Mahasiswi UIN Salatiga Diduga Melakukan Penipuan dan Pemerasan hingga Belasan Juta, Berkedok Bisnis MLM

Cerita mahasiswi UMY yang diperas belasan juta (Sumber Foto: Tangkapan Layar akun X @hateecofee).

Klikdinamika.com– Seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga diduga melakukan penipuan berkedok bisnis Multi Level Marketing (MLM) terhadap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dengan kerugian ratusan ribu rupiah dan melakukan pemerasan dengan nominal belasan juta. Cerita ini dibagikan oleh akun X @hateecofee dalam unggahannya, Rabu (3/7/2024).

Dia menceritakan kronologi temannya (sebut saja Asya), seorang mahasiswi dari Unversitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang ditipu dan diperas oleh oknum mahasiswi berinisial M. Berdasarkan penelusurannya di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti), Asya mengetahui bahwa M merupakan mahasiswi Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Salatiga, angkatan 2022.

M melakukan penipuan ini dengan mengajak Asya ke seminar bisnis Multi Level Marketing (MLM). Asya awalnya mengenal M dari Telegram. Pada hari yang sama, terduga pelaku mengajak Asya untuk hang out. Asya menerima ajakannya, karena saat itu merupakan hari Minggu, (30/6/2024).

Di tengah perjalanan, pelaku mengajak korban untuk datang ke acara ulang tahun temannya yang ternyata merupakan acara seminar yang diadakan oleh beberapa oknum MLM. Kemudian, korban dibawa ke sebuah hotel di daerah Solo, tempat diadakannya seminar itu.

Awalnya, Asya merasa tertarik dengan seminar itu karena membahas tentang bisnis. Tetapi, setelah beberapa saat mendengarkan, Asya menyadari bahwa yang dibicarakan pemateri kebanyakan hanya tentang pencapaiannya dan teknis bisnis MLM tersebut. Setelah mendengarkan tiga pemateri, tibalah seminar tersebut pada sesi diskusi dan Asya berdiskusi dengan M serta dua orang lainnya.

Dalam sesi itu, Asya dipaksa oleh terduga pelaku untuk membayar DP (down payment/uang muka). Namun, sampai sesi diskusi yang berlangsung kurang lebih selama satu jam berakhir, Asya tidak bersedia membayar DP. Hingga kemudian seminar tersebut berlanjut dengan diisi oleh pemateri keempat.

Setelah seminar selesai, Asya ingin langsung pulang, tetapi ditahan oleh M dan beberapa orang lainnya. Asya dipaksa untuk mengisi formulir dan membayar DP sebesar Rp500.000. M dan beberapa temannya berjanji akan membantu Asya setelah bersedia membayar DP.

Disuruh membohongi orang tua

Karena merasa tertekan, Asya bersedia untuk transfer kepada terduga pelaku dengan nominal Rp500.000 dan mengisi formulir. Saat transfer, Asya baru mengetahui nama lengkap M. Setelah DP dibayar, M menjelaskan kepada Asya jika produk dari bisnis tersebut seharga Rp15.700.000 dan dia berjanji akan membantu memberikan solusi untuk melunasi pembelian produk itu.

Kemudian, pukul 16.00 WIB, M membelikan makan dan obat maag kepada Asya di Solo Grand Mall, karena dari pagi Asya belum makan sama sekali dan maag-nya mulai kambuh. Setelah makan, Asya menunggu M untuk memberikan solusi, seperti yang dijanjikannya.

Namun, sampai maghrib tiba, M tak kunjung memberikan solusi. Asya juga tidak bisa kabur karena kedua handphone-nya disita oleh M dan mereka datang ke Solo dengan motor M. Kemudian, seorang reman M yang berinisial D memberitahu Asya bahwa solusi yang dijanjikan akan diberitahukan esok hari pukul enam pagi.

D kemudian meminta Asya untuk menginap di penginapan yang sudah disediakan. Malam itu, Asya menginap satu kamar dengan M dan seorang temannya yang berinisial J.

Pagi harinya, setelah bersiap-siap, M mengajak Asya ke Taman Lampion Klaten untuk membicarakan solusi yang dijanjikannya. Setelah melihat-lihat sekitar taman, Asya bertemu dengan A (pembicara pertama saat seminar) dan membicarakan tentang bisnis tersebut. Namun, ketika ditanya perihal teknis bisnisnya, A menjawab dengan berbelit-belit dan memaksa korban untuk satu pemikiran dengannya.

Setelah A pergi, M mencari tempat duduk di luar taman untuk membicarakan solusi yang dijanjikannya kepada Asya. Dia menyuruh Asya agar berbohong kepada orang tuanya bahwa Asya telah menghilangkan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) milik M. Itu digunakan sebagai alasan meminta uang sebesar Rp15.700.000 untuk ganti rugi.

