Klikdinamika.com, Salatiga – (27/11/19) IAIN Salatiga adakan Pemilu Raya (Pemira) tahun 2019 secara serentak di setiap fakultas untuk memilih calon ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS), Senat Mahasiswa (Sema), dan Dewan Mahasiswa (Dema). Di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) terdapat 5 daerah pilih (dapil) untuk beberapa program studi.
Rangkaian acara dibuka pada pukul 07.00 di Mushola Lantai 2 Gedung Ahmad Dahlan. Akan tetapi, proses pencoblosan yang semula di jadwal tertera pukul 08.00, mundur menjadi pukul 09.45. Hal ini terjadi karena perwakilan partai sebagai saksi datang terlambat.
Kesalahan teknis terjadi di TPS 03 (TBI & PBA). Terdapat kecacatan di surat suara pada kotak kandidat ketua HMPS TBI. Nomor urut kandidat tertukar dan logo Partai Independen Mahasiswa (PIM) berupa tempelan sticker. Seharusnya kandidat nomor 1 ialah Munfarid dari PIM dan nomor 2 ialah Irfan Maulana dari Partai Nahdlatul Tulub (PNT).
Ketua KPUM FTIK, Fahrul Rozi mengaku tidak tahu menahu kesalahan tersebut dapat terjadi. “Kami, KPUM Fakultas kan hanya sebagai pelaksana. Sedangkan yang menyiapkan surat suara dari KPUM Institut.” KPUM Institut sudah meminta file data diri beserta foto para calon. Namun, ada beberapa partai pengusung calon hanya mengirim file foto, atau hanya nama, tidak langsung satu paket (data dan foto).
Tidak hanya itu, pengiriman file pun via chat pribadi, ada yang tidak berkenan untuk mengirimkan langsung ke kantor KPUM.
Ketua HMPS TBI, Tri Andika mencoba mengoordinasikan kesalahan tersebut dengan KPUM Institut. Ia menyayangkan kesalahan seperti itu mengapa bisa terjadi.
Sebelumnya, saat pengambilan nomor urut, kandidat sudah fix. Tetapi di surat suara tidak sesuai. Jika petugas sudah mengetahui kesalahan pada logo partai yang berupa sticker seharusnya bisa dihentikan, bukan dilanjutkan tanpa pemberitahuan kepada pihak-pihak terkait karena akibat yang ditimbulkan pun fatal.
Ada mahasiswa yang sudah terlanjur mencoblos sesuai nomor urut, karena mereka hanya berpatokan pada nomor urut saat kampanye diselenggarakan. Ada pula mahasiswa yang tidak menyadari akan adanya kesalahan tersebut, sehingga calon yang mereka pilih tidak sesuai dengan apa yang mereka pilih di awal. Tri Andika berharap bahwa siapapun nanti yang terpilih menjadi penggantinya benar-benar dari pilihan anak-anak TBI, bukan karena kesalahan teknis. “Saya harap KPUM tidak semena-mena jika membuat acara. Sudah pemberitahuannya mepet, terjadi kesalahan seperti ini, di TBI pula,” tambahnya. (ESR/Nurul/red)