Klikdinamika.com, Salatiga – Iftita Maulida, rutin mengajari ibu-ibu PKK dan remaja Karang Taruna merajut. Dengan berbekal kemampuannya itu, ia mengembangakan usahanya dibidang rajut tas. Mahasiswi semester 4 jurusan Tadris IPA IAIN Salatiga ini memulai usaha sejak SMP. Tak langsung merajut, namun berjualan makanan keliling sekolah. Semakin beranjak dewasa dan mulai kuliah, ia beralih usaha untuk investasi masa depan.
“Sebelumnya saya mencoba menjadi reseller dengan olshop lain. Saya mengambil barang dari situ dan aku jual kembali dengan keuntungan yang lumayan. Tapi itu tidak bertahan lama, sampai akhirnya sekarang saya memilih untuk usaha rajutan, tas rajut, dompet, boneka yang berbahan dasar rajut. Saya juga memiliki keahlian sendiri dalam membuat rajutan,” ungkap perempuan kelahiran Jepara ini.
Tak memiliki mesin jahit, ia menjahitkan produk rajutannya ke tetangga tempat ia mondok yakni di Pondok Salafiyah. Dari situlah, sang pemilik mesin jahit memberikan tawaran untuk memberikan workshop kepada ibu-ibu PKK dan remaja Karang Taruna.
“Disuruh untuk ngajarin ya mau lah, itung-itung membantu agar memanfaatkan waktu luang ibu-ibu. Ya seneng juga sih bisa tambah pengalaman, bisa lebih bersosialisasi sama masyarakat luar,” tuturnya.
Menuruti panggilan hati dalam mengajari merajut, ia harus mempersiapkan mental yang cukup kuat saat berhadapan dengan orang yang lebih tua darinya.
“Sebelumnya belum ada pengalaman ngajar Karang Taruna (sebaya) apalagi kalau ibu-ibu PKK, butuh mental juga di awalnya. Minder pasti juga ada. Ya semoga nantinya lahir kader-kader yang berwawasan dan memiliki kreativitas tinggi,” imbuhnya.
Bermodal 100 ribu, Iftita sapaan akrabnya membeli perlengkapan rajut. Dari situlah ia dapat mengambil uang jajan dan disisihkan untuk kembali berjualan. Terkendala banyaknya orderan, ia seringkali meminta bantuan teman untuk menyeslesaikan pesanan.
“Karena tenaga tidak memumpuni, harapan kedepannya dari keuntungan itu saya kumpulkan dan berharap bisa beli mesin rajut sendiri untuk bisa lebih berkembang ke depannya,” tandasnya.
Mengecawakan pelanggan pernah ia lakukan. Karena kuwalahan, ia tak sanggup menggarap karena orderan membludak “Terkadang jika si pemesanan sudah tidak sabar. Alhasil pesanan di-cancel karena kelamaan. Pelanggan rata-rata paling banyak dari temen sendiri ya, anak-anak kampus, kalau luar kota baru Semarang, Jawa Timur, sama kebanyakan Jepara,” imbuhnya.
Ia mengaku tak kesulitan dalam membagi waktunya dengan kuliah. Iftita jadikan pengalamannya ini untuk memangement waktu. “Saya bisa berlatih membagi waktu, karena diwaktu luang teman saya bermain, ngobrol gitu. Saya bisa mendapatkan yang namanya 3D (duduk, dapat, duit) saya tetap bisa kumpul sama mereka, bisa ngobrol sama mereka, tapi sekalian menghasilkan,” katanya bangga.
Tak hanya itu, kini remaja yang lahir pada 22 Januari 1999 ini menambah usaha dengan berjualan snack dan kosmetik. “Melihat dari lingkungan sekitar sama teman kampus pasti kan pada memerlukan make up mbak, jadi aku melirik ke situ. Gak stag dirajut saja, kalau rajut kan paling 1 atau 2 perhari, tapi kalau make up itu hampir keperluan wanita setiap hari yang digunakan secara terus-menerus,”katanya (Ida Fadilah)