Menyelesaikan Masalah dengan Self-Efficacy

Oleh: Novita YR

Seberapa PD (percaya diri) sih kamu mampu menyelesaikan masalah hidup?

Coba bayangin, masalah terbesar apa yang pernah kamu alamin; Masalah keluarga kah? Masalah finansial kah? Atau Masalah asmara?
Dan sekarang coba bayangin hal terbesar apa yang menghalangi kamu dalam menyelesiakan masalah tersebut?

Mungkin waktu itu kamu merasa nggak dibantu siapa-siapa, kamu merasa sendiri banget, atau mungkin kamu merasa nggak punya dukungan finansial yang mumpuni untuk menyelesaikan itu, penyelesaiannya butuh uang dan kamu nggak ada uang.


Tapi aku yakin kalo misalnya mungkin, bukan kedua hal tersebut, aku yakin bahwa kamu tahu bahwa terkadang hal yang menghalangi kamu untuk menyelesaikan masalah terbesar di dalam hidupmu adalah dirimu sendiri.


Kamu nggak yakin aja bahwa kamu bisa, kamu nggak PD aja kalo kamu bisa menyelesaikan masalah-masalah di dalam hidupmu, dan akhirnya kamu jadi nggak ngapa-ngapain. Atau bahkan lebih parah lagi, kamu malah menghindar.


Dan sekarang coba bayangin, kalau kamu bisa PD dalam menyelesaikan masalah-masalah hidupmu. Bayangin kalo kamu bisa menyelesaikan masalahmu dengan PD, dengan penuh keyakinan.

Mungkin kamu akan ada di tempat yang berbeda banget daripada kamu yang sekarang.Tapi, emang gimana sih caranya kita bisa tahu kalau kita lagi banyak masalah dan kita bisa menyelesaikannya dengan keyakinan.

Nah, Oleh karena itu kali ini kita akan belajar tentang kunci jadi PD dalam menghadapi masalah dengan Self-Efficacy. Dan nanti kita juga kan belajar apa itu Self Efficacy, dan kenapa Self-Efficacy bisa bikin PD saat kamu menghadapi suatu masalah dan langkah-langkah untuk meningkatkannya.

So, Apa sih Self-Efficacy ini?
Menurut Bandura (penggagas teori Self-Efficacy), Self-Efficacy adalah penilaian kita terhadap kemampuan diri sendiri untuk mengorganisir, atau mengeksekusi aksi-aksi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Lebih simpelnya Self-Efficacy itu bagaimana kita percaya bahwa kita bisa menyelesaikan sesuatu.


Agar lebih mengerti tentang apa itu Self-Efficacy, coba kukasih contoh :
Misalnya, kamu daftar di sebuah organisasi bareng Rani dan Renaldi. Selama kamu ngejalanin PROKER kamu merhatiin antara Rani dan Renaldi dan ada perbedaannya.

Rani, ini orangnya aktif banget, selalu nyoba untuk menuhin tanggung jawab, ketika ada pekerjaan dia selalu mengerjakan dengan hasil di luar ekspektasi, ketika dapet masalah Rani bisa menyelesaikan dengan mencari jalan yang baik dan solusi dengan bijak. Motto nya Rani ini: apapun masalahnya pasti bisa diselesaikan.

Nah di sisi lain, Renaldi adalah orang yang 180 derajat beda dari Rani, kalo dilihat-lihat dia kayak kurang niat gitu, kalo misalnya ada hal di luar dugaan nih Renaldi malah sering ngilang aja, seringnya ngeluh bahkan. Dan alasannya klasik “aku kan sebenernya nggak mau di devisi ini, aku mau masuk ke devisi yang lain karena aku tau aku nggak bisa handle yang kayak gini”.

Nah, kalo misalnya dari contoh ini, bisa dibilang bahwa Rani punya Self-Efficacy yang tinggi dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dia punya. Sedangkan Renaldi justru sebaliknya, Renaldi punya Self-Efficacy yang rendah. Rani percaya bisa nyelesein masalah yang dia punya sedangkan Renaldi enggak. Rani efikasinya tinggi, dan Renaldi belum tinggi efikasinya.

So, Apasih pentingnya Self-Efficacy ini?
Efikasi ini sangat-sangat penting. Karena, Self-Efficacy yang tinggi akan membantu kita dalam menyelesaikan masalah, dan membantu kita untuk mencapai tujuan jadi lebih lancar. Dan ada beberapa alasan:
Tanpa efikasi kamu nggak gerak
Bahasa lainnya; tanpa efikasi kamu kalah sebelum bertanding.

Efikasi mengurangi performance anxiety
Gampangnya adalah efikasi ini membantu kamu menjadi lebih tenang ketika menyelesaikan masalah. Jadinya kamu lebih kalem, santai dan luwes saat menghadapi masalah ini. Dan at least hasilnya lebih maksimal. Jadi ya emang penting banget punya efikasi yang tinggi.

Dan sekarang pertanyaannya gimana caranya kita bisa ningkatin Self-Efficacy ?


Nah nah nah, kalau menurut Bandura; Self-Efficacy ini bisa meningkat atau menurun karena empat alasan:


Mastery Experiences
Bahasa Indonesianya pengalaman. Faktor yang diangkat dalam pengaruh Self-Efficacy adalah pengalaman-pengalaman kita sebelumnya. Secara umum, ketika kita berhasil itu bisa ningkatin Self-Efficacy, dan sebaliknya. Pengalaman kegagalan bisa nurunin Self-Efficacy.


Ada enam analisis tentang pengalaman; kenapa bisa mempengaruhi naik atau turunnya Self-Efficacy :
Self-Efficacy

bergantung pada kesusahan yang kita lewatin
Hal-hal yang kamu kerjain sendiri, cenderung bisa meningkatkan Self-Efficacy dibanding hal-hal yang kamu kerjain dengan orang lain
Di saat kamu udah berusaha dengan maksimal dan kemudian gagal, ini berpotensi menurunkan Self-Efficacy.


Kegagalan yang kamu alamin saat keadaan stress yang cukup tinggi, nggak akan teralu menurunkan Self-Efficacy sebanyak kalau misalnya kamu ngelakuin hal tersebut dengan keadaan terbaik.

Social Modelling
Self-Efficacy
akan meningkat saat kamu mencoba untuk mengobservasi keberhasilan orang lain dan kamu merasa orang tersebut punya kesamaan sepertimu. Tapi kalau misalnya orang itu gagal, Self-Efficacy mu juga akan ikut turun.

Social Persuasion
Dorongan realistis yang diberikan dan ditunjukkan orang lain, itu ternyata bisa mengeluarkan dorongan usaha di diri kamu yang lebih maksimal. Seperti ucapan dari teman, orangtua, pacar “eh aku yakin kalo kamu bisa ngelewatin ini; aku yakin banget kalo kamu bisa menyelesaikan ini semua”. Ternyata ucapan-ucapan tersebut sangat bisa mempengaruhi dan mendorong agar lebih maksimal lagi.

Keadaan fisik dan Mental
Keadaan fisik dan mental ini sangat berpengaruh terhadap Self-Efficacy;
Misalnya kita mau ikut maraton nih, tapi kita tiba-tiba sakit dan lemes. Nah itu menjadi salah satu faktor yang menurunkan Self-Efficacy kita. Karena kan, kesiapan kamu itu jadi turun.


Atau misalnya kamu mau ujian, tapi hari sebelumnya kamu diputusin dan sekarang kamu lagi sedih banget; itu juga bia mempengaruhi Self-Efficacy kamu. Karena, kamu merasa nggak siap aja untuk itu.

Nah itu adalah empat dari sisi teorinya.
Sekarang kita bahas dari sisi pratiknya.

