Kondisi setelah antara Iran dan Israel (Sumber Foto: Kompas.com).
Oleh: Ulin Hayati
Perang antara Iran dan Israel yang digadang-gadang akan menjadi pemicu perang dunia ketiga, saat ini mereda sebab gencatan senjata. Tapi, apakah gencatan senjata yang dilakukan adalah pilihan yang tepat bagi kedua negara? Atau justru hanya menjadi bom waktu yang akan meledak semakin hebat di kemudian hari.
Akar masalah pecahnya perang di kedua negara Timur Tengah itu adalah serangan Israel pada program nuklir di Iran. Alasannya sebagai upaya preventif untuk mempertahankan diri dari ancaman pihak Iran. Namun, Iran tidak tinggal diam setelah tiga hari negaranya mendapati serangan udara dari Israel. Iran memutuskan untuk mengirim serangan balasan yang semakin memicu terjadinya perang panas antar negara tersebut.
Setelah 12 hari berperang, akhirnya Iran dan Israel memutuskan untuk melakukan gencatan senjata atas inisiasi Donal Trump, Presiden Amerika Serikat. Namun, tidak adanya dialog nyata dari kedua pihak, klaim kemenangan dari masing-masing negara, dan gencatan senjata yang terkesan hanya pernyataan sepihak dari Trump membuat publik bertanya-tanya apakah perang ini akan resmi berakhir atau akan menjadi lebih besar di masa mendatang?
Gencatan Senjata Menguntungkan Salah Satu Pihak
Dilansir dari Liputan6.com, gencatan senjata yang didahului oleh serangan udara Amerika Serikat justru memperkuat posisi militer dari Israel. Sebab, negara itu memiliki ruang untuk mengevaluasi strategi dan taktik apa yang harus digunakan untuk serangan selanjutnya. Sedangkan Iran, akan lebih dirugikan dengan sudah terbukanya kelemahan udara mereka selama perang. Sehingga Israel dapat memanfaatkan momen untuk menyiapkan serangan yang dapat menembus kelemahan udara dari Iran tersebut. Di samping itu, semangat nasional dari Iran dengan adanya gencatan senjata juga akan memudar. Padahal, Iran memiliki dasar yang sah untuk mempertahankan diri sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB.
Intervensi dari Amerika Serikat untuk menginisiasi gencatan senjata juga tidak bisa dikatakan netral. Sebab gencatan senjata itu didahului dengan serangan udara ke Iran. Dilansir dari Tempo.com, justru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump lah yang lebih banyak mendapat keuntungan dari peristiwa tersebut.
Potensi Konflik di Masa Mendatang
Gencatan senjata yang terjadi setelah 12 hari perang Iran dan Israel bukan muncul karena kesepakatan, melainkan keterpaksaan. Sehingga peluang terjadinya konflik atau perang yang lebih besar dari sebelumnya sangat mungkin untuk muncul kembali. Karena, masa-masa damai ini bisa jadi digunakan oleh kedua negara untuk memperkuat strategi militer masing-masing negara dengan mengamati kelemahan dan kekuatan lawan selama perang.
Dilansir dari Tempo.com, Iran dan Israel sama-sama mengalami kerugian yang besar akibat perang. Namun, keduanya juga mendapat keuntungan strategis dan politik. Iran berhasil unjuk gigi dalam serangan balasan dan mampu mempertahankan pengaruh regionalnya. Sedangkan Israel unggul dalam kerusakan militer yang diderita oleh Iran dan mendapat dukungan internasional.
Bahayanya ketika dua negara tersebut melakukan perang lagi di kemudian hari adalah kekuatan yang dikerahkan masing-masing negara akan semakin besar. Sehingga kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk merambah kerugiannya pada negara-negara lain.
Kemudian, intervensi dan dukungan dari internasional terhadap salah satu pihak pun mungkin akan bermunculan. Sehingga, perang dunia ketiga bisa saja benar-benar terjadi. Karena, Iran memegang salah satu kilang minyak terbesar di dunia yang akan mempengaruhi perekonomian jika konflik berkepanjangan terjadi di negara tersebut.
Efektifitas Gencatan Senjata Iran dan Israel
Gencatan senjata yang dilakukan untuk mengakhiri perang antara Iran dan Israel ini dapat digunakan sebagai alat untuk menstabilkan kondisi panas antar negara tersebut. Namun, bukan berarti menyelesaikan konflik yang terjadi. Apalagi dengan intervensi Amerika Serikat di dalamnya yang membuat kedua negara damai bukan karena dialog, tapi perintah.
Iran dan Israel sebagai negara kuat di Timur Tengah saat ini tentu akan memikirkan strategi-strategi baru untuk mempertahankan regionalnya. Sehingga meskipun sudah ada gencatan senjata, ketegangan yang masih ada bisa saja menciptakan perang baru yang lebih besar jika terdapat pemicu, sekecil apa pun. Sehingga, harapan untuk gencatan senjata menjadi akhir dari perang 12 hari sangat bisa digaungkan, namun bisa dikatakan belum menjadi solusi terbaik bagi kedua belah pihak.
Jika Iran dan Israel tidak segera membuka ruang dialog diplomatik, gencatan senjata hanya akan menjadi alat penundaan konflik. Karenanya, perlu dorongan negosiasi nyata untuk kedua negara tersebut dari internasional untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah.