Modus Pelecehan Seksual KBGO Oleh Mahasiswa: Korban Buka Suara #Bagian Satu

Ilustrator: Zula

Oleh: Tim Keredaksian DinamikA

Peringatan: Tulisan ini berisi tentang konten pelecehan seksual yang dialami oleh mahasiswa melalui subyek anonim di media sosial.

SEJUMLAH mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga mengaku menjadi korban Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) selama November-Desember 2024. Terduga pelaku mengirimkan pesan melalui direct message (DM) Instagram dan pesan WhatsApp. Bentuknya beragam, mulai dari bertanya seputar masturbasi, ereksi, ukuran dan merek celana dalam (CD), hingga meminta foto CD mereka dan orang hamil.

Dari hasil temuan redaksi DinamikA, terdapat laporan kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) yang terjadi di lingkungan kampus. KBGO sendiri pada dasarnya sama dengan kekerasan seksual di dunia nyata, dengan niat melecehkan korban berdasarkan gender atau identitas seksual. Hanya saja KBGO diperantarai internet dan sering terjadi di media sosial. 

Kasus KBGO yang meresahkan mahasiswa UIN Salatiga di akhir tahun 2024 cukup disorot saat tiba-tiba banyak aduan yang muncul pada akun Instagram @pesanuinsalatiga (19/11/2024), dengan motif yang sama dan serupa yang merujuk pada mahasiswa dari Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (Fuadah). Beberapa korban juga telah melapor pada Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS), namun hingga tulisan ini terbit, kasusnya belum terselesaikan.

Hal ini yang akhirnya memantik Tim Redaksi DinamikA untuk melakukan investigasi untuk menelusuri para korban yang mengalami hal tidak mengenakan tersebut. Tercatat, empat korban bersuara dalam tulisan ini. Di sini DinamikA juga membuka layanan aduan kekerasan seksual yang serupa melalui link https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdKZRlsFODVvtWQWO37kvPIj57IwVpha2blUjy6KJMSFI8E-g/viewform untuk selanjutnya ditindaklanjuti. 

Media Sosial Rawan Pelecehan Seksual

Reporter Klikdinamika.com telah mewawancarai beberapa korban yang resah dengan adanya KBGO yang dilakukan oleh terduga pelaku dari mahasiswa Fuadah. Dari beberapa yang dimintai keterangan, mereka merujuk pada satu username Instagram, yaitu @cantika_7.

Salah satu korban, Rita (bukan nama sebenarnya) mahasiswi Fuadah, menyatakan bahwa ia menerima pesan melalui platform Instagram dengan username @cantika_7, yang mengaku sebagai rekan dari temannya dan mulai bertanya hal-hal yang tidak senonoh.

“Jadi ada akun Instagram @cantika_7 DM aku, intinya dia bilang mau tanya sesuatu, terus orangnya bilang kalau dia temannya Cantika (bukan nama sebenarnya) dari Program Studi (Prodi) Bahasa Sastra Arab (BSA). Setelah saya konfirmasi, ternyata orang yang disebutkan tidak mengenal pengirim pesan itu. Kemudian, pesan yang saya terima dari akun @cantika_7 itu mengarah ke pertanyaan tidak sopan,” ujarnya saat dihubungi melalui WhatsApp  (13/01/2025).

Kasus serupa selaras juga dialami oleh Dinda (bukan nama sebenarnya), mahasiswi Fuadah, yang kini sudah lulus, juga menerima pesan tidak senonoh dari akun yang sama. Menurut Dinda, terduga pelaku bertanya hal-hal vulgar yang berkaitan dengan hal pribadi.

“Di bulan Desember kemarin ada yang DM aku, nama ig-nya @cantika_7. Dia tanya ‘maaf kalau orang masturbasi waktu puasa itu hukumnya apa? Kalau orang yang melihat hal-hal yang seperti itu bagaimana?’ Bahkan, sampai tanya juga kalau laki-laki waktu puasa ereksi bagaimana hukumnya?” terang Dinda (14/01/2025).

Selain Rita dan Dinda, korban lainnya datang dari luar Fuadah, seperti Latif (bukan nama sebenarnya), mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), yang juga mendapatkan pesan tak senonoh dari akun Instagram @cantika_7, karena tidak nyaman, nomor tersebut ia blokir. “Aku kemarin di-chat dua kali oleh akun itu, tanya tentang puasa gitu, terus habis itu langsung aku blokir,” jelasnya (17/01/2025).

Tak Hanya Instagram, WhatsApp pun Jadi

Tidak hanya melalui situs Instagram, KBGO yang terjadi di lingkungan kampus itu juga menjangkar melalui WhatsApp. Berbekal nomor tak dikenal, terduga pelaku melancarkan aksinya.

Dinda yang semula mengungkapkan bahwa ia dihubungi oleh akun Instagram @cantika_7, menambahkan bahwa dia bukan hanya sekali mendapatkan pesan yang merujuk pada KBGO yang mengatasnamakan mahasiswa Fuadah, terhitung sudah tiga kali—dua kali melalui WhatsApp dan sekali melalui DM Instagram.

Kejadian pertama, terduga pelaku menyamar menjadi temannya sewaktu di bangku Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Diketahui terduga pelaku dan Dinda memang satu sekolah saat MAN, tetapi berbeda kelas. Selanjutnya terduga pelaku juga memintanya mencarikan responden orang hamil.

“Dia mengaku sebagai teman saya yang bernama Amalia saat di MAN. Saya tidak menaruh curiga karena mengetahui nama saya, kemudian dia mengetahui dulu saya berada di kelas apa. Selanjutnya dia meminta saya sebagai narasumber serta meminta responden orang-orang hamil yang ada di sekitar lingkungan saya, karena di lingkungan dia, mengakuinya tidak ada,” ucapnya (14/01/2025).

Semula terdengar wajar, sampai akhirnya Dinda menolak permintaan, karena terduga pelaku menanyakan hal yang tidak senonoh hingga meminta foto celana dalam miliknya. “Sampai pada akhirnya dia (red: terduga pelaku) minta foto CD (red: celana dalam) dan minta data orang hamil. Tetapi kedua permintaan itu aku tolak, lalu aku blok,” tegasnya (14/01/2025).

Tidak berhenti sampai di situ, Dinda menjelaskan kejadian keduanya. Saat itu terduga pelaku mencoba kembali mengirimkan pesan lagi, tetapi melalui WhatsApp dengan nomor tak dikenal dan mengaku sebagai Anisa, mahasiswi Prodi Ilmu Hadis angkatan 2022. Dia bercerita kepada Dinda bahwa dirinya dihamili pacarnya dan tidak mau bertanggung jawab. Terduga pelaku juga mengetahui bahwa Dinda merupakan mahasiswi yang aktif serta melek mengenai isu perempuan, sehingga awalnya Dinda tidak menaruh curiga.

“Dia bercerita, bahwa dia itu hamil, dihamili pacarnya. Lalu dia nanyain tentang kehamilan seperti ‘kalau hamil itu payudara makin besar ya?'”ungkapnya (14/01/2025).

Dinda mulai curiga ketika ranah pembicaraan sudah mengarah ke hal-hal pelecehan seksual. Ia menjelaskan bahwa terduga pelaku menanyakan ukuran celana dalam yang dia pakai. “Dia itu sampai nanyain ukuran CD-ku dan mereknya. Aku jawab enggak ada merek, enggak ada ukuran. Dan di hari berikutnya dia mengirim pesan lagi, tetapi sudah enggak aku balas,” tambahnya (14/01/2025).

Korban lain dari mahasiswi Fuadah, Tiara (bukan nama sebenarnya), juga menerima pesan dari terduga pelaku dengan motif serupa.  Awalnya terduga pelaku mengaku membelikan CD untuk kakak perempuannya, tetapi salah ukuran. Lalu, menawarkan CD itu ke Tiara. Setelah mengonfirmasi ke kakak perempuan yang disebutkan, ternyata nomor yang digunakan bukan milik kakak tersebut, melainkan nomor lain dari terduga terduga pelaku sendiri. Selain itu, Tiara pernah dimintai tolong untuk mencarikan foto orang hamil dengan alasan tugas sepupunya. Dari kejadian-kejadian itu, Tiara menyimpulkan bahwa motif terduga pelaku berkaitan dengan gairah seksual tertentu.

“Dari kasus celana dalam yang katanya kakaknya beli salah ukuran, terus dia pernah minta tolong aku buat cariin aku foto orang hamil, katanya buat tugas sepupunya jurusan perawat. Gairah seksualnya itu seputar orang hamil dan celana dalam yang menjerumus bagian keintiman wanita,” simpulnya (17/01/2025).

Korban Menunggu Keterangan Lebih Lanjut Satgas PPKS

Bersamaan dengan maraknya kasus yang saat itu beredar, Satgas PPKS yang bekerja sebagai garda terdepan dalam penanganan kasus pelecehan seksual di dalam kampus, merespon hal tersebut dengan maklumat pada laman resmi Instagram @satgasppks.uinsalatiga, tentang aduan untuk penanganan korban dan pelecehan seksual (26/11/2024).

Namun, sampai pada tulisan ini terbit Satgas PPKS belum memberikan keterangan lanjutan kepada korban yang melayangkan aduan. Sebagaimana keterangan korban saat diwawancarai oleh reporter Klikdinamika.com, yaitu Rita dan Dinda, yang menyayangkan atas aduan mereka yang tidak ada kelanjutannya, dan hingga saat ini terduga pelaku masih belum ditindaklanjuti oleh pihak Satgas PPKS. Rita merasa sangat menyayangkan hal ini, karena laporannya tidak berkembang seperti harapnya.

“Balasan dari Satgas PPKS menurutku agak mengecewakan, Satgas PPKS mengemukakan bahwa kasus ini akan ditangani oleh fakultas namun dari fakultas sampai sekarang tidak ada kemajuan dan kelanjutan. Bahkan, pelapor tidak mendapatkan info kelanjutan atas kasus ini,” kata Rita (13/01/2025).

Hal serupa juga diungkapkan Dinda, yang belum mengetahui kelanjutan dari laporannya. “Aku juga sempat ngobrol ke Satgas PPKS sebenarnya. Sudah ditindak lanjuti kemudian dikembalikan ke Dekan dan Wadek 3. Jadi gatau follow up-nya bagaimana.” Pungkas Dinda (14/01/2025).

 Reporter Klikdinamika.com telah berupaya mengonfirmasi ke terduga pelaku. Selama beberapa kali menghubungi dan menawarkan wawancara, baik langsung ataupun online. Namun hingga berita ini terbit, terduga pelaku belum memberikan kepastian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *