Sumber Foto: Cnnindonesia.com.
Oleh: Zahra Amaliya/Kontributor
Sore dengan desir angin yang begitu kencang
Suara itu datang dipikiranku
Renjana yang selama ini ingin kutuangkan
Keluh kesahku yang akan kusampaikan di hari itu
Semuanya tidak dapat aku utarakan lagi
Suara yang selama ini takut untuk kudengar
Sekarang menjadi kenyataan
Ketika seseorang datang dengan memberi kabar yang tidak diinginkan
Aku hanya bisa berpasrah dalam keadaan
Aku yang terduduk lemas dengan air mata yang berlinang
Dekapan terakhir yang kuberikan untukmu dengan tangisan yang begitu pilu
Ikhlas?
Sungguh sangat berat kuucapkan
Begitu lemah diri ini melihat dirimu yang tidur dengan keadaan kaku tak bernyawa
Kumandikan dirimu serta kususun tiga lapis kain putih yang akan kupakaikan untukmu
Kau yang dulu suka menggunakan pakaian yang begitu rapi
Sekarang pulang hanya dengan membawa bekal tiga lapis kain putih
Kuantarkan dirimu di rumah masa depanmu
Menggunakan kendaraan tak beroda
Melainkan hanya menggunakan bantuan kaki manusia
Diiringi lantunan kalimah “laa ilaa ha illallah”
Tempat tidur yang biasanya beralaskan kasur dan bantal
Kini sudah berubah menjadi tanah
Kain putih yang melapisimu
Kini berubah menjadi kain yang berwarna cokelat
Bunga yang selama ini hanya bisa kau hirup
Kini sudah berubah menjadi taburan bunga yang menghiasi tempat istirahatmu
Ayah …
Anakmu yang selalu kau manja kini hanya bisa mengirimkan doa untukmu tanpa bisa bertemu denganmu
Sekarang anakmu ini dituntut untuk menjadi dewasa sebelum waktunya
Jika waktu bisa kuputar kembali
Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu
Aku ingin selalu menjadi anakmu yang selalu kau anggap kecil
Ayah…
Bahkan sampai ketika kau meninggalkan dunia ini
Kau tidak pernah datang menghampiriku walaupun hanya bau yang dapat kucium
Tolong datanglah ke mimpiku
Agar diriku dapat memelukmu serta menyampaikan rindu yang selama ini belum sempat kusampaikan kepadamu…
Selamat tinggal ayah
Cintamu akan selalu abadi dalam hatiku
