Pro Kontra Teori Evolusi dengan Keagamaan

Sumber foto: Pelajaran.co.id

Oleh: Aditya Ramadhan

Apakah sains coba meniadakan Tuhan dan Agama? Tidak. Tuhan dan Agama bukanlah objek dari sains. Sains hanya mendefinisikan alam semesta melalui observasi, tapi kenyataan yang didapat sains banyak bertentangan dengan agama. Seperti tentang penciptaan, dalam kitab-kitab abrahamik dijelaskan bahwa tuhan menciptakan sesuatu dengan firman “Jadilah, maka jadilah!”. Cukup mudah memahami bahwa tuhan menciptakan sesuatu, maka sesuatu tersebut langsung jadi. Tapi dilain sisi fakta sains melalui fisika yang disampaikan Hawking membuktikan bahwa semesta ini belum jadi, masih ada tabrakan antar galaksi, benturan bintang, dan perluasan alam semesta. Kita perlu miliaran tahun lagi untuk melihat alam semesta terbentuk sempurna.

Menurut kaum agamawan teori evolusi Charles Darwin yang mengatakan bahwa manusia merupakan tahap akhir dari evolusi primata wajib ditolak karena bertentangan dengan wahyu Tuhan. Sedangkan menurut teori Darwin, teori evolusi diturunkan bukan dari abstraksi, melaikan hasil dari observasi ilmiah yang di rekonstruksi menurut saintifik, sehingga tak bisa dibatalkan bahkan oleh wahyu sekalipun. Kedua hal ini menjadi pola pikir yang sangat bertentangan. Di sini sains lebih berkaitan dengan proses-proses penjelasan tentang alam semesta, seperti bagaimana planet-planet bergerak, komposisi materi dan atmosfernya, juga asal mula dan fungsi organisme, sedangkan agama lebih berkaitan dengan makna dan tujuan dari dunia serta kehidupan manusia, seperti hubungan yang sesuai antara manusia dengan Tuhan selagi penciptanya juga hubungan dengan sesama manusia, serta nilai-nilai moral yang mengatur kehidupan manusia.

Sedangkan mengenai manusia, agama menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk istimewa, berasal dari Adam yang langsung diciptakan oleh Tuhan. Namun lagi-lagi, fakta sains menunjukan bahwa manusia terbentuk melalui evolusi panjang jutaan tahun. Manusia tak lain adalah hewan. Hanya saja, seleksi alam menjadikan manusia memiliki daya berpikir kognitif yang lebih tinggi dari hewan-hewan lainnya. Tapi kemudian ada yang bilang: “teori evolusi itu sesat dan tidak bermakna apa-apa selain mencoba meruntuhkan ajaran-ajaran agama. Charles Darwin sebagai pelopor teori ini bukanlah ilmuan, dia hanya orang bodoh yang berpikiran dangkal”.

Namun kenyataannya, teori evolusi yang dibilang sesat dan tidak bermakna itu justru berperan penting terutama dalam ilmu genetika. Tempe yang kita makan sehari-hari itu berasal dari fermentasi melalui proses genetika yang berbasis pada teori evolusi ala Darwin yang dibilang dangkal dan sesat itu.

Yang sering disalah pahami mengenai teori evolusi Charles Darwin tak lain juga adalah manusia berevolusi dari kera. Darwin tidak pernah menyatakan demikian. Dalam bukunya The origin of species mengatakan bahwa manusia dan kera berevolusi dari makhluk primitif yang sama. Hal ini mampu memberikan suatu pengertian bahwa manusia berevolusi dari kera. Analoginya: motor honda dan mobil honda merupakan kendaraan dari pabrik yang sama, akan menjadi kekeliruan apabila kita menyimpulkan bahwa mobil honda adalah evolusi dari motor honda.

Memang teori evolusi ada buktinya? Itu salah satu pertanyaan yang konyol yang biasa dilanturkan orang-orang kurang pemahaman dan yang khususnya orang yang menolak teori evolusi. Orang dengan pertanyaan tersebut tidak paham urutan pembuatan teori, bahwa teori disusun dari bukti awal dimana terdapat sejumlah fakta hasil observasi yang kemudian direlasikan menjadi suatu bangun yang konsisten.

Pertanyaan itu sama konyolnya dengan: emang bakso ada dagingnya? Teori evolusi disusun oleh Darwin berdasarkan observasi panjang. Tak hanya Darwin, ada begitu banyak ilmuan sains khusnya yang berkontribusi. Bukti-bukti pun tidak terbatas pada apa yang dikumpulkan zaman dulu. Hingga saat ini pun riset penelitian masih tetap dilakukan untuk menambahkan fakta baru serta untuk memanfaatkan teori. Salah satu elemen penting yang dipakai untuk menjelaskan evolusi adalah genetika. Berbasis pada gagasan bahwa makhluk hidup dapat berubah-ubah, ilmuan telah melakukan banyak rekayasa genetik untuk mengubah makhluk hidup. Jika kita satu bagian dari ilmu biologi, sama seperti teori atom atau teori realivitas dalam ilmu fisika.

Ilmu fisika modern tidaklah utuh tanpa teori atom dan realitivitas. Demikian pula tidaklah lengkap ilmu biologi tanpa teori evolusi. Teori-teori sains tidak berdiri sendiri, melainkan terikat satu sama lain. Dalam teori atom memakai prinsip relativitas. Demikian pula dalam biologi, evolusi tak hanya dibahas dalam bab evolusi. Ketika membaca buku Dawkins, The selfish gane kita akan terpangah. Karena hampir setiap bagian buku tersebut, misalnya replikator, mesin gen, jangkauan luas gen, dan lain sebagainya memakai konsep evolusi untuk menjelaskannya. Boleh dibilang bahwa teori evolusi adalah tulang punggung dari biologi modern. Bila konteksnya sains, tidak ada lagi penolakan terhadap evolusi. Seandainya terjadi sebuah penolakan, bisa saja. Namun harus ada teori lain sebagai alternatif yang dapat menggantikannya. Dari hal tersebut, sejauh ini belum ada teori lain yang disodorkan untuk menggantikan teori evolusi. Penolakan yang ada, sumber dan dari argumennya bukan sains, tapi lebih ke kepercayaan atau ketidaktahuan. Masih banyak sekali orang menolak teori evolusi tanpa paham apa isinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *