Banjir Rob Hantui Tambakrejo, Aktivitas Masyarakat ‘Tergenang Air’

Sumber Foto: Parid/DinamikA

Klikdinamika.com– Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang jadi wilayah langganan banjir rob. Wilayah yang terkena banjir rob berdampak signifikan bagi aktivitas masyarakat. Tak ayal jika sebagian warganya memilih untuk pindah, Minggu (04/06/2023).

Mukisah (66), warga Tambakrejo RT 5 RW 16 yang menetap sejak 1973, mengaku bahwa banyak warga kampung yang pindah karena banjir rob.

“Rumah adik saya sudah ditinggal begitu saja selama 2 tahun. Sudah tidak pernah diurus, jadi rusak karena terkena rob,” ungkap Mukisah saat diwawancarai Reporter DinamikA, Minggu (4/6).

Banjir rob setinggi atap (Sumber Foto: Parid/DinamikA)

“Rumah anak saya juga sudah roboh, padahal baru saja ambil pinjaman di bank. Sekarang pindah ke Pucang Gading,” tambah wanita 66 tahun tersebut.

Bukan hanya rumah adiknya, rumah tetangganya juga memiliki nasib yang sama.

“Rumah tetangga juga ada yang habis karena rob, bahkan sampe roboh. Barang-barang ditelan air. Sekarang pindah ke daerah Tugu. Ada juga rumah yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya ke Kalimantan, ada juga yang hanyut karena pasang air laut tersebut,” imbuhnya.

Mukisah juga menjelaskan, dulu belakang rumahnya adalah pemukiman padat penduduk, akan tetapi sekarang sudah jadi laut karena banjir rob sering menggenang daerah tersebut. “Lautnya dulu jauh, ada pohon bakau juga. Tetapi sekarang habis semua diterjang air,” jelasnya.

Tak hanya rumah yang terkena dampak banjir rob, jalan kampung juga tergenang air. “Sebelum ditinggikan, jalan kampung sering terendam air, orang pergi ke mushola harus bawa botol air, gunanya untuk membasuh kaki, karena jalan yang dilewati airnya kotor,” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan bahwa dulu mata pencaharian masyarakat mengandalkan tambak sebagai penghasil pundi-pundi uang. “Dulu tambak masih lengkap, sekarang habis semua. Galengan (red: sepetak jalan di tengah tambak) sudah nggak ada, habis tersapu banjir rob,” tegasnya.

Transisi dari tambak yang ada galengan menjadi waring
(Sumber Foto: Parid/DinamikA)

Senada dengan Mukisah, Waliyah (52), warga Tambakrejo RT 5 RW 16 yang sudah bermukim sejak kecil, tahun 1971, mengaku ada warga yang memilih meninggalkan kampung karena rumahnya tenggelam.

“Di sini kalo tidak punya banyak uang, tidak bisa merenovasi rumah. Banyak yang pindah, rumah bagus-bagus ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya, sekarang sudah hilang, hilang karena banjir rob yang datang hampir setiap hari,” ujarnya saat diwawancarai Reporter DinamikA, Minggu (4/6).

“Rumah anak saya sekarang sudah ditinggalkan, dia berpesan kalau ada rezeki ingin bangun kembali rumahnya, sekarang sudah beli rumah baru di daerah Kwaron. Banyak yang ditinggalkan, yang roboh juga banyak mas,” terang perempuan paruh baya tersebut.

Untuk mencegah banjir rob masuk ke dalam rumah, Mukisah sempat meninggikan rumahnya sampai 4 kali. “Rumah saya batur (red: menambah pondasi) sendiri, sudah ditinggikan 4 kali, sekarang sudah harus dibatur lagi tetapi gak bisa karena sudah gak kerja,” keluh Mukisah.

Usaha mencegah rob juga dilakukan oleh Waliyah. Rumahnya sempat ditinggikan, akhirnya dia bangun rumah lagi di tanah yang sama. “Rumah ini baru, tanahnya sama seperti bangunan rumah yang dulu, sekarang yang jadi lantai ini dulunya adalah genting,” jelasnya.

“Rumah saya yang dulu kalo masuk sampe harus merunduk, rumah tingginya 3,5 meter, saya tinggikan 3 kali, sampe antara lantai dengan genting berjarak 1,5 meter, nangis batin kalau cerita itu mas,” sambungnya dengan mimik wajah sendu.

Akses jalan antar RT juga terputus bila air rob naik. “Jalan kampung sudah ditinggikan 2 kali, terlalu (red: air rob yang menggenang jalan) mas, kalo jalan kampung tenggelam akses antar RT terputus, nggak bisa lewat,” tegas Waliyah.

Mukisah dan Waliyah sudah tinggal lebih dari 50 tahun di Tambakrejo. Mereka menjelaskan bahwa banjir rob mulai sering terjadi pada tahun 2009.

Sementara itu, Prayitno selaku ketua RT 5 RW 16 mengakui banyak warganya yang pindah dari Tambakrejo. “Satu RT dulu ada sekitar 70-an KK, sekarang tinggal 50-an KK. Tetapi yang tinggal di RT 5 ini tidak lebih dari 30 orang, karena banyak yang pindah,” jelasnya saat diwawancarai Reporter DinamikA, Minggu (4/6).

Prayitno mengaku bahwa warganya dulu banyak yang menjadi petani tambak. “Tambak habis akibat banjir rob. Sekarang sudah transisi, banyak warga yang beralih profesi,” ungkapnya.

Pemerintah juga melakukan upaya penanggulangan banjir rob yang dialami warga Tambakrejo. “Keluhan warga terkait pemukiman yang dihuni, karena jalan kena rob, rumah juga akan kena rob. Subsidi yang dilakukan pemerintah adalah dengan meninggikan jalan supaya tidak tergenang rob lagi,” pungkas ketua RT 5 tersebut. (Thoriq/Fad/red)

Artikel ini merupakan hasil liputan bersama LPM se-Semarang Raya dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *