Demokrasi Bukan Melulu Tentang PEMIRA

Sumber foto: gardapapua.com

Oleh: Thoriq B. Firdaus


Saat ini demokrasi menjadi pembahasan yang menarik dan hangat untuk diperbincangkan, bersama dengan HAM, kekerasan seksual, krisis iklim dan konservasi lingkungan. Apalagi bagi kalangan mahasiswa, tentu bukan pembahasan yang asing lagi. Mulai dari pelataran kampus, angkringan sampai dengan kos-kosan, pembahasan tentang hal tersebut pasti menarik untuk diperbincangkan. Pembahasannya mulai dari perspektif yang biasa-biasa saja yang didukung teori-teori dari dalam kelas sampai dengan pemikiran yang njlimet dan ndakik yang diusung tokoh filsafat.


Demokrasi seolah menjadi bahan bakar bagi berjalannya diskusi di lingkar mahasiswa. Kalian mau cari pengertian, fungsi, manfaat dan seabrek tetek bengek tentang demokrasi pasti ada disana. Tidak usah saya paparkan panjang lebar tentang pengertian demokrasi dari tokoh A sampai Z, kawan-kawan pasti sudah tau. Kalo masih belum tau, bisa search di ponsel pintar kawan-kawan tentang ‘Apa itu demokrasi?’ pasti akan keluar sederet pengertian tentang demokrasi.


Sederhananya, demokrasi dapat digambarkan, si Fulan menjadi bagian dari anggota remaja masjid, dalam musyawarah si Fulan tentu bisa memberikan usulan, pandangan dan kritikan pada forum remaja masjid, karena memiliki andil dalam berjalannya kegiatan remaja masjid. Selain dalam musyawarah, si Fulan pun memiliki andil untuk memantau kinerja dari pengurus dalam melakukan kegiatan baik harian, bulanan maupun tahunan. Bilamana kegiatan berjalan dengan baik dan semestinya si Fulan akan memberikan apresiasi, namun sebaliknya si Fulan akan memberikan usulan bila ada kesalahan, kekurangan maupun cacat pelaksanaan yang dikoordinasikan oleh pengurus remaja masjid.
Dikalangan mahasiswa demokrasi kampus menjadi isu yang seksi. Demokrasi di kampus pertama kali dijejalkan pada mahasiswa saat kegiatan PBAK. Dimana presiden dan senator mahasiswa berorasi layaknya singa diatas podium. Berorasi mulai dari sejarah gerakan mahasiswa sampai dengan sumpah mahasiswa. Dititik itulah demokrasi di kampus begitu diagungkan dan seolah terlihat menawan.


Pada perjalananya demokrasi kampus yang oleh kawan-kawan mahasiswa dititipkan pada SEMA, DEMA, dan HMPS yang sering kita sebut dengan ormawa selayaknya memberikan kebebasan berpendapat bagi mahasiswa. Alhamdulillah, hal tersebut sudah terlaksana dengan adanya penyampaian aspirasi mahasiswa yang diisi melalui google form, namun si Fulan tidak tahu kelanjutan dari pengisian tersebut.


Berbicara soal indeks demokrasi kampus, si Fulan kurang paham dan tidak mengetahui tentang hal tersebut. si Fulan tetap mendukung iktikad baik ormawa dalam menjalankan periode kepemimpinannya dan semoga berpihak pada keseluruhan mahasiswa. Mengenai indeks demokrasi kampus, biarlah kawan-kawan mahasiswa yang menilai sendiri, bagaimana ormawa berkiprah dalam menjunjung demokrasi.
Mahasiswa IAIN Salatiga sebentar lagi akan disuguhkan puncak Pemilihan Umum Raya atau dikenal dengan PEMIRA. Event tahunan ini oleh mahasiswa sering kali menjadi ajang adu kuat dan adu cerdas taktik dalam berdemokrasi. Seolah implementasi dari demokrasi sepenuhnya jatuh pada event tahunan ini. Namun, merujuk pada gambaran sederhana diatas, demokrasi bukan melulu tentang Pemira, akan tetapi keberlangsungan ormawa juga menjadi penting dalam jalannya demokrasi.


Demokrasi prosedural (baca: pemira) kampus, selalu menghadirkan hal-hal yang menarik. Dalam diskusi kali ini, mengambil kalimat dari Coen Husain Pontoh dari Indoprogress, dikatakan bahwa demokrasi memilih yang terbaik dari yang paling buruk. Kemudian, mengutip dari Franz Magnis Suseno seperti yang pernah diungkapkan oleh Goenawan Mohamad mengatakan bahwa pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa. Sayangnya dalam Pemira kali ini hanya ada satu pasangan calon tunggal, lalu bagaimana mahasiswa memilih kalo cuma satu paslon? Sebagai mahasiswa yang akademis, intelektuil dan bijaksana kawan-kawan pasti memiliki jawaban atas PEMIRA tahun ini.


Berkaca pada ormawa tahun kemarin, kawan-kawan harusnya bisa cermat dan bijak dalam melangkah serta memberikan pilihan. Karena dari apa yang kita putuskan pada tanggal 23 Desember 2021 akan menentukan masa depan demokrasi di kampus kita tercinta. Setelah ajang PEMIRA ini, mahasiswa akan menitipkan demokrasi kampus pada para presiden mahasiswa, senator mahasiswa, ketua himpunan, dan seluruh kabinet. Menjaga demokrasi menjadi tugas bersama, Pemira hanyalah gerbang awal dari euforia demokrasi, euforia sebenarnya adalah ketika kabinet tersebut melangkah, berjalan bahkan berlari dalam periodenya. Kawan-kawan mahasiswa berhak memantau kinerja ormawa demi menjaga asas demokrasi.


Sekian ceramah yang dapat diberikan, bila ada kata yang menyinggung atau menyakiti beberapa pihak mohon dimaafkan, mari kita belajar bersama menjadi insan yang lebih bijaksana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *