Good or Bad Teacher: Peran Mr. Keating dalam Film Dead Poets Society

Sumber Foto: Centersw.org.


Oleh: Aprinianda

Film Dead Poets Society merupakan film bergenre komedi/drama yang disutradarai oleh Peter Weir–sutradara asal Australia. Sudah sekitar 3 dekade lebih sejak awal rilis pada tahun 1989, film ini sukses meraih beberapa penghargaan bergengsi. Beberapa penghargaan yang telah diraih di antaranya yaitu: Film dengan Skenario Asli Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Film Terbaik di ajang penghargaan Oscar.

Film yang berlatar belakang tahun 1950-an ini, diawali dengan sekelompok anak muda dari keturunan terpandang yang bersekolah di sekolah elite yaitu Welton Academy. Welton Academy menerapkan 4 prinsip yang sangat ketat yaitu: tradisi, kehormatan, disiplin dan prestasi. Namun, semua itu berubah ketika para murid dipertemukan oleh sosok guru puisi Bahasa Inggris bernama Mr. John Keating. Keating memberikan sudut pandang baru kepada muridnya mengenai suatu ilmu pengetahuan.

Keating menerapkan pembelajaran yang sangat berbeda dan unik. Pada hari pertamanya mengajar, Keating mengajak muridnya untuk keluar kelas dan memandangi foto alumni siswa Welton Academy. Dirinya mengatakan betapa pentingnya memanfaatkan kesempatan yang ada pada hari ini. Hal itu ia tegaskan dengan menggunakan jargon “Carpe Diem” yang artinya “petiklah” atau dalam bahasa saat ini “raihlah kesempatan”, “raihlah hari ini”. Berawal dari itu, murid-muridnya menjadikan jargon itu sebagai moto hidup mereka. Lalu, di hari berikutnya, Keating meminta salah satu murid untuk membacakan materi tentang puisi karya J. Even Pritchard. Setelah itu, ia menyuruh semua muridnya untuk menyobek halaman tersebut. Dia beranggapan bahwa puisi tidak dapat digambarkan lewat garis-garis diagram.

Keating juga mengajarkan mereka cara melihat suatu hal dari perspektif yang berbeda. Dia mengajak murid-muridnya untuk menaiki meja dan melihat dari atas meja. Ia ingin menunjukkan, bahwa tidak perlu terpaku pada pandangan atau perspektif orang lain. Ia ingin muridnya menciptakan perspektif mereka sendiri, dari apa yang mereka rasa dan apa yang mereka lihat.

Pada hari yang berbeda, Keating memberikan tugas membuat esai berupa puisi yang mereka buat sendiri dengan bahasa dan pandangan mereka sendiri. Hal itu menjadi ancaman besar bagi Todd–salah satu murid introvert di kelas. Keating memang sengaja memberikan tugas itu untuk melatih keberanian mereka, karena puisi itu akan dibaca di depan kelas. Hari itu tiba dan Todd gugup, sehingga ia mengatakan bahwa dirinya tidak membuat karena tidak dapat berpikir. Namun, Keating menyuruhnya tetap maju dan mengajarinya berkata “yawp!” semacam teriakan. Keating menyuruh Todd untuk mengatakannya lebih keras, lalu menutup matanya dan menyuruhnya membayangkan apa yang dia pikirkan pada saat itu. Dengan itu, Todd dapat dengan sendirinya menciptakan kata-kata indah dan kehilangan rasa gugupnya.

Suatu hari, Neil–salah satu murid Keating–menemukan yearbook atau buku tahunan di perpustakaan. Terdapat foto Keating di dalamnya, dengan tulisan di sampingnya “Dead Poets Society”. Hal tersebut menggugah rasa penasaran Neil dan teman-temannya, sehingga mereka menanyakan secara langsung kepada Keating. Ternyata, Dead Poets Society adalah suatu klub rahasia milik Keating pada saat masih bersekolah. Para anggota klub tersebut gemar membacakan puisi di dalam gua. Hal itu menjadi inspirasi bagi Neil dan kawan- kawanya untuk membentuk klub yang sama. Ini adalah awal bagi mereka dapat membuka pikiran secara terbuka dan luas.

Dengan pemikirannya yang semakin terbuka, Neil yang dipaksa oleh ayahnya untuk menjadi dokter lama kelamaan mulai berpikir bahwa menjadi dokter bukanlah keinginannya. Ia mulai mendaftarkan dirinya ke kompetisi drama dan lolos sebagai pemeran utama dalam drama tanpa sepengetahuan ayahnya. Pada saat pementasan drama berlangsung, kedatangan ayah Neil membuatnya sedikit gentar. Benar dugaannya, setelah pementasan selesai, Neil dipanggil dan diseret keluar oleh ayahnya.

Sebelum hal itu terjadi, Neil telah membicarakan mimpinya menjadi aktor kepada Keating. Keating mengarahkan Neil untuk berbicara dengan ayahnya seperti ia berbicara dengan Keating. Ia menyuruh Neil untuk menunjukan bakat akting di depan ayahnya. Namun, Neil tidak bisa mengatakan hal itu kepada ayahnya, karena ia sudah tahu apa yang akan dikatakan ayahnya.

Hingga pada akhirnya, Neil dibawa pulang oleh ayahnya dan didaftarkan ke sekolah kedokteran Harvard. Neil patuh dan tidak bisa mengungkapkan apa yang ia mau di hadapan ayahnya. Di balik kepatuhan itu, Neil menyimpan banyak tekanan. Akhirnya, Neil memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan menembak kepalanya menggunakan pistol di ruang kerja ayahnya. Atas kematian Neil itu, Keating dituduh telah mendorong pikiran Neil untuk membangkang dan berpikiran bebas sesuai yang ia mau.

Akhir cerita, Keating dikeluarkan dari Walton Academy atas tuduhan pembelajaran yang menyesatkan dan mendorong muridnya untuk terlalu bebas dalam berpikir. Saat ia akan pergi, Keating mengambil barangnya di dalam kelas, melewati murid- muridnya yang sedang belajar. Namun, setelah Keating sampai pintu dan akan keluar kelas, dengan penuh lantang, klub Dead Poets Society atau teman-temannya Neil melakukan aksi untuk menunjukan penghormatan dan kasihnya kepada Keating.

Guru yang baik atau buruk

Keating ingin memberikan pembelajaran, bahwa muridnya harus memiliki pandangan sendiri, bukan melihat pandangan orang lain. Keating menunjukkan kepada mereka, bahwa mereka harus memiliki perspektif yang berbeda dalam memandang suatu hal dan menciptakan perspektif mereka sendiri. Hal itu tergambar pada saat Keating menyuruh muridnya untuk merobek halaman dalam buku yang memuat puisi karya J. Even Pritchard. Selain itu, hal ini juga tercermin saat Keating mengajak mereka naik ke atas meja untuk melihat suatu hal yang berbeda dari atas.

Walaupun cara mengajar Keating dapat dibilang tidak wajar, tapi cara mengajar itulah yang disukai oleh muridnya. Ia memberikan muridnya kebebasan merasakan keindahan kata yang ada dalam puisi. Ini adalah impian setiap pendidik, yaitu kepedulian dan pedagogi autentik.

Begitu pun ketika Keating dapat mengajak muridnya yang pemalu dan pendiam–Todd–agar dapat mengekspresikan perasaannya di depan kelas, di hadapan murid lain. Saat itu juga muridnya dapat memandang puisi sebagai sarana mengekspresikan diri, sehingga terbentuklah klub Dead Poets Society.

Secara keseluruhan, Keating adalah contoh guru yang baik, dilihat dari cara mengajarnya yang berbeda dan dapat diterima dan disenangi muridnya. Dia dapat menjangkau setiap murid dan murid menikmati pembelajaran mereka–meskipun pada awalnya, mereka tidak dapat melakukannya. Keating mengajarkan muridnya untuk selalu mengerti apa yang mereka rasakan, serta mewujudkannya dengan cara selalu mengingat slogan “Carpe Diem” (raihlah hari ini) atau meraih apa yang mereka inginkan dan cita-citakan.

Namun, jika kembali pada 4 prinsip Welton Academy, cara mengajar Keating berbahaya dan menimbulkan konsekuensi bagi setiap muridnya. Sebab, dalam film ini, ketegangan antara dorongan Keating terhadap individualismenya harus bertarung dengan tradisi di Welton Academy. Selain itu, pikiran bebas yang diajarkan Keating juga dapat membahayakan muridnya, apabila mereka tidak dapat mengelolanya. Oleh sebab itu, dapat menimbulkan gejolak di dalam hati dan pikiran mereka yang pada saat itu disebut Keating sebagai “perang”. Jika saja mereka tidak dapat menahannya, ditakutkan hal yang tidak inginkan terjadi seperti apa yang terjadi kepada Neil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *