Oleh: Luluk
Telah kita ketahui bahwa covid19 menyebar sangat cepat. Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk melandaikan kurva covid19. Di antaranya adalah dengan melakukan social atau physical distancing, bekerja serta belajar dari rumah (dikenal dengan istilah work from home dan learn from home), pembatasan sosial berskala besar (psbb), dan lockdown. Hal tersebut tidak mampu mengurangi jumlah pasien positif covid19.
Apalagi ditambah dengan informasi mengenai pemerintah akan mengizinkan warganya yang berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali beraktivitas seperti semula meski pandemi covid19 belum berakhir. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat produktif tidak kehilangan mata pencahariannya. Akan tetapi, beberapa orang beranggapan bahwa keputusan tersebut akan mengarah pada teori herd Immunity.
Dilansir dari akun Instagram milik @doktervanda yang beranggapan bahwa jika psbb dan lockdown tidak berhasil, maka akan mengarah ke herd immunity. Jadi, apa itu herd immunity?
Herd immunity mengacu pada situasi di mana cukup banyak orang dalam suatu populasi yang memiliki kekebalan terhadap infeksi sehingga dapat secara efektif menghentikan penyebaran penyakit tersebut (Aljazeera, 20/03/2020).
Caranya ada dua, yaitu yang pertama dengan vaksin (sampai sekarang belum ada vaksin untuk covid19 dan masih dalam tahap penelitian untuk menemukan vaksin yang notabenenya dibutuhkan waktu kurang lebih hampir satu tahun yang diikuti dengan uji coba vaksin), dan yang kedua dengan membiarkan 60-70 persen populasi terinfeksi virus sehingga akan mendapatkan kekebalan antibody secara alami.
Dari dua kemungkinan tersebut, yang akan terealisasi adalah kemungkinan nomor dua dengan melakukan herd immunity. Pada akhirnya penduduk akan secara dsengaja untuk terinfeksi dengan virus, dengan harapan akan mempunyai kekebalan tubuh alami.
Akan tetapi, cara ini akan meningkatkan jumlah kematian. Perkiraan tingkat kematian infeksi covid19 sekitar 0,5-1 persen (Science Alert, 30/03/2020). Jika 70 persen dari seluruh populasi positif covid19 lalu sakit, itu berarti bahwa antara 0,35-0,7 persen dari setiap orang di suatu negara bisa mati akibat suatu bencana.
Salah satu negara yang sudah sukses dengan herd immunity adalah Swedia. Sekali lagi, ini masih wacana yang belum tentu terealisasi serta belum tentu juga dilakukan oleh pemerintahan Indonesia.
Prediksi dari bahasan yang sebelumnya mengenai herd immunity adalah pada akhirnya pemerintah akan nge-loss (berdamai) dengan covid19. Meskipun nantinya angka kematian akan tinggi serta bisa dikatakan dengan pemusnahan populasi manusia secara halus.
Akan tetapi, karena pertimbangan ekonomi, akhirnya pilihan yang diambil adalah herd immunity serta menunggu vaksin muncul ke permukaan dan dijual secara massal.
Tanpa kita sadari, mungkin pemerintah akan pelan-pelan merealisasikan herd immunity meskipun nantinya tidak akan dibilang herd immunity secara langsung (bisa dibilang yang sadar paham betul arahnya herd immunity dan yang tidak sadar akan mengira kalau covid19 sudah selesai).
Misalnya, toko, mall, transportasi mulai dibuka dengan mengikuti protokol kebersihan atau kesehatan sesuai standar covid19 yang sudah ditetapkan, sekolah mulai diaktifkan kembali, kantor serta aktivitas massal mulai beroperasi seperti biasanya.
Jika herd immunity benar-benar direalisasikan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk lansia di Indonesia berkisar sepuluh persen. Dengan asumsi tersebut pemodelan kelompok rentan yang harus mendapat penanganan khusus mencapai 18,2 juta jiwa.
Jumlah tersebut belum ditambah kelompom rentan lainnya yang memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, kanker, HIV, dll. Sementara jika dihitung dari persentase kematian akibat COVID-19 sebesar 8,9 persen, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 16 juta jiwa dari total 182 juta jiwa yang terinfeksi. (sumber: tirto.id)
Lalu, apa saja dampak yang ditimbulkan dari herd immunity? Dampak negatifnya adalah akan terjadian kematian massal yang berakibat kehilangan penduduk hampir separuh juta jiwa, rumah sakit beserta tenaga kesehatan (nakes) akan kewalahan.
Selain itu, apabila tidak disertai dengan peralatan medis yang cukup memadai, maka nakes akan kesulitan dalam menangani pasien. Dampak positifnya adalah pandemic akan segera berakhir, akan terbentuk manusia baru yang lebih kebal serta mudah beradaptasi dengan penyakit baru.
Bamun, sejauh ini belum ada penelitian lebih lanjut mengenai para pasien yang berhasil sembuh dari covid19 tidak akan terjangkit oleh virus ini. Kemudian perekonomian akan bangkit lagi dan tidak akan terhambat perkembangannya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana cara kita agar mampu bertahan dalam hidup berdampingan dengan virus agar bisa menjadi salah satu bagian yang masuk dalam kategori herd immunity? Kita dapat melakukan berbagai cara, diantaranya rubah gaya hidup, mulai hidup bersih, berolahraga, makan, sehat, minum vitamin.
Kemudian rubah lingkungan agar menerapkan hidup sehat, pakai masker, hindari kerumunan, sering cuci tangan dengan sabun atau memakai handsanitizer, serta menjaga kebersihan lingkunan. Selain itu, kita juga wajib berdoa dan berikhtiar karena manusia hanya mampu berencana, dan Tuhan-lah yang memutuskan.
Intinya, diterapkannya herd community atau tidak, utamakan keselamatn diri sendiri agar mampu menyelamatkan orang lain. Bukan untuk menakut-nakuti, namun lebih ke arah tetap waspada dan bertujuan untuk mengedukasi.