Sumber Foto: freepik
Oleh: Fakhrul Fata
Terdiam, bibir membisu
Tertawa sejenak dalam alunan halu
Tercengang di atas diksi yang membingungkan
“Biarlah senyummu menggores badanku,” ujar buku
Lembar demi lembar kuhirup
Di ruang tamu yang sejuk
Aku begitu khusyuk
“Jangan lupakan aku di depanmu”
Kopi pun tak ingin kalah dengan waktu
Tetes demi tetes menyeruputnya
Menggores bulir senyumku
Aku suntuk bahagia
Kopi dan buku
Keduanya adalah saudara kembar
Tak ingin kupisahkan disalah satu
Keduanya saling beradu
Menjadi teman terbaikku
Resah, ketika keduanya bertaut
Dalam sempitnya waktu
Sudahlah
Hadirmu bahagiaku
Titik