48th Dies Natalis, IAIN Gelar Sidang Terbuka

Doc. Dinamika
Doc. Dinamika
Doc. Dinamika
Doc. Dinamika
Doc. Dinamika

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Salatiga, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga menggelar sidang terbuka dalam rangka dies natalis ke 48 di Auditorium Kampus 1 pada Senin (16/04). Dalam sidang tersebut hadir pula Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Muhammad Amin Abdullah. Kedatangannya sebagai narasumber dalam orasi ilmiah dengan tema, “Seribu Wajah Islam Indonesia Menuju Bangsa Damai Bermartabat”. Dalam Al-Qur’an pada Surah Al-Hujarat : 13 telah jelas diterangkan bahwa Allah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Dalam artian, seribu wajah Islam terbagi menjadi 78 organisasi Islam. Dimana organisasi tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan berbagai pemahaman.

“Seperti pada tema, seribu wajah itu harus colour full, kalau hanya satu warna itu no way! Meski seribu wajah, jangan sampai menjadi kontinental seperti di luar negeri. Sebagaimana pada saat pemilihan organisasi di lingkup kampus, mahasiwa harus memilih secara colorful bukan single color,” ungkap Amin pada saat orasi ilmiah.

“Di Indonesia berbeda dengan Amerika yang mempersoalkan ras, warna kulit, ada kulit putih dan kulit hitam. Tetapi di Indonesia, multikultural. Hal itu menjadi dasar kebahagiaan dan kemajuan bangsa. Apa mungkin warna kulit dapat di sablon?” tegasnya diiringi tawa peserta sidang.

Sebelumnya, sambutan pertama disampaikan oleh wakil rektor bidang akademik dan pengembangan kelembagaan, Agus Waluyo. Ia menyampaikan terhitung sejak 1970 sampai Senin 16 April 2018 IAIN telah menginjak usia 48 tahun. “Dalam rangka dies natalis ke 48 ini, telah terselenggara rangkaian kegiatan anatara lain, seminar nasional, pengukuhan Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.Ag., M.A sebagai guru besar bidang ilmu pemikiran Islam, mujahadah dan doa bersama, turnamen futsal, bola voli, lomba band, voval competition piala rektor IAIN Salatiga, workshop Career Development Center, ditutup dengan jalan sehat serta perlombaan lain yang diikuti oleh dosen, karyawan, dan organisasi mahasiswa IAIN Salatiga ,” ujar Agus.

Rektor IAIN Salatiga, Rahmat Hariyadi, menyampaikan kemajuan dan perkembangan IAIN dari semenjak bergabung dengan UIN Walisogo Semarang, STAIN sampai menjadi IAIN. Harapan besar bak visi IAIN Salatiga agar bisa menjadi UIN dan rujukan Islam Indonesia.

“Metamorfosa IAIN laksana pohon pisang yang di pisah dari rumpunnya, ketika rumpunnya tumbuh maka akan menghasilkan buah sendiri. Perumpaan tersebut sama halnya dengan IAIN saat ini, yang dulu hanya gabungan dari UIN Walisongo kini dapat berdiri sendiri. Kini IAIN telah memiliki 28 program studi dengan jumlah mahasiswa sebanyak 10.220,” ujarnya.

Rahmat juga melaunching enam program baru, diantaranya yakni International Office IAIN Salatiga, Career Development Center (CDC) IAIN Salatiga, E-Class (E-Learning) IAIN Salatiga, Multilingual Web IAIN Salatiga (Indonesia-Inggris-Arab), dan Apliaksi Pustabibilia (Perpustakaan dan Biografi Digital IAIN Salatiga). Ia juga menyampaikan untuk tidak berkecil hati atas apa yang menimpa lembaga IAIN. Ia berharap hal ini akan menjadi batu loncatan IAIN Salatiga untuk menjadi lebih baik.

Berbagai harapan juga disampaikan oleh Walikota Salatiga yang diwakili oleh Staff Ahli Wali Kota Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kemasyarakatan, Afif Zuhroningtyas. “Semoga kedepan IAIN Salatiga semakin maju dan berkontribusi pada pendidikan di Salatiga. Saya sangat bersyukur dengan adanya IAIN Salatiga, karena telah mewarnai toleransi di Kota Salatiga,” ungkapnya. (Ida Fadilah/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *