Diskusi acara bertajuk “Suara Tiga Zaman” di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta (Sumber Foto: Fadlan/DinamikA).
Klikdinamika.com–Social Movement Institute (SMI) menggelar acara bertajuk “Suara Tiga Zaman” Sebagai bentuk peringatan hari Lahir Munir Said Thalib, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia, di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta Minggu (8/12/2024).
Suara Tiga Zaman merupakan acara yang lahir dari keberlanjutan semangat Munir Said Thalib dalam perjuangan menegakan kasus-kasus pelanggaran HAM. Acara ini dimeriahkan dengan penampilan musik dari beberapa musisi Indonesia antara lain: Fajar Merah, Efek Rumah kaca, Iksan skuter, dan Kepal SPI. Selain penampilan musik, ditampilkan pula pembacaan puisi karya Wiji Thukul serta orasi oleh Eko Prasetyo, Yati Andriyani, Dimas Bagus, dan Dera.
Awalnya, acara akan diadakan di Gedung Multipurpose Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, namun pada akhirnya dibatalkan secara sepihak oleh rektor UIN Sunan Kalijaga, Noorhaidi.
Menurut Fatia Maulidiyanti, selaku Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekekrasan (KontraS), Rektor UIN Sunan Kalijaga diduga mendapatkan ancaman pencopotan jabatan jika terus memberikan akses untuk festival HAM.
“Untuk tahun ini diduga rektornya mendapat ancaman, dekannya juga dapat ancaman untuk dicabut jabatannya gitu. Karena kalau mereka terus memberikan akses dan ruang untuk festival HAM ini, mereka diancam untuk dipecat,” ucapnya di laman Instagram resmi pribadinya @fatiamaulidiya.
Paul, selaku koordinator acara, mengungkapkan bahwa Suara Tiga Zaman digelar sebagai ajang konsolidasi untuk anak muda menyuarakan beberapa isu dan problem yang jarang didengar anak muda pada hari ini.
“Pertama, itu sebagai ajang konsolidasi anak muda untuk menyuarakan beberapa isu, yaitu hari lahir Munir, Hari Anti Korupsi, dan juga ada peringatan Hari Asasi Manusia internasional. Kemudian yang kedua, sebagai satu medium penyelidikan politik untuk teman-teman menyuarakan apa yang jadi problem. Tidak hanya problem yang bagi kita itu asing, tapi mendekatkan isu-isu yang selama ini mungkin jarang didengar oleh berbagai macam anak muda pada hari ini. Paling nggak dua hal itu, sih,” ujarnya.
Eko prasetyo, selaku pendiri SMI menyuarakan bahwa anak muda yang dulu melawan, sekarang menjadi pengkhianat dan berteman dengan para penguasa.
“Kita perlu bertepuk tangan di atas keberanian yang secara jelas. Bayangkan, Cak Munir dulu membongkar tentara penculikan mahasiswa. Hari ini korban penculikan bersatu dengan para penculiknya. Betapa kecewanya Cak Munir kalau melihat situasi itu. Anak-anak muda yang menjadi pengkhianat, yang dulu pernah melawan Orde Baru, sekarang bersekutu dengan penguasa Orde Baru. Anak anak muda yang dulu dibantu oleh Cak Munir, sekarang berkhianat dengan Cak Munir. Malam mini kita memperingati hari lahir Cak Munir, untuk mengenang kejujuran, konsistensi, dan keberanian cak munir,” jelasnya.
Salah satu peserta acara, Faisal, menuturkan bahwa dengan diadakannya acara seperti ini, harapannya anak muda dapat mengobarkan kebenaran dan meneruskan perjuangan dari Munir.
“Harapannya untuk kalangan muda, terus kobarkan kebenaran, jangan takut, kalau benar jangan takut. Terus mencari, terus turunkan perjuangan dari Cak Munir, dan jangan padam untuk menyalakan api perjuangan dari Cak munir,” ucap mahasiswa UIN Raden Mas Said itu (Sidqon/Niha/red)