Sumber Foto: Kompas.id.
Oleh: Zumrotul Mudrikah
Deru pikiran digenggam gelisah
Tinta merah melukis kelabunya rasa
Disajikan kepada si buta yang tertelan gulita
Biarkanlah ku terangi hatimu.. agar kau bisa baca, Tuan
Tetapi mengapa malah membuat sekat dan membungkam?
Resah, kecewa, jadi padu
Para merah yang meluap dan menggema
Menggali dan meramu asa, rasa, keberanian
Dipeluk kasih para penderita yang sama
Yang gugur satu tumbuh seribu
Tetap hidup bersama para api
Putih, bersih, mewangi puspa abadi
Hancur badan tertingkap tanah, namun tetap hidup di qolbu
Kalanya Tuan rasa tumbang satu akan musnah jua,
Seperti rusaknya susu karena nila
Namun sesiapa punya hati akan menghidupkanya
Abadi bersama rasa di sanubari
Tertimbun, terpupuk, dan berkecambah
Erangan para jiwa kelabu yang mengudara
Menghantam keterpurukan, dan keraguan
Tumbuh, meninggi, melebat daun altruism
Merangkul sekawan senasib seperjuangan demi tujuan satu
Ribuan rapalan doa, harapan dan cita
Terus mengaung di atas langit
Membumikan rasa, membuka para mata
Terenyuh, prihatin, dan menganyam empati
Entah siapa, berapa yang tlah pulang
Beristirahatlah jiwa yang lelah
Juang, suara, dan hatimu akan abadi