Bahasa Arab di UIN Walisongo Dianggap Paling Menakutkan di Dunia, Bagaimana di IAIN Salatiga?

seminar nasional Ittaqo
seminar nasional Ittaqo
seminar nasional Ittaqo

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ITTAQO Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga mengadakan seminar nasional bertema “Menciptakan Peluang Ekonomi Kreatif Berbasis Bahasa Arab Melalui Implementasi Edupreneurship pada Senin (30/5). Terselenggara di aula utama kampus IAIN Salatiga, kegiatan yang mendatangkan salah satu pemateri dari UIN Walisongo Semarang tersebut berjalan meriah. Dalam kesempatan tersebut, ketua ITTAQO IAIN Salatiga, M Arif Fadlurrohman (22) mengemukakan bahwa Bahasa Arab dianggap penting untuk diimplementasikan dalam bidang edupreneurship. Hal ini menurutnya, merupakan alternatif bagi lulusan mahasiswa Jurusan Bahasa Arab untuk terjun di bidang selain sebagai tenaga pendidik.

“Untuk menjelaskan pada peserta bahwa ada alternatif lain mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab (PBA) nantinya setelah lulus.” Terangnya.

Dalam sesi pemaparan materi, Fahruddin Aziz, dosen UIN Walisongo menjelaskan bahwa Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang paling menakutkan. Bahkan, ia menjelaskan di lingkungan kampusnya mengajar, Bahasa Arab dianggap sebagai bahasa “momok”.

“Diyakini atau tidak, bahasa arab adalah bahasa yang sulit. Bahkan di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Bahasa Arab dianggap bahasa paling menakutkan di dunia.” Jelasnya di hadapan para peserta seminar.

Jika memang benar adanya bahwa Bahasa Arab merupakan bahasa yang dianggap paling menakutkan oleh perguruan tinggi setingkat Universitas, lalu bagaimana tanggapan bahasa arab tersebut menurut sivitas IAIN Salatiga yang setiap tahun dapat dikatakan peminat jumlah mahasiswa PBA stabil? Menjawab persoalan tersebut, Roviin, dosen IAIN Salatiga sekaligus pemateri kedua dalam seminar nasional tersebut angkat bicara. Menurutnya, menakutkan atau tidaknya Bahasa Arab adalah bagaimana cara pandang mahasiswa terhadap bidang yang mereka pilih.

“Momok atau bukan sebenarnya cara pandang mahasiswa sendiri, apa motivasi mereka mengambil jurusan Bahasa Arab, jika memang dari awal memilih jurusan Bahasa Arab, saya kira hal itu akan biasa saja.”

Namun Roviin yang pernah menjabat sebagai kepala jurusan Bahasa Arab di IAIN Salatiga tersebut tidak menampik bahwa Bahasa Arab sering dianggap momok bagi mahasiswanya. Hal itu lantaran dalam pengajaran Bahasa tidak diajarkan sebagaimana para mahasiswa belajar Bahasa Indonesia ketika masih kecil, yakni tanpa diajarkan teori yang menurutnya berbelit-belit. Lebih lanjut Roviin menambahkan bahwa penempatan Nahwu dan Shorof di semester awal semakin menjadikan Bahasa Arab terkesan susah dan menakutkan.

“Sebenarnya Nahwu dan Shorof itu mata kuliah yang bisa dikatakan momoknya bahawa Arab, sehingga ketika mata kuliah tersebut ditempatkan di awal perkuliahan mahasiswa baru terkesan bahwa mempelajari bahasa Arab tidak mudah.

(D1420/Red_)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *