Menyibak Filologi dalam Penulisan Sejarah

Doc. Dinamika
Doc. Dinamika
Doc. Dinamika

Klikdinamika.com, Salatiga- Bertempat di Auditorium Kampus 2 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Program Studi Sejarah Peradaban Islam menggelar acara seminar nasional bertema Naskah Islam Nusantara : Arti Pentingnya bagi Penulisan Sejarah Indonesia, (7/5) yang menghadirkan dua pemateri ahli di bidangnya, yaitu Oman Fathurrahman, seorang pakar filologi sekaligus staff Ahli Menteri Agama RI, dan Nurul Yaqin, pemilik manuskrip Islam kuno. Acara tersebut terlaksana berkat inisiatif para dosen dengan dibantu pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sejarah Peradaban Islam (SPI).

“Pendidikan sejarah Islam di Indonesia itu kalau melihatnya dari level SD, SMP, Aliyah juga belum melibatkan sumber primer kita sendiri. Jadi dalam kurikulum sejarah, pengetahuan tentang sumber primer yang ditulis oleh orang kita (Islam) sendiri belum dikenalkan,” ungkap Oman ketika ditanya tentang kondisi pembelajaran Sejarah Islam yang ada di Indonesia.

“Pertama harus mengutamakan signifikasinya ya, bahwa itu (manuskrip) penting sebagai sumber primer. Yang kedua, dalam kajiannya. Jadi kalau menulis satu topik penelitian harus selalu pikirkan sumber primer,” paparnya tentang peran mahasiswa sejarah dalam merekonstruksi sejarah.

Manuskrip sejarah Islam karangan para ulama hingga kini masis eksis dibaca oleh masyarakat. Lain halnya dengan manuskrip lain yang hilang ditelan waktu. Penyebab hal ini adalah karena para ulama tidak sembarangan dalam menulis. “Untuk menulis sebuah buku, para ulama melakukan puasa selama 1 tahun dan shalat terlebih dahulu sebelum menulis.” Ungkap Nurul Yaqin. Oleh karena itu, karya ulama terdahulu masih terjaga dan bermanfaat sampai saat ini.

Para dosen berharap mahasiswa sejarah memiliki semangat untuk menelisih lebih dalam tentang manuskrip-manuskrip sejarah, khususnya Islam yang samapai saat ini keberadaannya tersebar di negara-negara yang menjajah Indonesia seperti Belanda dan Inggris. Semakin tersibaknya manuskrip kuno, semakin jelas dan benar pula sejarah yang selama ini diketahui. (Fadlan/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *