Sumber foto: Devi Tino/DinamikA
Oleh: Devi Tino
Deru nafas mulai tersenggal-senggal akibat dikejar oleh Aksara. Dia salah satu musuh Tiara. Aksara Prasyandi Asllani, laki-laki yang banyak di idam-idamkan para kaum hawa. Sedangkan yang satunya yaitu Tiara Gellintany Atrinium, wanita berparas cantik, bermata sipit dan juga memiliki mata hazel yang indah. Walaupun bercadar, wanita tersebut terlihat cantik.
“Tiara!!” teriaknya dari ujung koridor.
“Ada apa Aksara?”
“Nanti malam tunggu gue dirumah lo,” ucapnya serius. Tetapi Tiara tetap menundukkan pandangannya. Statusnya belum halal, takut menimbulkan dosa.
***
Detik-detik sore berganti malam. Malam kelabu bersama buku novel di balkon. Tiara sangat menyukai berbagai jenis novel. Dari romance hingga horor. Ketika Tiara bersantai, tiba-tiba saja suara deru motor berhenti tepat di teras rumahnya. Tiara menatap dari atas balkon, wajahnya terlihat terkejut bukan main.
“Aksara?” ucap Tiara yang sedang menatap penampilan Aksara sungguh rapih dan juga membawa paper bag ditangannya.
Tok… Tok..
“Ara? Ada yang nyariin kamu dibawah,” ucap Umi dari ambang pintu.
“Iya Umi, sebentar Ara pakai cadar dulu,” Setelah membenahkan cadarnya, ia melangkahkan kakinya keluar dari bilik kamar menuju ruang tamu.
Ia mendapatkan wajah tampan milik Aksara. Tiara terkesima melihat pesona Aksara. Pantas saja kaum hawa banyak yang kagum dengan ketampanannya.
“Aksara?”
“Iya, ini gue.”
“Maksud kamu datang ke sini mau apa nak?” suara berat milik pria betubuh kekar membuat Aksara sedikit ragu.
“Kedatangan saya kesini ingin izin mengkhitbah anak bapak.”
“Hah?” ucap Tiara sangat terkejut. Sekaligus menatap kedua mata Uminya.
“Kalian masih sekolah bukan? Kenapa kamu mengajak anak saya untuk menikah? Apa kamu bisa menafkahi anak saya?”
“Insyallah saya menyanggupi untuk menanggung semua keperluan anak bapak. Walaupun saya masih sekolah, alhamdulillah saya memiliki usaha rumah makan. Saya ingin menghitbah anak Bapak karena Allah.”
“Oke, tapi keputusan ada di Tiara ya.”
“Gimana Ra?” Tiara hanya menunduk menatap ke arah lantai. Ia belum mau menikah diusianya yang muda. Bahkan bersama Aksara? Tapi, garis jodoh seseorang sudah ditentukan oleh-Nya. Tiara hanya bisa berdoa dan menerima keadaan. Walaupun gayanya Aksara sedikit berantakan. Tetapi Tiara yakin kalau Aksara tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Jadi, jangan menilai seseorang dari tampilannya saja. Bukan berarti dia tidak mempunyai akhlak yang mulia, karena penampilannya yang urakan. Justru Aksara tidak pernah sekalipun ia meninggalkan shalatnya.
“Tiara shalat istikharah dulu Mi, Bi. Maaf Aksara, aku harus menemukan jawabanya dulu,” jawab Tiara lali meninggalkan Aksara dan kedua orangtuanya.
***
“Aksara! Ini surat untuk kamu. Aku memberi jawaban tentang lamaranmu di sini,” ujar Tiara seraya memberikan selembar kertas. Sehabis itu ia pergi meninggalkan Aksara yang termangu di bawah pohon dekat lapangan basket.
“Assalamualaikum Aksara, perihal lamaranmu insyallah saya siap. Saya terima lamaranmu. Mungkin umur kita masih terlalu muda. Tapi aku yakin dengan niat baik kamu untuk melamarku bukan semata-mata karena nafsu. Melainkan karena Allah. Bismillah hirahmannirahim, aku Tiara menerima lamaranmu untuk menjadi imamku dan melengkapi imanku. Tolong bimbing aku ya.”
Aksara tesenyum lebar dan ia sampai melompat-lompat seperti orang kerasukan. Apalagi posisinya di bawah pohon. Ditambah ia mencium berungkali kertas ditangannya. Sampai teman-teman yang melewati lapangan menatap heran Aksara.
“Alhamdulillah, Makasih Ya Allah. Terima kasih untuk Tiara calon istriku.”
***