Nelayan Tambakrejo Ganti Profesi menjadi Pengepul Kerang Hijau

Sumber Foto: Anna/DinamikA

Klikdinamika.com– Warga Tambakrejo, Gayamsari, Kota Semarang memanfaatkan penanaman kerang hijau sebagai upaya kerja sampingan akibat banjir rob, Minggu, (04/06/2023).

Fadillah (54), salah satu Ibu Rumah Tangga di RT 6 RW 16 sempat menjadi nelayan, sekarang melakukan penanaman kerang. Ia mengatakan, bahwa kerang hijau ini bisa untuk kerja sampingan.

“Alhamdulillah mbak, kerang hijau ini bisa untuk nambah penghasilan, satu hari bisa mendapatkan Rp. 500.000, tapi itu belum termasuk biaya bensin, pekerja dan lainnya,” ungkap Fadillah saat diwawancarai Reporter DinamikA, Minggu (4/6).

Fadillah menjelaskan, bahwa Ia sudah bekerja selama 10 tahun menjadi petani kerang hijau ini. “Saya sudah 10 tahun kerja seperti ini, setiap hari rutin saya lakukan. Setelah kerangnya dipisah, saya jual ke pengepul di Tambaklorok”, ungkapnya.

Ia menambahkan, beberapa masyarakat mengembangkan budi daya kerang hijau di sepanjang wilayah pesisir di daerah itu yang luasnya mencapai lebih dari 100 hektare.

“Pada saat musim panen, produksi kerang minimal 5 ton per hari dengan harga jual Rp 5.000 per kilogram, usaha sampingan ini jika terus digeluti, akan mampu meningkatkan pendapatan warga di sini,” tuturnya.

Prayitno, Ketua RT 5 RW 16 Tambakrejo mengungkapkan, bahwa mayoritas warganya sekarang tidak lagi melaut akibat banjir rob.

“Warga Tambakrejo mayoritas profesinya nelayan, sekarang sudah transisi. Tambak juga habis akibat abrasi,” ujarnya.

Ia mengatakan, masyarakat lebih memilih profesi lain, karena penghasilan menjadi nelayan tidak sebanding dengan pengeluaran.

“Sekarang, nelayan tidak murni nelayan. Biaya yang dikeluarkan sama penghasilan tidak sebanding. Sekarang disiasati dengan tempat pemancingan, penanaman kerang hijau, wisata laut seperti mangrove. Jadi tidak fokus ke mencari ikan saja,” ungkapnya.

Marzuki selaku Ketua Paguyuban Armada Laut Tambakrejo membeberkan, bahwa banyak warga beralih profesi karena hasil laut sudah tak menjanjikan.

“Warga yang menjadi nelayan sekarang sedikit mbak, tangkapan ikan sudah berkurang,” paparnya.

Saat ini, dalam sehari paling banyak mendapatkan penghasilan dari melaut sekitar Rp 100.000 – 150.000 sekali jalan.

“Padahal dulu dalam sehari bisa mencapai Rp 500.000 dalam sekali jalan,” jelasnya. (Anna/Parid/red)

Artikel ini merupakan hasil liputan bersama LPM se-Semarang Raya dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *