Meninjau Partisipasi Pemilu Peserta KKN 2024

Ilustrasi surat suara Pemilu. (Sumber Foto: rakyakntt.com)

Oleh: Fadlan, Diqa, Mely

Seperti yang telah diketahui, pada tanggal 14 Februari 2024 dilaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) yang meliputi: pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemilu dilakukan di tiap daerah. Tanggal tersebut bertepatan dengan berlangsungnya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diikuti mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga.

Untuk itu, reporter klikdinamika.com melakukan riset menyangkut bagaimana partisipasi mahasiswa UIN Salatiga yang sedang menjalankan KKN saat Pemilu berlangsung. Terutama, mahasiswa yang lokasi KKN-nya jauh dari tempat asal mereka tinggal. Serta, alasan mereka berpartisipasi/tidak berpartisipasi dalam Pemilu kali ini.

Khafidhoh, merupakan mahasiswi Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora (Fuadah), yang berasal dari Rembang dan menjalankan KKN di Desa Tegalsari, Candimulyo, Magelang. Saat diwawancarai via online, Khafidhoh menjelaskan alasan ia akan mencoblos,

Ia mengaku akan pulang untuk mencoblos saat pemilu tanggal 14 nanti dan tidak ingin ikut golongan putih (Golput). Menurutnya, Golput akan merugikan diri sendiri. Apalagi, menurutnya Pemilu adalah bagian penting dari demokrasi.

“Saya akan mencoblos saat pemilu tanggal 14 Februari nanti,” ungkapnya, Minggu (11/2).

“Saya tidak mau Golput karena akan merugikan kita sendiri. Pemilu menjadi bagian penting dari demokrasi,” tambahnya.

Walaupun lokasi KKN Khafidhoh jauh dari tempat asalnya, ia tetap akan pulang demi tidak Golput. Apalagi, pihak kampus telah memberikan waktu libur KKN agar semua mahasiswa bisa ikut serta dalam Pemilu. Jadi, tidak ada alasan baginya untuk tidak berpartisipasi dalam Pemilu.

“Saya akan pulang ke daerah asal saya. Pihak kampus juga sudah memberikan waktu libur KKN supaya kita bisa ikut serta dalam kegiatan Pemilu ini, jadi tidak ada alasan untuk kita Golput,” ungkapnya.

Partisipasi mahasiswa bernama Khafidhoh positif, walaupun jauh dari tempat asalnya namun tetap akan pulang ke daerah asalnya dan memberikan hak suaranya. Karena baginya Golput bukanlah solusi. Jarak jauh pun bukan solusi untuk tidak memilih.

Kemudian, ada lagi mahasiswa UIN Salatiga yang diwawancarai klikdinamika.com mengenai partisipasinya dalam Pemilu ketika KKN. Mahasiswa tersebut bernama Dede Leni yang berasal dari Cianjur Selatan dan tengah menjalankan KKN di Gandusari, Magelang. Bagaimana partisipasinya Dede Leni dalam Pemilu, begini penjelasannya.

“Saya tidak mencoblos, karena memang tidak begitu ingin memilih dan malas mengurus Tempat Pemungutan Suara (TPS) pindahan. Apalagi, domisili di Salatiga, dan sekarang KKN di Magelang. Ribet buat pulang perginya,” ungkapnya, Selasa (13/2).

Dede Leni juga menjelaskan alasannya tidak mengurus surat pindah domisili untuk Pemilu.

“Karena dari awal sudah tidak berminat untuk ikut memilih. Kebetulan, awal-awal masa pendaftaran pemilih pindahan, saya sempat mengikuti sosialisasi pemilu dan mendengar proses atau syarat untuk mendaftar Pemilu pindahan cukup ribet dan sulit. Jadi saya tidak mengurusnya,” ungkapnya.

“Eh, ternyata waktu hari-hari terakhir saat masa pendaftaran pemilih pindahan, ada informasi kalau cukup dengan KTP dan surat pengantar dari pondok saja. Tetapi, saat itu saya sedang sibuk kerjaan dan pembekalan KKN juga. Jadinya nggak begitu mau diribetkan dengan proses memilih,” tuturnya.

Lalu, bagaimana dengan mahasiswa lain yang tempat asalnya sangat jauh?

Satrio, salah satu mahasiswa yang berasal dari Nusa Tenggara Timur, menjalani KKN di Temanggung. Saat diwawancarai klikdinamika.com, Satrio menjelaskan partisipasinya dalam Pemilu kali ini. Satrio memilih tidak Golput walaupun jauh dari tempat asalnya.

“Pada tanggal 14 Februari besok, saya akan mencoblos. Bagi saya, satu suara sangat penting. Walaupun hanya satu suara, tapi mungkin saja bisa berpengaruh,” terangnya, Selasa (13/2).

“Dari tanggal 15 Januari kemarin, saya sudah mengurus surat pindah dan memilih pindah ke kelurahan terdekat tempat saya tinggal di Salatiga,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa Fakultas Syariah, Parid, yang berasal dari Sukabumi dan melaksanakan KKN Kabupaten Temanggung, menerangkan bahwa dirinya tidak akan mencoblos.

“Aku nggak nyoblos. Alasannya karena memang untuk tahun ini, minat untuk berpartisipasi mulai hilang, melihat banyak problematika dan kecurangan yang jelas-jelas dilakukan oleh penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Saya sadar bahwa tidak memilih itu bukan hal yang baik, tapi kalau dipilih, malah mungkin akan membuat semakin nggak baik-baik saja kondisinya,” jelasnya, Selasa (13/2).

Dari beberapa narasumber yang diwawancarai, beberapa mahasiswa KKN telah memutuskan untuk mencoblos/tidak mencoblos dengan beragam alasan. Sebagian mahasiswa memutuskan tetap mencoblos dan mengurus surat pemindahan TPS. Sementara itu, sebagian lainnya memutuskan untuk tidak mencoblos karena beberapa alasan, seperti ribetnya proses pemindahan TPS dan kurangnya minat untuk berpartisipasi dalam Pemilu.

Catatan Redaksi:

  1. Judul berita semula Sebagian Mahasiswa KKN Tidak Mencoblos pada Pemilu 2024
  2. Paragraf 3-10, pada berita sebelumnya, dihapus karena tidak mendapat izin dari narasumber.

Redaksi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *