema Fasya merupakan salah satu langkah gerak dalam pengadvokasian, khususnya di lingkungan Fasya sendiri.

“Dilaksanakannya Forum diskusi ini sebagai langkah gerakan pengadvokasian, khususnya di Fasya Meninjau masih banyak sekali Pekerjaan Rumah (PR) di Fasya, baik itu masalah akademik, masalah fasilitas, mahasiswanya ataupun ekosistem yang dibangun,” ucap Rizky.

Rizky juga mengatakan bahwa diadakannya diskusi ini menjadi menarik, dengan dihadirkannya tiga organisasi eksternal dalam satu forum–di mana hal tersebut merupakan hasil dari pemikirannya.

“Ini menjadi menarik bagi saya, karena ini memang hasil dari pemikiran saya. Saya meyakini bahwa mereka, organisasi eksternal, adalah mahasiswa yang tidak apatis, dalam artian saya tidak mengecualikan mahasiswa yang lain,” jelasnya.

Rizky juga menambahkan alasan mengapa menghadirkan organisasi-organisasi eksternal, yaitu karena Dema Fasya telah menjamin mitra kolaborasi dan mitra strategis demi mewujudkan hal yang baik di lingkungan Fasya.

“Kami mengundang organisasi eksternal, karena kami sudah menjalin mitra kolaborasi dan mitra strategis–di mana kita akan berkolaborasi dalam hal yang sifatnya untuk hal yang lebih baik. Kita ingin menghidupkan ekosistem yang bagus. Memang organisasi-organisasi eksternal jarang berada di satu forum, sehingga kami–Dema Fasya–ingin mengharmoniskan hal itu dan hal tersebut juga merupakan PR kami,” tambahnya

Dalam pemaparan orasinya, M. Khusni Nabil selaku Ketua PMII Rayon Zubair Umar Jaelani menyinggung mengenai majunya era digital yang tidak dibarengi dengan kemajuan pergerakan mahasiswa di kampus.

“Era digitalisasi semakin canggih, akan tetapi tidak dengan pergerakan mahasiswanya. Di Kampus ini (red: kampus 2) yang dulunya dijadikan tempat diskusi, saat ini hanya digunakan sebagai tempat yang begitu-begitu saja (red: kuliah, ngopi). Itulah yang kemudian jadi kritik bagi mahasiswa, bahkan menjadi kritik besar organisasi-organisasi yang bergerak di ranah sosial,” paparnya.

Selanjutnya, ia mengatakan pemikirannya terkait kampus yang sedang dalam keadaan baik, justru mengalami keadaan yang sebaliknya

“Kampus yang sedang baik-baik saja itu adalah kampus yang tidak baik-baik saja. Kampus yang tidak baik-baik saja maka kampus itu sedang dalam keadaan baik,” lanjutnya.

Dalam pandangannya, Syauqi Mahasin selaku Ketua IMM Prof. Achmadi menjelaskan bahwa masih banyaknya PR di kampus. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa problem yang terjadi bukan hanya berasal dari kampus, melainkan dari diri mahasiswa juga.

“Kami ingin memberikan tanggapan dan kritik terkait PR yang berhubungan dengan Fakultas Syariah. PR ini berasal dari teman-teman kami sendiri, dan tentunya ada banyak PR di kampus. Sebagai organisasi eksternal, kami menyadari bahwa masih banyak pekerjaan rumah di dalam kampus, termasuk isu-isu yang kontroversial. Tidak hanya dari pihak kampus, tetapi juga dari diri kita sendiri. Segala permasalahan yang ada di kampus perlu kita diskusikan. Proses diskusi-diskusi ini nantinya kita sampaikan keluh-kesah kita kepada pihak terkait.”

Dalam menyikapi hal tersebut, ia berpesan bahwa perlu adanya introspeksi dan koreksi diri bersama-sama hingga timbul kenyamanan .

“Oleh karena itu, kita perlu yang namanya introspeksi dan koreksi, agar kita dengan teman-teman itu sama-sama nyaman. Selain itu, introspeksi dan koreksi diri sangat penting agar kita dapat menyongsong sinergi bersama untuk meningkatkan kualitas fakultas.”

Sebagai tambahan, Syauqi menegaskan seberapa penting acara ini.

“Acara ini merupakan sebuah acara yang penting bagi seluruh mahasiswa, mengingat dengan acara ini kira dapat saling membuka mata, membuka relasi bersama. Namun, kita perlu mengevaluasi juga, apakah dengan adanya kegiatan diskusi ini dapat menghasilkan suatu proses yang nyata? Atau malah hal tersebut hanya terkait eksistensi semata? Maka dari hal tersebut, dapat menjadi sebuah acuan kita sekiranya diskusi seperti ini dapat dilakukan kembali atau tidak ke depannya,” terang Syauqi.

Deby Pratama, selaku Ketua Komisariat HMI Kartono Zarkasyi, menyampaikan bahwa diskusi ini lebih menekankan pada kesadaran mengenai banyaknya permasalahan di Fasya yang harus diselesaikan.

“Diskusi kali ini menekankan pada kesadaran kolektif yang harus diselesaikan bersama. Perlu digarisbawahi bahwasanya banyak sekali permasalahan di Fasya. Hal-hal terkait fasilitas, pelayanan akademik yang terbilang masih jauh dari harapan beberapa mahasiswa, dan secara substansial tentang profesionalitas pendidik (dosen) yang seringkali ugal-ugalan dalam hal pengajaran. Semisal, perkuliahan secara daring yang tidak efektif dan bersifat formalitas belaka. Terkait role model, dalam hal ini (Ormawa) masih kurang peka terhadap isu-isu yang berkembang, dan walaupun ada pembicaraan, itu selesai pada diskusi kusir. Kami berharap setiap Ormawa sekiranya bisa mengevaluasi terkait tugas dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari birokrasi kampus,” tuturnya.

Lebih lanjut, Deby menjelaskan mengenai PR apa saja yang dimiliki Fasya.

“PR bagi Fasya adalah lebih ke sarana prasarana di area kampus yang tidak mewadahi, area parkir yang tidak mencukupi, dan penjadwalan perkuliahan di hari Sabtu yang dirasa kurang bijak,” jelasnya. (Alfhi/Izlal/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *