Sumber Foto: Fadlan/DinamikA
Klikdinamika.com– acara puncak Festival Keadilan telah dilakukan, yang bertepatan pada peringatan Hari HAM Internasional. Eko Prasetyo selaku inisiator terbentuknya Komite Politik menjelaskan tawaran progresif yang akan berlangsung kedepan dari Komite Politik, Selasa (12/12/2023).
Melihat dinamika politik hari ini, dapat dibilang sebagai dekadensi moral yang tengah terjadi. Kemudian, apa yang menjadi gugatan dan tindakan apa yang harus kita lakukan hari ini?
Pertama, ini adalah kematian demokrasi yang berbahaya, kalau Pemilu kemudian tidak menciptakan rotasi pemerintahan yang demokratis, maka itu akan menjadi berbahaya. Mereka-mereka (baca: pemerintahan) akan mengabadikan kekuasaan yang sangat otoriter. Maka Komite Politik memutuskan untuk menjadi oposisi permanen. Oposisi di sini siapapun yang berkuasa, tetap beroposisi. Karena oposisi adalah primer kekuasaan. Kami dorong anak muda untuk berani menjadi kekuatan oposisi, karena memang begitu peran anak muda, bukan larut dalam situasi kekuasaan. Dengan beroposisi, rakyat punya teman, punya pendamping.
Kedua, terus berkampanye membangun kesadaran politik bahwa situasi sedang jumud. Maka rakyat harus berani berinisiatif, berani terlibat, berani ikut organisasi berani ikut gerakan. Jangan sampai situasi yang intimidatif itu membuat kita semakin takut. Siapa yang berani melakukan, ya anak-anak muda menurut saya yang berani memutus mata rantai kejumudan. Masyarakat pasti menunggu anak-anak muda, gerakan 1998 itu adalah mahasiswa dulu yang bergerak baru kemudian masyarakat akan bergerak. Mahasiswa harus berani melakukan inisiasi Komite Politik itu, dengan mendorong inisiatif politik yang lebih baru, masyarakat kemudian akan tahu bahwa Komite Politik menyuarakan problem yang mereka alami.
Ketiga, selain kampanye, kita mulai bangun pengetahuan politik kepada anak-anak muda, pendidikan politik menjadi salah satu mekanisme kami, kami akan melakukan pendidikan politik di semua tempat. Maka akan ada Bivitri Susanti, Rocky Gerung dan lainnya yang akan menjadi pengajar-pengajar di Komite Politik kami, sehingga teman-teman muda akan diajari pengetahuan politik yang sesungguhnya.
Kita selalu berbicara soal bahwa kita tidak menemukan ‘Musuh Utama’ di dalam perpolitikan hari ini, padahal ‘Musuh Utama’ kita adalah oligarki itu sendiri. Dan banyak orang-orang atau anak muda yang hari ini masih merasa bahwa kita tidak bisa menentukan siapa ‘Musuh Utama’nya. Menurut Anda sendiri bagaimana?
Menurut saya ‘Musuh Utama’ kita adalah problem hari ini; harga beras naik, harga UKT naik. Ini sebenarnya masyarakat terbebani, beban masyarakat itulah musuh masyarakat. Nah mengapa naik, ya karena permasalahannya seperti ini yang tidak bisa mengendalikan semua hal dan menyerahkannya kepada mekanisme pasar oligarki. Mewujudkan itu (baca: Musuh Utama) memang dihidupkan melalui problem-problem masyarakat. Ketika harga beras naik, siapa yang bertanggung jawab? Mestinya masyarakat tahu siapa yang bertanggung jawab atas kehidupan buruk seperti ini. Pengetahuan itu sudah dimiliki masyarakat, cuman mahasiswa harus menjadi perantara kesadaran. Dalam istilah Antonio Gramsci, organiknya di sana. Oganiknya harus membangun suatu kenyataan atau bangunan politik yang organik.
Kini karena kita sudah hampir mendekati puncak pesta demokrasi, apa yang menjadi harapan kedepan dan apa juga yang harus dilakukan oleh anak muda?
Menurut saya sebagai anak muda harus berani mengambil keputusan politik yang menurut mereka (baca: anak muda dan masyarakat) dipercayai sebagai jalan keluar. Keputusan kami mendirikan Komite Politik itu adalah keputusan yang maksudnya adalah kami berada bersama Komite Politik. Lalu, Komite Politik akan menjadi oposisi, terserah siapa yang akan menang bagi kami, tapi kami akan berada berhadapan dengan Anda (baca: pemenang Pemilu). Maka bergabunglah anak muda, terserah pilihan kalian apa, tapi bergabunglah dengan Komite Politik, karena Komite Politik inilah yang akan mengawasi rezim manapun yang akan berkuasa. (Ramzy/red)