M akan berbicara langsung dengan orang tua Asya supaya kebohongannya terlihat meyakinkan. Dia juga menyuruh Asya mengaku bahwa harga kamera tersebut senilai Rp28.000.000, namun dinego menjadi Rp17.000.000. Nantinya, uang Rp17.000.000 itu akan dikurangi 15,7 juta sebagai pembelian produk dan sisanya dapat digunakan Asya untuk memenuhi kebutuhannya. Lalu, Asya bisa mendapatkan komisi dari menjalankan bisnis tersebut.

Berhasil kabur

Asya menolak solusi dari M. Namun dia terus memaksa Asya untuk menghubungi orang tuanya. Setelah perdebatan cukup panjang, Asya menolak untuk ikut andil dalam bisnis tersebut dan meminta M agar mengembalikan DP yang telah dibayarkannya. Namun, M menolaknya dengan dalih uang sudah ditransfer langsung dan masuk ke Pusat, tidak bisa ditarik kembali.

Dia mengancam, apabila Asya tidak bersedia menghubungi orang tuanya, maka Pusat akan meneror keluarganya karena data pribadi Asya berupa NIK (Nomor Induk Kependudukan), nama lengkap, dan nomor handphone sudah masuk ke Pusat. Namun, Asya masih tidak bersedia untuk menghubungi orang tuanya.

Setelah muak karena tidak berhasil membujuk Asya, M mengalihkan urusan ini kepada K yang mengaku sebagai mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) untuk membujuk Asya agar mau menghubungi orang tuanya. K membawa Asya masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di depan Taman Lampion.

Alih-alih membujuk dengan kata-kata manis, K justru mencaci-maki dan membentak Asya karena tidak mau diajak berbisnis. Karena merasa tertekan, Asya kemudian bersedia menghubungi orang tuanya. Kedua handphone-nya dikembalikan dalam keadaan low batt.

Setelah mengirim pesan kepada ibunya dan ternyata nomornya tidak aktif, Asya menghubungi kakak keduanya. Dia yang percaya dengan kebohongan Asya kemudian menghubungi kakak pertama Asya. Namun, kakak pertama Asya merasa curiga dan menghubunginya agar tidak tertipu trik-trik bisnis MLM.

Kakak pertama Asya kemudian berbicara dengan M. Setelah menerima telepon itu, M berjanji akan mengantarkan Asya pulang setelah menunggu K, yang sudah pergi setelah Asya bersedia menghubungi orang tuanya. Karena tak kunjung datang, Asya pun dibonceng M sampai ke sebuah Indomaret untuk menunggu K.

Sembari menunggu, Asya menumpang mengisi daya baterai handphone-nya di Indomaret. Setelah dirasa cukup, Asya langsung memesan ojek online untuk kabur dari M. Ketika ojeknya datang, dia ditahan oleh M agar tidak pergi. Namun, akhirnya Asya tetap berhasil kabur dan pulang ke kostnya di Jogja.

Korban kemudian menulis kronologi penipuan ini dalam unggahan di akun Instagramnya (@shasyaa.22) pada Selasa (2/7/2024).

Telah melapor ke kampus

Dihubungi klikdinamika.com melalui WhatsApp, Asya mengaku telah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kampus melalui direct massage ke akun Instagram UIN Salatiga pada Rabu (3/7/2024). Admin Instagram telah melaporkan aduan ini pihak kampus agar segera melakukan tindakan kepada mahasiswi yang bersangkutan sebagai pelaku penipuan.

Melalui DM kepada Asya, Admin mengaku bahwa modus penipuan seperti ini sudah sering terjadi. UIN Salatiga juga selalu mengingatkan mahasiswa untuk berhati-hati terhadap modus penipuan berkedok bisnis ini.

Klikdinamika.com telah berupaya menghubungi M untuk mengonfirmasi kejadian ini. Namun, kedua nomor teleponnya sudah tidak aktif. (Hilwa/Red)

4 thoughts on “Mahasiswi UIN Salatiga Diduga Melakukan Penipuan dan Pemerasan hingga Belasan Juta, Berkedok Bisnis MLM

  1. kasus seperti isi sudah terjadi setahun yang lalu, korbanya adik saya yang juga mahasiswi UIN juga, sudah lapor ke polres salatiga tetapi sampai saat ini tidak ada tidak lanjuti mlah kami di suruh membawa perangkat desa kami untuk mencari pelaku

  2. Awokaowk aku pernah mau diajak juga tpi akuu ngode abangku kalo jam 2 aku belum chat biar dispam telp dan aku kirim live location sebelumnya. Hehe jadi aman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *