Berbicara tentang perempuan seolah tidak ada habisnya. Dari hal-hal yang biasa sampai yang bersifat krusial semua diperbincangkan. Banyak orang mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang diciptakan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Perempuan identik dengan fashion, kelembutan, ramah-tamah, bahkan sampai banyak yang memanfaatkan wanita karena kelemahannya demi melampiaskan nafsunya. Apa yang salah dengan perempuan yang ingin memajukan kualitas hidupnya? Yang ingin mengembangkan kemampuannya? Yang ingin diakui keberadaannya? Atau yang hanya sekadar ingin menikmati hidup yang dianggap keras dengan cara yang menurut mereka benar? Dan jawabannya sah-sah saja mereka melakukan itu.
Masalahnya adalah keberadaan mereka yang ingin dianggap lebih. Hal itulah yang membuat banyak permasalahan muncul. Di era yang sangat modern ini teknologi seperti menjadi Tuhan yang diagung-agungkan. Disadari atau tidak, perempuan tak lagi tunduk pada adat dan budaya tetapi, mereka takluk pada teknologi dan segala hal yang baru. Kebanyakan perempuan ini menamakan dirinya perempuan kekinian.
Mereka yang menamakan dirinya perempuan kekinian sangat menyukai hal-hal yang berbau dunia. Mengedepankan gaya hidup yang serba “wah”, pakaian mereka serba branded, mereka menjadi manusia yang hedonis dan lebih mementingkan diri sendiri daripada harus mementingkan kepentingan orang lain. Perempuan yang sudah dipengaruhi oleh hal ini akan mengabaikan yang namanya kepekaan sosial. Bahwa mereka hidup di lingkungan yang masih kental dengan nilai-nilai budaya, lupa bahwa nilai-nilai moral adalah kunci segala tatanan kehidupan. Perempuan kekinian lebih suka hidup mewah dan instan. Meskipun, pada faktanya keberadaan lingkungan dan orang-orang terdekat adalah faktor utama yang mengubah nilai-nilai sosial yang ada dampaknya. Hal ini tidak menjadikan mereka peka dan lebih memilih bertahan dengan segala sikap hedonis mereka.
Dilihat dari berbagai sudut pandang agama, moral, maupun budaya hal ini memang tidaklah selaras. Tetapi berbeda jika dilihat dari sudut pandang mereka yang mengatakan bahwa ini adalah cara mereka untuk diakui keberadaannya dengan mengatasnamakan kebebasan yang harus butuh teman yang bukan sekedar bisa disentuh tapi dirasakan keberadaannya. Perempuan sekarang sudah terbiasa hidup dengan kemewahan yang ditawarkan dunia. Mereka berfikiran bahwa hidup yang hanya sekali ini akan sayang jika dilewatkan tanpa memanfaatkan yang ada di dalamnya. Padahal pemikiran seperti ini adalah salah. Mereka seharusnya lebih waspada terhadap dunia yang mereka tempati hanya sekali ini karena tak selamanya yang sekali itu baik. Perempuan kekinian tak pernah keluar dari tempat singgahnya sampai ia merasa “cantik” untuk dipandang orang. Mereka tak mau menyentuh barang-barang yang kotor bahkan sudah lupa bagaimana caranya membersihkan rumah. Smartphone sudah seperti dewa yang dibawa kemana-mana sekali saja lupa menaruhnya mereka akan histeris setengah mati, mereka lupa akan hidupnya melewatkan sekali lagi mereka mengatasnamakan hak asasi. Mereka lupa bahwa alam juga mempunyai hak untuk bebas pula dari kerusakan yang diperbuat manusia. Budaya barat telah banyak mempengaruhi sebagian besar manusia terutama di Indonesia. Perempuan seperti sudah tak memiliki rasa malu. Banyak yang mengorbankan kegadisannya demi kepuasan nafsu belaka.
Masalah-masalah yang bermunculan seperti seks bebas, cara berpakaian yang bebas, kurangnya sopan santun terhadap sesama maupun terhadap yang lebih tua. Perempuan semakin tak menghargai dirinya sendiri dengan membuang-buang waktu dan menghabiskan uangnya untuk berbelanja. Moralitas yang sangat minim ini haruslah menjadi perhatian banyak pihak umumnya di masyarakat serta keluarga secara khusus agar dapat menerapkan nilai-nilai moral yang sudah seharusnya tetap dijaga.
(Tika L/Crew Magang_)