Seiring berakhirnya pendidikan selama satu tahun, Ma’had Al’Jami’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga menggelar acara Wisuda Purna Santri dan Haflah Akhirussanah (11/5).
Sebanyak 154 mahasantri (32 mahasantri putra dan 122 mahasantri putri) kelas tahfidzul Qur’an dan kelas Bahasa Asing diwisuda pada akhirussanah kali ini. Dengan mengambil tema “Peran dan Tantangan Mahasantri di Era Milenial” panitia berharap mahasantri dapat mengambil hikmah dan mauidhoh hasanah (mutiara hikmah) dari penceramah yang diundang, yaitu KH. Soliminudin dari Semarang. Acara ini berlangsung pada siang hari hingga menjelang sore di halaman Ma’had Al-Jamiah IAIN Salatiga yang beralamat di Jalan Nakula Sadewa 5, Kembangarum, Sidomukti.
“Tujuan pendidikan pesantren adalah membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Dan dengan ilmu yang diterima itu sanggup menjadi da’i atau muballig di masyarakat luas sebagai orang berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah. Santri menjadi pilar pertama dan pertama menjadi anak yang punya uswatun hasanah (teladan yang baik). Tidak perlu banyak mauidhoh hasanah kok, tapi uswatun hasanah,” papar KH. Soliminudin dalam ceramahnya. Ia menekankan kepada para wisudawan-wisudawati untuk senantiasa menjunjung tinggi akhlaq dan mental yang baik. Pengasuh Ma’had Al-Jami’ah pun berharap para mahasantri tidak berhenti belajar pendidikan agama dan melanjutkan pendidikan pesantrennya.
“Manusia digolongkan menjadi empat golongan: (1) rojulun yadri wa yadri annahu yadri (Seseorang yang tahu (berilmu), dan dia tahu kalau dirinya tahu). (2) rojulun yadri wa laa yadri annahu yadri (Seseorang yang tahu (berilmu), tapi dia tidak tahu kalau dirinya Tahu). (3) rojulun laa yadri wa yadri annahu laa yadri (Seseorang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi dia tahu alias sadar diri kalau dia tidak tahu). (4) rojulun laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri (Seseorang yang tidak tahu (tidak berilmu), dan dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu). Yang pertama, rojulun yadri wa yadri annahu yadri. Golongan ini disebut ‘alim (mengetahui), golongan manusia yang paling baik, yang memiliki kemapanan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Manusia jenis ini adalah manusia unggul. Manusia yang sukses dunia dan akhirat,” tutur KH. Soliminudin.
Selain dihadiri oleh para pejabat kampus IAIN Salatiga, berbagai elemen masyarakat pun turut hadir, mulai dari ketua RT, para pengasuh pondok pesantren se-Kota Salatiga, dan Kapolres Kota Salatiga. Acara semakin meriah oleh persembahan seni tari dari santri Ma’had Al-Jamiah putri.
“Panitia sudah empat kali mengundang penceramah, namun seringkali tanggal yang kita sediakan tidak cocok dengan penceramah. Adapun kendala lainnya berasal dari internal pengurus sendiri,” ungkap Ahmad Mukhibin, panitia Akhirussanah. Dana yang digunakan acara berasal dari santri Ma’had sendiri lewat setengah dari iuran yang dibayarkan santri per bulan. Namun, dari kampus juga ngasih, sekitar seperempat dari total dana yang dikeluarkan, tambahnya. (Fadlan/Red)