Lagu “Satru” dan Idealitas Relasi Sosial Laki-laki dan Perempuan

Sumber foto: YouTube DENNY CAKNAN

Oleh: Ahmadi H. Dardiri

Lagu Satru merupakan lagu yang dinyayikan dan dirilis melalui kanal YouTube pada tanggal 17 Januari 2021. Hingga tulisan ini muncul, lagu ini sudah ditonton lebih dari 90 juta kali. Hal ini berarti, telinga kita sebagai pendengar lagu akan sering mendengar lagu ini diputar, baik secara pribadi maupun di tempat-tempat publik. Caknan dan Happy Asmara juga merupakan penyanyi yang digandrungi kaum muda melalui karya-karya musiknya.

Lirik lagu satru menggambarkan kondisi pertengkaran dan kesalahpahaman yang terjadi dalam hubungan asmara sesorang. Deskripsi ini dapat dilihat dari sketsa dalam video klipnya. Keadaan Denny yang sedang sakit dan dirawat oleh seseorang ini membuat kesalahpahaman yang muncul antara happy dan caknan, bahkan kesalahpahaman ini ditutup secara dramatis dengan “matinya” Caknan diakhir video klip.

Meskipun pertengkaran ini terjadi, gambaran umum yang dimunculkan dalam tokoh yang menjalin cinta, antara Caknan dan Happy, memiliki keinginan yang besar untuk sama-sama mempertahankan hubungan cinta diantara mereka. Bukti bahwa mereka masih ingin mempertahankan cintanya masing-masing ini, dapat dilihat dari pembukaan lirik lagu yang dinyanyikan mereka berdua.

Ada hal yang menarik dalam lirik lagu ini. Bagi mereka berdua mungkin ketika menuliskan lirik dari lagu ini hanya berfikir bahwa mereka memotret kondisi atau kejadian disekitar mereka, bahkan bisa jadi merupakan pengalaman pribadi yang kemudian dituangkan dalam sebuah lirik. Keberterimaan lagu ini dalam masyarakat juga barangkali itu adalah potret yang dekat dengan mereka, sehingga mereka menerima atau menyukai lagu ini. Lirik lagu ini bagi penulis lebih dari itu, selain ketepatan dalam memotret realitas masyarakat, menurut penulis, ada pembentukan idealitas relasi sosial laki-laki dan perempuan dalam lagu ini.

Potret idealitas yang muncul dalam lagu ini, terletak pada pembagian percakapan dalam lagu yang mereka nyanyikan antara Caknan dan Happy. Penulis akan membagi ke dalam beberapa bagian untuk menganalisis idealitas relasi sosial laki-laki dan perempuan dalam lagu ini.
Bagian pertama:

Happy Asmara
Unine batin dungoku, Ra luput ko jenengmu”
(Bunyi batin doaku, tak luput dari namamu)

Caknan
Aku ngedem-ngedem atimu, bakoh mempertahankanmu
(Aku mencoba menenangkanmu, mempertahankanmu dengan kuat)

Caknan
Gusti kulo pun manut dalane, Mung Jenengan sing ngatur critane
(Tuhan, saya ikut skenariomu, Engkaulah yang mengatur jalan ceritanya/Sutradaranya )

Happy Asmara
Sing jelas aku mikir ke depane
Opo bakal hubungan satru seteruse

(Tentunya aku berfikir hubungan ini ke depannya, apakah kita akan terus bertengkar selamanya)

Percakapan dalam lirik memberi deskripsi jelas bahwa kondisi pertengkaran dalam hubungan asmara yang terjadi antara mereka berdua, akan tetapi perjuangan untuk saling mempertahankan hubungan dengan cara yang berbeda. Seorang perempuan memiliki intuisi untuk mendoakan lelaki yang dipilihnya dalam setiap doanya, dibandingkan dengan seorang laki-laki. Cara mencintai yang paling tulus adalah mendoakan pasangan dan inilah deskripsi pertama yang dimainkan dalam bait lagu ini.

Berbeda dengan gambaran seorang perempuan yang perjuangannya lebih rahasia dalam mencintai pasanganya, seorang laki-laki lebih pada perjuangan aksi dalam membuktikan cintanya terhadap seorang perempuan. Tindakan “ngedem-ngedem” atau menenangkan amarah yang muncul dari seorang perempuan, serta pengakuan untuk mempertahankan pasangan lebih eksplisit dibanding sebuah doa yang dipanjatkan oleh wanita terhadap pasangannya.

Permasalahan asmara yang terjadi diantara pasangan tentu akan diselesaikan melalui karakteristik masing-masing, dan potret lirik lagu ini mengambarkannya secara tepat. Lirik ini selanjutnya tidak digantikan oleh perempuan, namun disambung oleh Caknan kembali. Penyanyi yang duet biasanya akan bernyanyi secara bergantian, namun dalam lagu ini seperti sengaja untuk disambung oleh caknan karena memang liriknya akan lebih tepat untuk laki-laki yaitu bentuk kepasrahan.

Usaha yang dilakukan secara ekplisit oleh seorang laki-laki jika dalam keadaan buntu, maka akan diserahkan kepada tuhan. Kecenderungan seorang laki-laki ini dideskripsikan dengan lirik “gusti kulo mpun manut dalane, mung njenengan sing ngatur dalan critane”. Usaha dan kepasrahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki ini disambut dengan kematangan emosional oleh Happy dengan mempertanyakan masa depan hubungannya yang akan penuh dengan pertengkaran.

Perempuan memang memiliki ketakutan akan berakhirnya sebuah hubungan, dibandingkan dengan laki-laki. Dalam pengambilan keputusan dalam permasalahan, lelaki biasanya akan mengambil sebuah keputusan yang berimplikasi dalam jangka pendek, sementara perempuan kematangan emosionalnya akan menuntunnya kepada sebuah keputusan dengan jangka yang lebih panjang. Lirik di atas tentu dibuat bukan tanpa dasar pertimbangan biasa, namun menyimpan potret ideal akan adanya penyelesaian permasalahan asrama yang matang dan dewasa.

Pada bagian lirik selanjutnya, permasalahan asmara yang mereka hadapi bersama diungkapkan. Pengungkapan permasalahan ini agak menarik karena tidak dimulai dengan membuka masalah terlebih dahulu baru kemudian meyakinkan bahwa salah paham terjadi di antara mereka berdua. Namun, justru diawali dengan pemberian kepercayaan kepada perempuan.

Caknan
Tulung percaya aku sayang awakmu”
(Tolong percaya aku bahwa aku sayang padamu)
Happy Asmara
Buktine sampean nglirik liyane
(Buktinya kamu dekat dengan yang lain)
Caknan
Sumpah ra koyo sing mbok pikir selama iki
(Sumpah, ini tidak seperti yang kamu pikirkan selama ini)
Happy Asmara
Mas isoku meneng, ngajeni awakmu”
(Mas, aku hanya bisa diam, menghargai dirimu)

Laki-laki memiliki kecenderungan bertahan dalam posisi tindakan kesalahan yang dia lakukan, entah kesalahan itu benar-benar dia lakukan atau tidak. Kesalahan yang tidak benar-benar dilakukan ini sangat terkoneksi dengan keinginan dalam mempertahankan hubungan. Hal ini akan sedikit berbeda jika kesalahan ini benar-benar dilakukan oleh laki-laki. Jika kesalahan ini benar-benar dilakukan, maka skenario bangunan awal untuk mempertahankan hubungan akan sedikit rancu mengingat laki-laki memiliki kecenderungan untuk melirik pasangan lain dibandingkan dengan perempuan.

Bagian dua ini ditutup dengan sikap yang sangat ideal bagi gambaran seorang wanita. Puncak tindakan emosional perempuan adalah diam, dan ini gambaran penting atas implikasi permasalahan yang dihadapi oleh seorang perempuan. Kata “ngajeni awakmu” dipilih menjadi penutup part ini. Sikap diam dan hormat yang tergambar dalam lirik ini memang bisa dilakukan oleh perempuan. Perempuan lebih memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi dalam melakukan kegiatan. Mereka bisa melakukan dua hal sekaligus dalam satu waktu, bahkan dalam kegiatan emosional sekalipun, dan ini merupakan hal yang tidak dapat dilakukan oleh seorang lelaki.

Part terakhir terdapat adegan saling memaafkan pada pasangan ini atas kesalahpahaman dan pengakuan kesalahpahaman yang dialami mereka.

Caknan
Sepurane yen pancen salah”

(Maafkan aku kalau aku yang salah)

Happy Asmara
Sepurane yen aku neng uripmu mung masalah” (Maafkan juga kalau aku dalam hidupmu hanya menjadi permasalahan untukmu)

Happy Asmara
Rangkulen aku, iki gur mung salah pahamku”
(Peluklah aku, ini hanya sekedar salah pahamku)

Caknan
Satru hubungan mung salah pahammu”
(Mas, aku hanya bisa diam, menghargai dirimu)

Happy Asmara
Sampean kudu ngerteni, aku cemburu
(Kamu harus tahu, aku cemburu)

Pengakuan kesalahpahaman ini menarik, karena sikap meminta maaf tidak pernah membuat seorang lelaki akan dianggap lemah, namun justru sebaliknya, pengakuan atau permintaan maaf dari lelaki justru memunculkan sikap gentlement. Lelaki memang tidak akan pernah senang jika dia diposisikan lebih bawah dibandingkan perempuan. Sikap superior lelaki dalam hubungannya dengan perempuan merupakan sebuah keniscayaan sekalipun gerakan gender telah disuarakan secara masif.

Balasan permintaan maaf ini menjadi unik karena perempuan justru tidak merasa besar atas permintaan maaf laki-laki. Jika lelaki hanya meminta maaf saja, perempuan justru meminta maaf atas dirinya yang hanya menjadi beban laki-laki. Tindakan meminta maaf dengan lebih ini sebenarnya merupakan solusi atas permasalahan apapun. Misal jika ada seseorang yang telah meminta maaf kepada kita dan kita juga meminta maaf, maka dapat dipastikan bahwa permasalahan tersebut akan selesai.

Lirik selanjutnya diteruskan oleh perempuan dengan meminta untuk dipeluk oleh laki-laki. Tindakan perempuan meminta untuk dipeluk ini merupakan gambaran yang umum terjadi ketika ada permasalahan asmara yang terjadi dengan laki-laki. Perempuan memiliki kecenderungan untuk nyaman dipeluk dalam menenangkan hati, sementara lelaki agak sering tidak nyaman “dipeluk”. Lelaki akan lebih aktif untuk memeluk. Pada satu titik ini superioritas lelaki akan tampak karena aktivitas memeluk adalah suatu tanda bahwa lelaki nyaman dalam melakukan pengayoman, penjagaan dan perlindungan terhadap perempuan.

Penutupan dari part terakhir ini adalah luapan emosional antara lelaki dan perempuan yang menarik. “Satru hubungan mung salah pahammu” dinyanyikan dengan nada yang tinggi oleh lelaki, sementara kata “Sampean kudu ngerteni, aku cemburu” diambil oleh perempuan. Luapan emosional yang ditumpahkan dalam nada terakhir ini secara lirik menggambarkan karekteristik masing-masing.


Penyuguhan lagu Satru ini merupakan sebuah konstuksi ideal untuk mendeskripsikan karakteristik laki-laki dan perempuan di tengah gempuran ideologi gender. Penyamarataan laki-laki dan perempuan dalam setiap lini bidang ini dilawan melalui sebuah lagu yang mudah dinikmati dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti oleh kalangan awam. Caknan dan Happy sukses membawakan perlawanan gender yang dikemas secara akademik dan hanya dinikmati oleh kalangan terpelajar untuk didukkan kembali pada posisi yang semestinya. Para akademisi mungkin punya gagasan idealis mereka, tapi bagi saya konstruksi ideal yang dibangun dalam lagu ini lebih menarik baik dari gagasan maupun penyampainnya. Terus berkarya mas Caknan dan mbak Happy.

Catatan: hingga tulisan ini selesai, penulis tidak tahu bahwa Caknan dan Happy asrama menjalin hubungan asmara yang kandas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *