Percaya Kepada Hujan

Percaya kepada Hujan
Oleh: Abdul Karim
doc.pixabay
Rokok setengah habis terjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah Kirun. Dengan tenang tanpa tergesa-gesa dia menyesap batang rokok, menghembuskan asapnya dengan santai walau kemudian asapnya diterpa angin hujan yang mengamuk. Tetesan hujan yang terlalu besar terciprat mengenai kaki dan sebagian badan Kirun. Ia tetap santai dan tenang walau dia tahu celana dan bajunya sudah terlampau basah karena percikan air hujan. Kirun tetap tenang menyesap rokok yang berada di tangan kirinya.

Kirun duduk di depan meja menyesap rokoknya yang hampir habis tetap berusaha tenang. Duduk menghadap barat, di depan teras rumah yang sempit ditambah meja kecil berada di depannya menambah sesak teras itu. Kirun harusnya tahu bahwa sekarang hampir semua baju dan celananya juga barang-barang di atas mejanya mulai basah karena percikan air hujan dan angin kencang yang kadang menghambur. Tapi Kirun tetap berusaha tenang dan untuk kesekian kali menghidupkan rokok lagi.

Kirun tetap berusaha tenang dengan rokok-rokoknya, korek api, pena, kertas, baju, celana yang sekarang semuanya sudah basah karena cipratan air hujan. Seperti ingin menunggui hujan reda, Kirun tak memperdulikan. Dia tetap percaya bahwa hujan mendatangkan rezeki.
***

Kirun hanyalah sopir angkot yang tidak memiliki angkot. Dia menyopiri angkot milik temannya yang sudah memiliki mobil truk untuk dikendarai dan menghasilkan lebih banyak uang ketimbang angkot. Maka sekarang Kirunlah yang menyopirinya.

Kirun harus merawat angkot dan memberikan uang sewa dua puluh ribu perhari untuk temannya. Tak masalah, karena penghasilan Kirun dalam sehari lebih dari dua puluh ribu dan bisa untuk makan keluarganya. Menghidupkan kompor, membeli terasi, tempe, cabai, bawang untuk keperluan dapur serta menyekolahkan malaikat kecil yang masih kelas tiga sekolah dasar.

Seperti angkotan kota dengan mesin sehat, keluarganya berjalan dengan lancar dan pasti. Sesekali berhenti untuk menjemput penumpang. Tapi seperti kendaraan yang lainya juga, angkotan kadang sakit. Perlu dirawat dan mendapat perhatian khusus. Ban bocor memangkas biaya dapur sebesar keringat tambal ban untuk menambalnya. Mesin yang sering mati memangkas hampir separuh tabungan yang dimiliki Kirun untuk rencana membayar buku anaknya.

Seperti hujan yang deras menimpa, masalah juga dengan deras menghampiri. Anaknya yang biasa bermain sekolah, tidak pernah demam walau hujan-hujanan deakan memiliki daya tahan tubuh yang kuat, sekuat superman pada akhirnya kalah dengan gigitan nyamuk Aides, demam tiga hari tak kunjung berhenti. Demam berdarah mengancam, obat-obatan yang tidak terlampau mahal menjadi pilihan. Dan merawat hanya di rumah adalah satu-satunya pilihan.
***

Kirun selalu menyempatkan diri untuk membaca koran setiap hari. Biasanya Dia akan mangkal di depan pasar pada saat hari menjelang siang, kemudian turun menuju mading berisikan koran untuk dibaca secara gratis. Mading menjadi pengganti warung untuk nongkrong atau mangkal. Penghasilan yang pas-pasan, menjadi sedikit eman untuk membeli cemilan.
Kirun suka membaca, setiap hari Dia membaca. Senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu, minggu. Minggu! Kirun selalu menanti koran hari Minggu. Dia suka cerita-cerita rekaan di koran hari minggu. Kirun selalu mengikuti cerita-cerita itu dari minggu ke minggu. Dia juga memiliki cita-cita untuk menulis cerita rekaan dan mengirimnya ke koran hari minggu. Kalau cuman menulis cerita rekaan saja gampang! Pikir Kirun. Selain honor lumayan, Dia juga bisa memamerkannya ke tukang angkot lain.
***

Ternyata menulis tidak segampang yang dipikir Kirun. Sudah terlalu panjang rokok yang habis disesapnya. Kertas sobekan buku milik anaknya yang masih sakit belum juga terisi sesuatu kecuali titik air hujan yang terciprat. Kata penulis hebat, hujan mendatangkan inspirasi. Kata pepatah, hujan mendatangkan rezeki. Inspirasi untuk menulis tak kunjung datang, rezeki yang Kirun harapkan berupa uang untuk mengobatkan anaknya semakin jauh dari angan. Hujan hanya memberi basah pada baju, celana, bungkus rokok, korek api, pena, kertas.
***

Kirun tetap percaya hujan mendatangkan inspirasi untuk Dia tulis dan rezeki berupa uang. Dia tetap menunggu sambil menyesap rokok diantara jari telunjuk dan jari tengahnya. Walau, matanya terciprat air hujan.

One thought on “Percaya Kepada Hujan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *