SALATIGA- Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (Fuadah) menggelar Seminar Nasional dengan tema “Arah Baru Penafsiran Al-Qur’an di Indonesia”, dengan pemateri inspiratif, Habiburrahman El Shirazy atau Kang Abik dan Gubernur NTB, TGB Dr. M. Zainul Majdi, Lc., M.A, bertempat di Auditorium Kampus 1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Rabu (28/3). Peserta mencapai lebih dari 500 orang, baik dari tamu undangan maupun kalangan mahasiswa.
Persiapan intensif selama 20 hari oleh panitia yang melibatkan dosen juga mahasiswa terselenggara dengan baik dan terkonsep, layaknya penyambutan tamu agung. Banyak persoalan masyarakat sosial, politik, maupun kebudayaan yang harus diatasi. “Jangan lari dari masalah yang tumbuh di masyarakat, hadapi dan selesaikan dengan Al-Qu’an sebagai sumber solusi,” tegas M. Zainul Majdi, gubernur NTB, narasumber pertama .
Begitu pula tutur Mubasirun, Dekan Fuadah, selaku ketua panitia. “Semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan Al-Qur’an sebagai sumber petujuk yang diturunkan oleh Allah, begitu pula para mahasiwa khususnya mahasiswa Ushuluddin termotivasi untuk mendalami Al-Qur’an.”
Menafsirkan Al Qur’an dapat dilakukan dengan berbagai wasilah, salah satunya melalui sastra. “Ada sisi-sisi fleksibilitas dalam menafsirkan Al-Qur’an, karena Al- Qur’an diturunkan untuk umat di seluruh tempat,” jelas Habiburrahman, novelis alumni Al Azhar. Seperti halnya Indonesia yang masyhur dengan khas Islam Nusantara, Malaysia yang dikenal dengan Islam melayu. Namun terdapat tafsir tsawabit dengan tafsiran yang sama diseluruh dunia, seperti tafsir Al- Fatihah yang mutlak maknanya. Menyinggung masalah penafsiran Al-Qur’an di Indonesia, Kang Abik mengungkap kesepakatannya pada pendapat Quraish Sihab tentang penerapan tafsir heurmenetika pada Al-Qur’an, ada bagian yang bisa diambil dan ditafsirkan dengan hermeunetika, tapi ada bagian yang tidak bisa karena tidak berkaitan. (Titis/Red)