Status Ma’had Tidak Lagi Tanda Tanya

Ma'had al-Jami'ah Putri
Ma'had al-Jami'ah Putri
Ma’had al-Jami’ah Putri

 

 

Ma’had al-Jami’ah adalah salah satu pendidikan tambahan yang diberikan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Ma’had yang berdiri dari tahun 2009 mulai difungsikan sebagai asrama yang dikelola di bawah bimbingan direktur dan pengasuh Ma’had.

Penghuni Ma’had yang terdiri dari mahasiswa IAIN semester 1 hanya diberi kesempatan untuk tinggal di Ma’had selama satu tahun. Apalagi dengan biaya operasional yang dibebankan hanya sebesar Rp.50.000,-/bulan. Lokasi Ma’had yang dekat dengan kampus 2 juga menambah daya tarik tersendiri bagi para mahasiswa. Belum lagi adanya program-program unggulan yang meliputi program pendidikan dan kebahasaan, program ubudiyah, dan program wirausaha.

Ketertarikan mahasiswa yang ingin tinggal di ma’had terlihat dari moment Penerimaan Santri Baru (PSB) tiap tahunnya. Dari ribuan mahasiswa baru IAIN Salatiga, maksimal hanya 150 mahasiswa yang mendapat kesempatan tinggal di Ma’had al-Jami’ah. Hal ini membuat Ma’had terlihat eksklusif karena tidak semua mahasiswa dapat tinggal di sana.

Sejak tahun 2016, sistem penempatan gedung kuliah yang baru mulai diberlakukan. Awalnya, IAIN yang hanya memiliki dua kampus bertambah menjadi tiga kampus di Jalan Lingkar Selatan (JLS), tepatnya di Desa Pulutan. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) yang mulanya di kampus 1 dan 2 dipindah ke kampus 3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) yang mulanya di kampus 2 dipindah ke kampus 1. Kemudian, kampus 2 ditempati oleh Fakultas Dakwah (FAKDA), Fakultas Syari’ah, serta Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUADAH).

Hal tersebut tentu mempengaruhi tempat tinggal mahasiswa yang berpusat di antara kampus 1 dan 2. Penghuni Ma’had yang berada di Kembangarum pun harus menempuh jarak yang cukup jauh ke kampus 3 mengingat sebagian besar penghuninya adalah mahasiswa FTIK. Beberapa program Ma’had pun sempat mengalami hambatan karena mahasiswa sering pulang larut disebabkan jauhnya jarak tempuh.

Seiring berjalannya waktu, banyak isu yang beredar bahwa Ma’had akan dihapuskan atau dipindah ke kampus 2. Menjawab isu-isu tersebut, Rektor IAIN Salatiga menegaskan bahwa Ma’had akan dipindah ke kampus 2. Ma’had yang awal mulanya diperuntukkan bagi semua fakultas, kini hanya dibatasi untuk FUADAH saja. Adapun mahasiswa di luar FUADAH yang ingin tinggal di Ma’had adalah mahasiswa yang berminat menghafalkan al-Qur’an.

Dengan adanya sistem itu, diharapkan fungsi Ma’had sebagai pendidikan tambahan dapat dimaksimalkan. Peluang para mahasiswa tahfidz segala jurusan pun dapat ditingkatkan.

Dengan begitu, status Ma’had tidak lagi tanda tanya. Ma’had akan dipindah di kampus 2 untuk FUADAH dan mahasiswa berbagai jurusan yang menghafal al-Qur’an.

(D1418/Red_)

2 thoughts on “Status Ma’had Tidak Lagi Tanda Tanya

    1. Berdasarkan keterangan pengasuh ma’had putri, ma’had ttp difungsikan sampai ma’had benar2 dipindah ke kampus 2.
      Setelah itu, mungkin (ini opini saya) ma’had difungsikan sbg asrama mahasiswa/i Thailand yg semakin tahun bertambah jumlahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *