Jadwal KRS Tahun 2024. (Sumber Foto: Tangkapan layar akun Instagram UIN Salatiga)
Oleh: Zakya Zulvita Salsabila
Tiap awal semester, pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) tidak luput dari berbagai permasalahan. Mulai dari mata kuliah (matkul) yang tertukar, hingga kuota kelas yang ludes.
Kalender Akademik UIN Salatiga menjadwalkan, pembelajaran semester ganjil 2023 selambat-lambatnya berakhir pada 30 Desember 2023. Dengan demikian, rutinitas tahunan untuk memulai pembelajaran akan kembali terulang, seperti pembayaran UKT, input penawaran mata kuliah, input KRS, serta revisi dan pengesahan KRS. Ini merupakan rutinitas awal tahunan yang mesti diperhatikan mahasiswa agar dapat melanjutkan pembelajaran di Semester selanjutnya.
Kendati rutinitas tahunan itu bersifat wajib, namun kendala yang dialami mahasiswa selalu berputar pada masalah yang serupa. Pembahasan tentang pengisian KRS masih menjadi obrolan segar setiap tahunnya. Padahal, kampus telah membagi jadwal pengisian KRS sesuai dengan fakultas, sebagaimana informasi susulan yang dikeluarkan Bagian Akademik UIN Salatiga pada 26 Januari 2023.
Informasi itu memberitahukan bahwa, jadwal pengisian KRS resmi dibuka sejak tanggal 01-07 Februari 2024 yang dilakukan secara berkala, dengan penyesuaian jadwal yang telah ditentukan oleh masing-masing Fakultas. Adapun pembagiannya sebagai berikut: Fakultas Syari’ah pada 1 Februari; Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (Fuadah) pada 2 Februari; Fakultas Dakwah dan Program Pascasarjana pada 5 Februari; Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) pada 6 Februari; serta Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) pada 7 Februari.
Meski demikian, laporan kendala dalam pengisian KRS yang dirasakan mahasiswa masih santer dibicarakan sejak pengisian dibuka.
Akademik Input Kode Keliru, Mahasiswa Tertukar Mata Kuliah
Program Studi (Prodi) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) di Fuadah menjadi salah satu prodi yang mengalami kendala dalam pengisian KRS, yaitu terjadinya pe-reset-an massal pada semester genap ini. Diketahui bahwa, kendala itu disebabkan oleh kesalahan pihak akademik dalam menginput kode mata kuliah Sejarah Agama-Agama (semester 4) dengan Sejarah Peradaban Islam (semester 2). Kekeliruan itu mengakibatkan mahasiswa IAT semester 2 dan 4 harus mengulang peng-input-an mata kuliah saat revisi KRS serentak pada 12 Februari 2024.
Nazil, salah seorang Mahasiswa IAT semester 4, menjelaskan kronologi masalah yang terjadi di prodi IAT itu. “Kita waktu input mata kuliah itu udah benar semua. Tiba-tiba malam tanggal 2, Bu Ema bilang, ada info dari akademik tentang KRS, bahwa kode dari akademik itu salah input. Kode matkul Sejarah Agama-Agama, itu sama kodenya dengan matkul semester 2 yang Sejarah Perdaban Islam. Jadi, seangkatan semester 4 itu malah keambil semester 2 dan sebaliknya. Jadi yang kebalik begitu, lho.
“Padahal, dari kitanya, dulu itu udah bener ambil semester 4, engga ada yang ambil Sejarah Peradaban Islam. Karena ini sudah di-ACC, jadi nggak bisa direvisi. Bisanya nanti tanggal 12. Hapus mata kuliah, habis itu nanti ambil lagi yang Sejarah Agama-Agama. Karena di awal, kan akademiknya yang salah input kode di antara kedua matkul itu,” terangnya saat diwawancarai Klikdinamika.com– melalui WhatsApp, Sabtu (10/2/2024).
KRS Paket tak Dihiraukan, Mahasiswa Keluhkan Kekurangan Kelas
Sedangkan, permasalahan yang diresahkan di setiap tahunnya di prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah, adalah pembagian kelas yang kurang merata di setiap penjurusan, terutama pada penjurusan jurnalistik. Pasalnya, pada kelas jurnalistik, sering terjadi penawaran mata kuliah wajib, yang memiliki jam kelas sama. Ditambah dengan sedikitnya peminat pada penjurusan tersebut, mengakibatkan kelas yang ditujukan untuk kelas Jurnalistik malah banyak diambil oleh penjurusan lainnya. Hal inilah yang mengharuskan mereka menginput mata kuliah yang tidak sesuai dengan jam yang telah ditentukan oleh Akademik.
Fasya, mahasiswa KPI semester 6, meluapkan keluhannya dalam room chat WhatsApp, “Keresahan selama KRS tu sama kek tahun kemarin, selalu kehabisan kelas. Padahal, sebenarnya dari Akademik sudah memberi tulisan di samping kelas sesuai dengan konsentrasi yang diambil. Karena saya udah semester 6, jadi sudah sesuai konsentrasi penjurusan. Dari akademik pun sudah mengingatkan agar mengambil mata kuliah sesuai konsentrasi, agar jam antar mata kuliah tidak bertabrakan. Saya dan teman-teman itu hanya menanyakan terkait penyalahgunaan mahasiswa lain yang mengambil mata kuliah tidak sesuai dengan konsentrasi,” keluhnya pada Minggu (11/02/2024).
Semester lalu, hal serupa juga pernah terjadi di Prodi Psikologi Islam (PI) yang mengalami kekurangan kelas dengan jumlah besar. Hal itu berimbas pada pe-reset-an massal di Prodi itu. Najiyah, mahasiswa PI Semester 4, mencoba mengingat kembali keresahan yang terjadi di Prodinya 6 bulan lalu saat dihubungi Klikdinamika.com melalu WhatsApp.
“Jadi, KRS-an itu kan dibuka jam delapan. Di situ sudah banyak teman-teman yang ambil mata kuliah. Terus, sekitar jam tiga sore, ada pemberitahuan bahwa KRS diulang pada jam lima atau enam sore, dikarenakan banyak orang (Red: mahasiswa) nggak dapat kelas. Lalu, akhirnya KRS-an ulang. Kami diminta mengambil yang paketan, nggak boleh yang nyari-nyari kelas lain. Tapi, namanya anak kuliah, pasti ada yang bandel. Jadi, masih ada yang ngambil nyomot-nyomot dari kelas lain,” terangnya pada Senin (12/02/2024).
Klarifikasi Akademik
Guna menjawab keresahan dalam hal-hal yang telah dipaparkan tersebut, Klikdinamika.com menghubungi Kepala Sub Bagian Layanan Administrasi Bagian Umum dan Akademik Biro Umum, Akademik, Perencanaan, dan Keuangan UIN Salatiga, Syarifuddin. Dalam keterangannya mengenai kode mata kuliah yang sama antara satu yang lainnya, staf akademik ini menjelaskan bahwa yang terjadi di Prodi IAT akan segera dikoordinasikan dengan Prodi yang bersangkutan untuk kemudian dibenahi.
“Terkait yang terjadi di IAT itu, nanti saya koordinasikan dulu dengan Prodinya. Untuk penawaran kan sudah dibuka semua sekarang. Jadi, untuk merevisi penawarannya (Red: penawaran sebelumnya), karena kode kan ganti-ganti yang menyebabkan antara pengisian dan KRS-annya tidak sinkron. Nah, itu nanti harus direset dari penawarannya. Jadi, mata kuliah yang ada di penawaran biar hilang di KRS-annya. Sehingga, nanti di dua angkatan itu harus ngulang dari awal lagi, karena perubahan yang terjadi. Jadi, itu yang ditawarkan untuk mahasiswa dalam kendala yang ada di IAT tersebut,” jelas Syarif saat ditemui di ruangannya, Senin (12/02/2024).
Ia menambahkan, pe-reset-an kode yang terjadi di Prodi IAT adalah sebuah kasus khusus yang diharapkan tidak terulang kembali. “Terkait pe-reset-an itu merupakan kasus khusus, ya mudah-mudahan tidak terjadi lagi. Jadi, kami berusaha untuk konsistensi kode. Kalau kode sudah masuk, jangan diganti, karena efeknya kemana-mana. Sehingga malah tidak sinkron dengan penawarannya,” imbuhnya.
Terulang setiap Tahun dan Sudah Diantisipasi
Syarifuddin juga menjelaskan tentang kekurangan kelas yang sering terjadi setiap tahunnya. “Kita itu tidak ada aturan tertulis kalau mahasiswa itu harus paketan. Misalnya, dulu A (Red: kelas) harus ambil A sampe akhir. Karena di sistem Akademik kita memang tidak men-support untuk itu, sebab sistem Akademik itu masih free choice. Karena dulu waktu kita bikin kan desainnya memang pilihan bebas mahasiswa, tidak menerima paket. Cuma, karena berjalannya bebas, beberapa Prodi yang kelasnya banyak itu rawan dengan hal-hal kekurangan kelas dan masalah bentrok dengan jadwal yang lain.
“Jadi, yang ngisi-ngisi KRS terakhir yang kesulitan, karena biasanya mereka dapat kelas tapi jamnya bentrok, ya semua ini karena mahasiswa yang milih nyilang-nyilang itu tadi. Terkait kebijakan prodi itu ada, terutama Prodi-prodi yang besar itu. Seperti di FTIK, itu malah semua sudah diwajibkan Paket. Jadi, kalau seandainya ngulang juga harus kelas yang sama. Apalagi ditambah ambil 24 SKS, itu tambah rawan lagi,” lanjutnya.
Ia juga menegaskan, Akademik telah mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan mahasiswa yang kekurangan kelas. “Dari kami telah mengantisipasi kaitannya dengan kekurangan kelas. Penawaran mata kuliah itu kan tujuannya untuk melihat peminat mata kuliah tersebut berjumlah berapa orang, dari situ kan disusunlah jadwal. Hanya saja kembali ke mahasiswa, kalau jadwalnya yang diambil saling silang, akhirnya ada kelas yang kosong ada kelas yang penuh,” ujarnya.
Mantan Kepala Sub Bagian Administrasi Akademik IAIN Salatiga ini menambahkan terkait peralihan IAIN menjadi UIN yang berpengaruh dalam Sistem Informasi Akademik (Siakad). “Peralihan itu sangat berpengaruh di Siakad. Karena dari peralihan itu, otomatis kan ada perubahan kurikulum yang digunakan. Jadi mahasiswa yang mengulang, bisa jadi matakuliah yang diambil itu udah nggak ada, atau kekurangan SKS dan lainnya. Jadi itukan efeknya cukup besar, karena semua mengikuti kurikulum yang baru,” pungkasnya.