Sumber Foto: Twitter @potretlawas.
Oleh: Sikna Aurel Rianditha/Kontributor
Hampa menyelimuti Septemberku
Mungkinkah aku abai terhadap kabut hitam ini
Abai sama dengan membunuh mereka kedua kalinya
Bungkam sama dengan hanyut dalam keadilan yang bias
Tahun enam puluh lima
Ketika Bangsa Indonesia menyimpan kelam kisahnya
Saling tuding, teriak maling
Menyematkan predikat yang entah mengapa
Kebenarannya menimbulkan tanya
Memaksa generasi penerus untuk lupa bahkan tak tahu
Memaksa yang tahu untuk lengah
Merenggut sekian nyawa yang dianggap kiri
Membatasi hak dan kebebasan
Bukan hanya bagi yang dianggap tersangka
Namun juga siapa saja yang pernah bertegur sapa
Memenjarakan warganya dengan penuh prasangka
Mencegah cendikiawan bangsanya pulang untuk mengabdi
Semua dilakukan dengan dalih keamanan
Bulan tujuh tanggal dua puluh delapan
Setelah tiga puluh empat tahun lamanya
Datang berbekal tekad
Pulang tinggal nama yang dilangitkan
Hadapi bangsamu itu
Yang sudah lupa andil rakyat
Urusi bangsamu itu
Yang menganggap keringat rakyat tak bernilai
Perangi bangsamu itu
Yang lupa untuk apa pahlawan terdahulu membebaskannya
Dari belenggu koloni