Puisi: SandaL Emas

Sumber Foto: Google.com

Oleh: Sikna Aurel Rianditha

Benam malam singgah berlama-lama
Mengantar angin yang hening membeku
Di telapak kakiku yang berkulit badak
Kerikil sudah tak lagi lancip dibeberapa sisi
Di telapak tanganku yang kering nan pecah-pecah
Mengusap peluh pun kini meninggalkan gores

Sedang di tempat tak jauh dari aku berpijak
Berdiri operasi agung yang buta akan sekeliling
Peluh yang mereka teteskan adalah lambaian yang aku harap
Setiap logam kuning yang diambil adalah lambang hati yang tercabik
Sedang aku, hanya bisa memandang orang bertopi kuning lalu lalang

Kini, dimana gerangan alas kakiku?
Aku lelah dengan duri yang kian menancap
Pantaskah aku mengutuk?
Pada tiap sandal emas yang raib keberadaannya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *