Klikdinamika.com, Salatiga – Aksi menolak keberadaan sarana transportasi berbasis aplikasi online kambali digelar Induk Paguyuban Angkota Salatiga (IPAS) dan Organisasi Angkutan Darat (Organda), Senin, (21/8). Aksi ini merupakan pertemuan ketiga dalam rangka penyampaian aspirasi pihak angkota kepada pemerintah kota. Aksi dilakukan karena transportasi berbasis aplikasi online masih beroperasi di Salatiga.
Aksi menolak transportasi online di Kota Saltiga dipusatkan sepanjang terminal Taman Sari. Sejumlah 423 armada dikumpulkan di Taman Sari dan di depan Gedung Walikota Salatiga mulai pukul 09.00 s.d 13.00 WIB.
Salah seorang supir angkota, Ceple (46) mengatakan, “Sebanyak 600 supir angkota ikut dalam aksi ini. Tidak hanya dari angkota Salatiga dari jalur satu sampai jalur tujuh belas, tetapi juga angkota Suruh, Sruwen, dan Kopeng.
“Pertemuan sebelumnya kan lisannya ada, yaitu melarang gojek. Tapi resminya belum. Jadi, kami meminta keputusan resminya dari pemerintah kota,” kata Ceple.
Sebagai langkah pengambilan keputusan, rapat koordinnasi digelar di gedung Walikota Salatiga. Rapat dihadiri oleh Walikota Salatiga, Ketua DPRD Kota Salatiga, Dandim Dipenegoro 0714 Kota Salatiga, Wakapolres Salatiga, Ketua IPAS, dan Ketua Organda. Hasil akhir belum dapat diputuskan, mengingat tidak adanya perwakilan dari pihak transportasi online.
Ketua DPRD Kota Salatiga Teddy Sulistio mengatakan bahwa Dinas Perhubungan (Dishub) akan memanggil pihak gojek dan mengambil keputusan bersama-sama.
“Percayakan kepada kami, pasti akan mengambil rumusan-rumusan yang terbaik. Kami pasti akan membuahkan suatu kebijakan yang tepat,” ujar Teddy diakhir sambutan.
Ketua IPAS, Agus Siswanto, ditemui usai rapat koordinasi di kantor Walikota Salatiga mengatakan bahwa pihak dari gojek tidak hadir sehingga kemunikasi dua arah tidak berjalan.
Menurut Agus, keputusan tidak akan diputuskan dalam satu hari. Tetapi, pihaknya meminta agar putusan segera disampaikan. Jika tidak ditemukan kesepakatan, maka pihaknya akan melakukan mogok selama beberapa hari.
“Kita sudah diberikan keputusan dari sana. Kalau besok gojek bisa diundang, pasti selesai. Tapi bila gojek tidak ada, ya, jur koyo ngene,” imbuhnya.
Smentara itu, Agus menghimbau agar masyarakat mencari alternatif lain selama angkutan tidak beroperasi. Ia mengatakan bahwa aksi mereka adalah cara untuk menyalurkan aspirasi agar pemerintah kota benar-benar berkonsep menangani masalah tersebut.
“Kita menguji seberapa jauh ketegasan pemerintah kota. Jika satu dua hari tidak ada ketegasan, kami akan melayani lagi, tatapi akan memberikan shock theraphy kepada pemerintah kota. Kami tidak akan membayar restribusi, tidak membayar Kir, dan tidak akan membayar SK.”
Agus berharap agar masalah tersebut dapat secepatnya diaelesaikan agar masayarakat bisa kembali terlayani. “Yang penting saya tidak ingin ada kejadian yang neko-neko. Jangan mudah terprovokasi. Kita selama ini baik, harus baik terus.”
Wali Kota Salatiga, Yulianto mengatakan bahwa aspirasi sudah diterima pemerintah dan akan ditindaklanjuti. Meskipun belum menghasilkan keputusan akhir, masyarakat harus tetap dilayani dengan baik, sehingga aspirasi juga akan terpenuhi. Ia berpesan bahwa aksi harus dilakukan dengan elegan, santun, dan taat aturan.
“Mari kita menjaga Kota Salatiga aman, tenteram, kondusif, dan jauh dari kekerasan. Semua bisa dilakukan dengan musyawarah untuk mencapai kemufakatan,” pungkas Yulianto. (Dina/Anik/Red)