Sumber Foto: Prime Video
Oleh: Aprinianda Aldila Rahma
Apa yang kalian bayangkan ketika bertemu dengan seseorang di dalam kereta dengan tujuan yang berbeda? Mungkin kebanyakan orang tidak akan memperdulikannya. Hal ini berbeda dengan Jesse dan Celine dalam film Before Sunrise. Film bergenre romansa ini mengedepankan percakapan antara dua orang dewasa yang bertemu di dalam kereta yaitu Celine dan Jesse. Awal cerita bermula ketika Celine merasa terganggu dengan salah satu pasangan suami istri yang sedang bertengkar di dalam kereta, lalu ia memutuskan untuk pindah dan duduk di seberang tempat duduk Jesse. Dari situlah awal kisah romansa mereka akan dimulai.
Film ini memiliki tiga seri yaitu, Before Sunrise (1995), Before Sunset (2004) dan Before Midnigh (2004), dengan genre romance/drama. Digarap oleh Richard Linklater, menjadikan film ini memiliki keunikan antar seri yang berkesinambungan dari satu cerita ke cerita berikutnya. Bahkan ketiga series tersebut, sukses mendulang penghargaan seperti di antaranya: Aktor terbaik, Film terbaik, dan Kategori genre romance terbaik. Daya tarik lain film ini adalah percakapan acak antara kedua tokoh utama yang terasa sangat alami, seolah-olah bukan hasil skenario. Alur yang disajikan pun tampak sederhana, karena sepanjang film hanya berisi percakapan antara Jesse dan Celine, layaknya dua orang yang baru saling mengenal.
Film ini juga menunjukkan bagaimana mereka mempertahankan obrolan dengan cara yang benar-benar romantis. Ketiga film tersebut biasa disebut dengan “Before Trilogy”. Film pertama, mereka berdua dipertemukan di dalam kereta dengan tujuan yang berbeda, namun ketika Jesse turun di Vienna, ia mengajak Celine untuk turun dan berjalan-jalan denganya. Celine setuju karena masih memiliki waktu sebelum keberangkatannya untuk pulang ke Paris keesokan harinya. Seiring perjalanan mereka, keduanya tidak berhenti mengobrol setiap perjalanannya, obrolan yang berbobot, acak, dan selalu menarik inilah yang membuat penonton tidak bosan. Celine digambarkan sebagai wanita yang memaknai cinta sebagai hal yang begitu dalam, sedangkan Jesse adalah pria yang romantis dan pendegar yang baik. Sepanjang perjalanan, penonton akan dibuat hanyut dengan koneksi yang mereka bangun, hingga keosakan harinya tiba, Celine dan Jesse harus pulang. Mereka berpisah di stasiun kereta, tanpa meninggalkan sesuatu yang dapat menghubungkan kabar antara mereka berdua. Hanya saja dipaparkan dalam film ini, mereka membuat janji untuk bertemu di Vienna pada bulan Desember tahun berikutnya.
Pertemuan Kedua
Pada sekuel kedua, Before Sunset, penonton dibuat heran dengan pertemuan mereka yang tidak terjadi di stasiun kereta, melainkan bertemu di suatu perpustakaan Paris, di mana Jesse sedang melakukan tur untuk penerbitan bukunya. Celine memang sengaja berkunjung ke perputakaan itu untuk bertemu dengan Jesse, sedangkan Jesse tidak mengetahui bahwa Celine akan hadir dalam turnya tersebut.
Perjalanan ini membawa penonton ke arah pemikiran yang lebih dewasa dan realistis. Keduanya telah bertambah umur, dan Jesse telah menikah serta memiliki seorang putra. Mereka saling memberikan alasan mengapa mereka tidak datang ke stasiun pada saat itu. Jesse waktu itu datang menunggu Celine di Stasiun, sedangkan Celine memang tidak datang karena kerabatnya meninggal. Setelah mendengarkan pengakuan dari Jesse, Celine begitu menyesal karena tidak datang.
Cerita yang disajikan dalam film ini sangatlah ironis, karena di sinilah mereka berbagi kisah tentang kehidupan masing-masing. Celine bercerita dengan penuh emosional, berpikir mengapa takdir tidak berpihak kepadanya, mengapa cinta yang dia anggapnya serius selalu dipermainkan. Jesse pun kala itu tidak bisa berbohong dengan perasaanya, dan berkata, “Happy to see you, even if you’ve become an angry maniac, depressive activist. I still like you, I still enjoy being around you.”
Takdir memang tidak menyatukan mereka dalam sekuel ini. Namun, di akhir cerita, ada secuil harapan mereka bisa tetap bersama, ditunjukkan dengan adegan Celine yang sedang menari sambil berkata “Baby you are gonna miss that plane” dan Jesse menjawab “I know” dengan tersenyum bahagia.
Jawaban dari Takdir
Bagian ketiga dari trilogi ini merupakan akhir yang di tunggu-tunggu, Before Midnight, menjawab ending dari film pertama dan keduanya. Celine dan Jesse digambarkan memasuki fase hubungan yang sudah matang. Film ini membawa penonton kepada kehidupan berumah tangga yang tampak sesungguhnya. Percakapan keduanya yang sangat emosional dan konfrontatif memberikan kesan pertengkaran antara mereka berdua.
Kini mereka memiliki dua putri, sementara Jesse memiliki satu putra dari istri sebelumnya, Celine selalu merasa bahwa Jesse harusnya membawa putranya tinggal bersama mereka. Namun Jesse beripikir bahwa putranya juga masih butuh ibu kandungnya. Konflik mulai muncul ketika Celine salah paham, karena Jesse terus-terusan mengajaknya berpindah kota agar dekat dengan putranya.
Dalam kisah terakhir ini penonton akan di buat campur aduk, merasa ketakutan akan kehilangan, merasa tidak dihargai, merasa harus mengalah, dll. Namun, dari situlah penonton sadar bahwa keputusan untuk hidup dan menghabiskan waktu bersama dengan sesorang yang diperlukan bukan hanya rasa cinta, namun juga kesabaran yang mendalam. Kehidupan pernikahan mereka berdua yang nampak akan hancur, lambat laun dapat dirakit kembali berkat kesabaran Jesse merakit kembali setiap memori yang mereka sudah jalani bersama
Film ini sangat indah dan cocok untuk memahami apa arti hubungan, cinta, serta kedewasaan secara utuh, karena penyajiannya yang begitu realistis tidak terlalu mengumbar harapan-harapan yang manis seperti film-film romansa kebanyakan. Hanya saja mungkin penonton akan merasa membosankan karena sebagian besar adegannya hanya diisi dengan percakapan Jesse dan Celine.