Hal apa yang bisa kamu lakukan secepatnya untuk menaikkan efikasimu?
Tips-tips meningkatkan Self-Efficacy :

Social comparison (Perbandingan Rasional)
Salah satu faktor yang bisa meningkatkan efikasi adalah observasi. Mungkin kalo kamu pernah melihat video membandingkan diri dengan orang lain hal tersebut selain bisa menaikkan atau menurunkan efikasimu juga berpotensi untuk membuat dirimu minder. Nah kenapa tuh? Pastinya karena ada beberapa alasan :


Kamu cuma bandingin diri dari satu sisi
Misalnya, dari sisi kekayaan doang; di sisi lain kamu nggak bener-bener tahu.


Perbandingannya nggak apple to apple
Maksudnya gimana nih? Ya maksudnya kamu mencoba untuk membandingkan tapi konteksnya beda. kayak misalnya membandingkan proses produksi warung kaki lima sama IKEA, kan ya jelas B E D A.
Nah nah nah, untuk mengatasi hal seperti ini, kamu harus mengamini dua hal:

  • bandingkan dirimu dengan hal paling rasional untuk dibangdingin dengan kamu

  • our life is a great opportunity-cost game
    Simpelnya, hal yang paling rasional untuk jadi perbandinganmu adalah dirimu sendiri di masa lalu. Lalu, semua hal yang kamu anggap keren, semua kesempatan itu ada pengorbanannya. Mereka atau orang-orang engga bakal sampai situ tanpa pengorbanan.

Misalnya orang orang yang fotonya bagus di instagram; itu pasti di saat senggangnya dia meluangkan waktu untuk perawatan intens, pergi ke gym, harus pergi pagi-pagi buta biar bisa ngasih liat foto sunrise. See? Semua itu gak tentang hal positif, dan ada perjuangan untuk itu semua. Dan pada akhirnya hidup itu emang nggak sempurna.

Dan makin kamu aware dan bodoamat dan akan makin jauh dengan rasa nggak PD.
Dan akhirnya efikasimu susah untuk terguncang.

Fokus pada Bigger picture
Orang yang udah fokus sama bigger picture atau tujuan besar yang mereka punya, mereka sadar bahwa mereka ini punya tujuan yang lebih jauh. Dan kegagalan ynag pernah dia terima itu bukan berarti usaha dia gagal. Karena keberhasilan atau kegagalan yang mereka punya, itu ditentukan dengan apakah mereka mendapatkan bigger picturenya.

Jadi kalo misalnya sekarang kamu gagal, itu gapapa; yang penting secara keseluruhan kamu belum gagal. Jadi inget-inget nih, bahwa kamu punya tujuan yang lebih jauh daripada kegagalan yang kamu alamin saat ini dan itu bukan berarti semua usahamu udah gagal. Tapi justru ini adalah kesempatan buat kamu bahwa kamu harus evaluasi dan harus belajar. Intinya; ENJOY THE PROCESS.

Surround yourself with positive people!
Lingkungan adalah salah satu hal yang penting juga. Linkungan pun sangat berpengaruh ke dirimu daripada yang kamu bayangin. Karena lingkungan di mana kamu berada merupakan pengaruh juga yang impactnya ke perilakumu.


Kemungkinan kalo kamu mempunyai lingkungan yang pessimistic dan ga berani nyobain hal baru, kemungkinan kamu akan menjadi seperti itu.
Dan sebaliknya, kalo kamu berada di lingkungan yang suka nyobain hal baru dan selalu mengoptimalkan usaha terbaik mereka, saling beri support; ya pasti semua hal positif tersebut akan berdampak di diri kamu juga. Jadi, pilih teman dengan baik!


Jangan biarkan orang toxic menjadi temenmu apalagi jadi temen baikmu.

Dan kalo misalnya kamu sudah melakukan ini, di lingkunganmu mungkin akan banyak orang sukses di sana, dan kamu bisa jadi lebih percaya diri juga!

Jadi, yaudah tinggalin aja orang-orang yang kamu rasa udah calling you back; dan cari orang-orang yang berusaha mendorong kamu ke arah yang lebih baik.

Nah, mungkin itu aja dari aku.
Kalo menurut kalian, hal apa lagi sih yang bisa membantu kita dalam mencapai tujuan? Tulis pendapat kalian di kolom komentar di bawah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *