Puisi: Tanah yang Suci

Sumber Foto: Kompas.id.

Oleh: Sikna Aurel Rianditha

Banjir darah di antara reruntuhan
Tanahku bukan lagi dataran
Melainkan puing berserakan
Kainku tidak lagi putih
Melainkan berpeluh darah

Seruan kemenangan hanyut bergetar
Bukan ketakutan yang datang menghadap
Melainkan rindu lantang berkumandang
Ratapan datang bergantian
Berpangkal pada yang ditinggalkan

Kiranya bisa aku katakan secara gamblang
Sudikah Tuan mendengar?
Negeri ini tidak lagi asri
Tersisa rumput yang lestari
Sudikah Tuan menghibah satu genggam gandum?

Di langit sana
Suara menderu seakan enggan padam
Ledakan tidak lagi sekadar mengadar
Melainkan menjadi jamuan tak terelakkan
Sudikah Tuan menghentikannya?

Mantra yang terapal hanyalah doa
Pekik pilu bukan lagi soal diri
Melainkan aduan kepada Yang Merajai
Kami tidak menyerah
Tiada alasan untuk bertekuk lutut meminta ampun

Siapa pula takut kematian?
Kerana surga adalah akhir dari ujian
Kami akan selalu hidup di atas tanah ini
Tanah yang suci


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *