Berawal dari Instagram, Hingga Sampai Kos-kosan: Tingkah Genit Senior S2 Mendekati Mahasiswa Baru S1

Ilustrator Foto: Aulia Ulfa/DinamikA

Oleh: Kamal dan Rifka

Pelecehan seksual dapat terjadi kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun. Menurut data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada 24 April 2025, kekerasan seksual sepanjang 2024 meningkat, tercatat sebanyak 4.178 perempuan melakukan pengaduan kekerasan seksual ke Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, sedangkan kekerasan seksual di jenjang Universitas tercatat sudah ada 82 laporan masuk sepanjang tahun 2021-2024. Itu hanya laporan yang diadukan saja, untuk laporan yang belum terungkap kemungkinan lebih banyak daripada itu.


Di UIN Salatiga sendiri yang notabenenya Universitas Islam-pun tidak dapat dipungkiri kekerasan seksual tetap terjadi. Pada tanggal 11 Agustus 2025, laman instagram @uinsalatiga.parkir memposting salah satu pesan yang berisi laporan dugaan pelecehan seksual dengan cuplikan pesan dari seseorang calon korban “sudah muncul buayanya”, dengan menunjukkan pesan dari pelaku dengan cuplikan “Jangan sungkan kalau adek butuh bantuan nggeh, aku di Salatiga”.


Postingan itu memancing mahasiswa lain yang menjadi korban untuk berani speak up, serta dibanjiri komen para korban dan mahasiswa lainnya yang merasa resah dengan kejadian tersebut. Postingan itu juga turut mengundang perhatian dari Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Salatiga, yang mana PSGA memiliki program Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) yang menangani masalah kekerasan seksual.

Pengakuan Korban

Beberapa korban yang berkomentar di postingan @uinsalatiga.parkir dan korban yang telah diwawancarai oleh klikdinamika, menggunakan motif yang sama untuk mendekati para korban. Motif awalnya melalui Direct Message (DM) instagram yang merambat ke WhatsApp dengan iming-iming akan dibantu untuk pembuatan makalah dan publikasi jurnal.


Hannah—bukan nama sebenarnya, mengatakan, mulainya dari instagram, ketika ia sedang mencari bantuan untuk publikasi jurnal. Terduga pelaku beritikad membantu sampai akhirnya obrolan itu sampai ke WhatsApp. “Tapi aku masih belum 100 persen yakin. Takut gitu loh, Kak. Udah lah, aku bilang nggak jadi, lain waktu aku kabarin lagi,” katanya (22/8/2025).


Obrolan Hannah tidak berlanjut, sampai akhirnya beberapa waktu setelahnya terduga pelaku menghubungi kembali dan merujuk pada obrolan untuk berkunjung ke kos-kosan terduga pelaku. “WhatsApp-nya sempet aku save, dan (red: aku) jadi penonton story-nya. Nggak tahu awal chat-an gimana, tiba-tiba dia nyuruh aku main ke kosnya. Aku juga bingung, kenapa orang ini kok seberani itu. Dan sempat juga dia nyuruh aku nongkrong di Omah Kebon, Pulutan. Karena tempat persinggahan (red: terduga pelaku) di sana kalau setiap malam,” lanjutnya.


Selain dengan modus tugas, Lala—bukan nama sebenarnya, korban lainnya menceritakan, modus terduga pelaku dengan bertanya bagaimana kehidupan korban, lalu menawari bantuan dengan tujuan mendekati korban. “Di awal dia masih biasa saja, tak pikir ya cuma anak UIN biasa. Makanya aku tanggepin dan nggak mikir gimana-gimana,” tuturnya (20/8/2025).


Namun seiring berjalannya waktu, terduga pelaku sudah berani mengajak keluar main bahkan mengajak untuk main ke kosnya dengan berbagai iming-iming dan desakan. “Tapi aku kaget saat dia ngajak main ke kosnya. Saat aku menolak, dia memberikan opsi lain kayak tempat nongkrong gitu. Dan saat aku bilang ‘nggak ada uang’ dia bilang mau bayarin. Tapi aku malah jadi risih, soalnya dia ngotot ngajak ketemu dan main ke kos,” lanjutnya.


Setelahnya, Lala sudah tidak menanggapi chat dari terduga pelaku. Karena dianggapnya risih dan tidak pantas. Ditambah dengan foto dan video yang dikirimi terduga pelaku yang sampai hari ini tidak dibukanya. “Habis itu spam foto video, nggak tahu isinya apa. Udah hilang, nggak kubuka soalnya,” lanjutnya kembali.


Dengan pendekatan yang sama, terduga pelaku mendekati korban lain dengan seolah-olah mengajak berkenalan. Lili—bukan nama sebenarnya, mengatakan, bahwa awalnya ia mengabaikan chat dari terduga pelaku. Namun, saat gawai milik Lili dipinjam seorang teman, terduga pelaku ternyata kembali mengirimi pesan dan direspon teman Lili.


“Nah, awalnya aku abaikan, lah. Sampai pas HP-ku dipinjem temen, dia DM lagi. Kayak ngirim video random gitu, kan temanku anaknya emang jail. Jadilah dibales sama temenku, sampe berlanjut ke WA. Nah lama-lama lumayan deket gitu. Terus juga pas aku ada urusan, dia gercep bantu aku, mana sok peka lagi,” katanya (18/8/2025).


Menurut Lili, dia awalnya mengira bahwa terduga pelaku itu orang baik-baik. Karena saat mereka bertemu, terduga pelaku juga tidak menunjukkan perilaku aneh-aneh, malah terkesan baik. Bahkan terduga pelaku mau menemani Lili belanja. Tetapi yang membuat Lili kaget, terduga pelaku berkata hendak membayarkan biaya kuliah milik Lili.


“Ketemu sih paling makan sambil cerita random. Belanja bulanan pun pernah sama dia. Paling gong-nya tuh dia pernah ngeyel mau bayarin UKT semesterku kemarin. Tapi nggak aku kasih, soalnya kayak gimana gitu,” lanjutnya.


Lili mengaku kaget saat kasus ini viral, dia tidak menyangka bahwa pria yang selama ini dekat dengan dia, bukanlah pria baik-baik dan dia merasa takut kalau dia diguna-guna oleh pelaku. “Oh jelas syok berat, temanku yang kemana-mana kita berdua pun kaget nggak nyangka dia kayak gitu. Jujur aku takut diguna-guna, soalnya beberapa kali makan bareng, dibeliin air minum pas di pondokku habis air galonnya, dibeliin obat panas dalam juga,” akunya.


Lili juga mengatakan bahwa setelah kasus ini viral, dia membatasi interaksi dengan terduga pelaku, dia mengaku takut menimbulkan masalah baru jika ia memblokir nomor terduga pelaku. “Semenjak aku tau ini, aku agak membatasi sih. Soalnya kayak gimana ya, campur aduk. Mau ngeblok nomernya dia, takut jadi masalah baru, jadi ya udah diem aja, mana aku masih pura-pura nggak tau,” lanjut Lili.

Laporan yang didapatkan oleh Satgas PPKS


Setelah kasus viral di laman instagram @uinsalatiga.parkir, menumbuhkan kepercayaan diri korban untuk melaporkan kasus tersebut ke Satgas PPKS. Setelah adanya postingan tersebut, Satgas PPKS sudah menerima beberapa laporan dari korban.


Rina Asih Handayani, Ketua Satgas PPKS mengaku bahwa ia awalnya tidak tahu ada kasus ini. awal mula ia tahu, adalah setelah admin akun Instagram Satgas PPKS mengirim screenshot dari akun @uinsalatiga.parkir. “Laporan awalnya saya itu melihat di akun @uinsalatiga.parkir, awalnya saya nggak tahu. Terus kita ada admin Instagram Satgas PPKS, kemudian di-screenshot-kan, dikirim ke kami,” katanya (26/8/2025).


Rina menjelaskan, berdasarkan laporan-laporan dari korban yang dia dapat, terduga pelaku itu melancarkan aksinya berawal dari menawarkan joki tugas dan akan membantu pengerjaannya. “Pelaku ini, dia modusnya dengan ‘saya ajari, ke kos saya’ beberapa korban itu sebenarnya menolak. Tapi ternyata si pelaku nggak berhenti di situ, bahkan kemudian ‘yaudah kita ke (lapangan) Pancasila, ke tempat terbuka’ kemudian dijemput, eh taunya dibawa ke kosannya,” jelasnya.


Dari laporan yang masuk, apabila korban diajak kembali dan korban menolak, maka korban akan diancam foto dan videonya akan disebarkan. “Iya kalau ga mau, diancam. fotonya atau videonya akan di sebarkan, tapi kan itu nggak bisa diteruskan juga,” lanjutnya.


Bahkan kemarin ada laporan bahwa orang tua dari salah satu korban sudah mengetahui tentang hubungannya dengan si terduga pelaku, hingga orang tua korban berniat akan menikahkan anaknya dengan terduga pelaku. Namun, untungnya orang tua korban menyelidiki terlebih dahulu seperti apa latar belakang pelaku itu.


“Jadi kemarin itu ada salah satu orang tua korban itu bilang ‘wes, opo dinikahke wae (red: sudah, apa dinikahkan saja)’ Tapi alhamdulillah orang tua korban sadar, itu bukan solusi. Karena sudah ketahuan cowoknya bermasalah gitu. Kalau dinikahkan, opo ora jumprungke anake (red:apa tidak menjatuhkan anaknya) ke jurang? ya kan, bahagia nggak? nggak kan,” serunya kepada reporter DinamikA.


Sebenarnya kasus ini sudah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya, namun baru tahun ini para korban berani speak up. Korban yang sekarang sudah menginjak semester 3, mengaku sudah didekati terduga pelaku sejak menjadi mahasiswa baru.


“Kejadiannya yang semester 3 itu pas PBAK dan berlanjut sampai sekarang, karena sudah ada beberapa barang yang digunakan untuk mengancam si korban. Misalnya ancaman seperti ‘kamu ngomong gitu di media sosial apa maksudmu, aku bisa tuntut kamu lho, dengan pasal pencemaran nama baik,” ucap Rina, seraya menirukan ucapan pelaku.

Penanganan yang Dilakukan oleh Satgas PPKS


Rina Asih, Ketua Satgas PPKS, mengatakan bahwa sejak adanya laporan masuk, mereka langsung mengidentifikasi korbannya. Tetapi, untuk melindungi korbannya, tim Satgas tidak mempublikasikan proses penyelidikan.


“Padahal sejak laporan itu masuk ke kami, kami langsung mengidentifikasi, ini korbannya siapa. Ternyata korbannya kan banyak, ya. Kemudian ada satu laporan, dua laporan, kami tidak bisa menyebutkan karena ini privasi. Tapi kami tidak bermaksud menutup-nutupi, kami tetap berproses. Memang dalam penanganan kasus seperti ini, ada banyak hal yang harus kita jaga, termasuk identitas korban kita harus jaga juga. Karena itu akan berpengaruh ke psikologi mereka,” katanya (26/8/2025).


Menurut keterangan Rina Asih, Satgas PPKS baru menerima laporan resmi dari mahasiswa, 3 hari sebelum PBAK dimulai. Maka dari itu, pihak Satgas tidak langsung mengejar terduga pelaku. Tetapi mengkoordinasikan terlebih dahulu dengan Wakil Dekan (Wadek) 3 dan Satgas dari masing-masing fakultas.


“Saya tidak langsung mengejar si pelaku, karena itu H-2 atau H-3 pelaksanaan PBAK. Saya kemudian koordinasi, kalau fakultas kan yang mengurusi PBAK itu Wadek 3, saya laporan ke wadek 3, termasuk saya koordinasi dengan Satgas PPKS di setiap fakultas. Langsung saya kasih tahu ada kasus seperti itu, sasarannya mahasiswa baru. Ayo kita bareng-bareng kita melakukan tindakan preventif pencegahan supaya tidak terjadi korban-korban berikutnya,” imbaunya.


Rina juga menjelaskan, proses yang sedang dilakukan oleh Satgas PPKS saat ini, bahwasanya saat ini Satgas PPKS sedang dalam pengumpulan bukti-bukti, agar terduga pelaku bisa ditindak menggunakan jalur hukum. Ia juga memaparkan, jika kasus ini memang benar-benar akan dilanjutkan ke jalur hukum, maka harus mendapatkan persetujuan dari korban, agar mereka bisa dan mau memberikan kesaksian.


Selain mengumpulkan bukti-bukti dari korban, tim Satgas PPKS juga menyelidiki letak kos terduga pelaku. “Ternyata kos-kosannya itu letaknya jauh dari warga. Termasuk juga dia kos di situ nggak pernah bayar dan kemarin juga sempet warga ramai-ramai mengusir pelaku dari kos,” ungkapnya.


Selain menyelidiki kos tempat terduga pelaku tinggal, Satgas PPKS juga melacak status kemahasiswaan. Karena menurut laporan-laporan yang didapat, terduga pelaku merupakan mahasiswa S2. Kemudian setelah ditelisik lebih lanjut, terbukti terduga pelaku memang merupakan mahasiswa S2, tetapi ia melakukan pemalsuan dokumen ketika pendaftarannya. “Tetapi ternyata setelah ditelisik, mahasiswa ini dia melakukan pemalsuan dokumen,” tuturnya.


Dari bukti-bukti yang sudah ada, langkah awal yang diambil tim Satgas ialah menonaktifkan terduga pelaku sebagai mahasiswa terlebih dahulu, menggunakan kasus pemalsuan dokumen tersebut. “Maka yang paling memungkinkan itu untuk menonaktifkan si pelaku dengan pasal itu dulu. Karena untuk pasal kekerasan seksual, bukti kita masih kurang. Karena korbannya belum pada datang,” katanya kembali.


Untuk mencegah terjadinya kasus pelecehan seksual kembali, Satgas PPKS akan memulai program edukasi yang dimulai dengan pemasangan banner tentang pelecehan seksual di setiap fakultas.


“Mental-mental mahasiswa itu masih rapuh hanya karna dalih cinta, mereka sudah menyerahkan segalanya. Nah itu yang harus kita perkuat, jadi PR kami untuk mengedukasi. Saat ini kami masih dalam tahap untuk membuat stand banner gitu, nanti akan kami pasang di fakultas-fakultas. Nanti ada sosialisasi bentuk pelecehan sosial itu seperti apa saja dan ancaman hukuman pidananya,” ucapnya.


Selain pemasangan banner, Satgas PPKS sudah melakukan koordinasi dengan para dosen agar nanti ada pemberian edukasi kepada para mahasiswa. Satgas mengusulkan supaya diadakannya mata kuliah terkait pencegahan kekerasan seksual.


“Kami sudah menyampaikan untuk para dosen agar nanti memberikan edukasi kepada para mahasiswa, khususnya yang mahasiswa baru. Agar memiliki kekuatan mental, karakter yang kuat, untuk mau berproses. Dan tidak mudah tertipu oleh rayuan-rayuan instan yang menggiurkan. Itu upaya kita, termasuk dalam mata kuliah nanti, kita akan usulkan ke Pak Rektor, penguatan terkait pencegahan kekerasan seksual supaya dimasukkan ke dalam mata kuliah, tapi ini masih rencana kami, Ini masih wacana,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *