Klikdinamika.com, Salatiga- Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid 2 di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta mulai diberlakukan pada Senin 14 September sampai 27 September 2020.
Dengan itu, tim lapor Covid-19 bekerjasama dengan Anggota Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir melakukan survei untuk mengukur seberapa siap kondisi psiko-sosial yang ada dimasyarakat DKI Jakarta dalam penerapan kembali PSBB, kamis (17/09/2020).
Dalam pemaparanya, Sulfikar menerangkan bahwa survei yang dilakukan sejak tanggal 11-14 September 2020, dengan menggunakan metode CovidMood mapping yaitu dengan metode kuantitatif untuk mengukur psiko-social yang ada di masyarakat dan menganalisa perasaan emosional yang saat ini ditengah pandemik. Dengan responden sebanyak 82.655 dalam waktu tiga hari.
Menurut Sulfikar dalam pemaparannya menggunakan sematic differential scale, bahwa mayoritas masyarakat DKI Jakarta mengatakan puas akan keputusan pemerintah untuk memberlakukan kembali kebijakan PSBB di Jakarta.
“Paling tidak ada 50% lebih itu mengatakan puas dan sangat puas terhadap ketuputusan pemberlakuan atau pemberlakuan PSBB,” tutur Sulfikar.
Namun dalam pemberakuan PSBB tersebut ada beberapa kelompok masyarakat yang terdampak dalam perekonomiannya.
“Meskipun begitu ada 35% orang yang sepenuhnya Work From Home (WFH), 20% harus bekerja di luar rumah, 2% tidak dibolehkan kantor untuk WFH, 17% hanya sesekali (tergantung situasi), dan 39% tidak bisa WFH. Tentunya hal ini akan mempengaruhi efektifitas dari pemberlakukan PSBB,” tambah Sulfikar.
Sulfikar juga memaparkan tentang CovidMood Map Result yang diplotkan berdasarkan kelurahan dengan parameter kondisi sosial ekonomi dan kepuasan kinerja pemerintah. Dimana didapat banyak kelurahan yang ada berada di dalam quadran optimis, yang menunjukkan bahwa masyarakat merasa bahagia dengan suasana dan kondisi ekonomi beserta kebijakan pemerintah.
“Kita bisa lihat memang kelurahan-kelurahan itu berkumpul disini antara optimis dan quadran semi optimis.” ujar sulfikar. Selain itu Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Pengendalian Kependudukan dan Permukiman, Suharti Sutar juga mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengupayakan yang terbaik bagi masyarakat dengan memperkuat dalam penerapan protokol kesehatan.
“Kami di Pemerintahan Derah (PEMDA) juga mempunyai tugas antara lain Testing, Tracking, dan Treatment. Dimana pemerintah sedang mempersiapkan tambahan 2 Lab testing yang ada di Rawasari dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng dan juga tenaganya sekalian, meskipun dalam pencarian tenaga Lab ini cukup sulit.” Ujar Suharti via daring.
Suharti juga menambahkan bahwa Pemerintah saat ini bekerja sama dengan Peduli Lindungi, jadi hanya dengan aplikasi saja bisa mengetahui posisi orang yang positif, dan mengetahui titik-titik mana yang menjadi potensi penularan.
Selain itu, dari sisi ekonom Faisal Basri menanggapi bahwa agar penyaluran Bantuan Sosial (BANSOS) dilakukan terus dan jangan sampai terlambat agar masyarakat percaya dan mendukung apa yang dilakukan pemerintah.
“Bisa dilihat dari survei tadi bahwa masyarakyat bersedia berkorban. Namun ada sebagian masyarakat yang rentan akan perekonomiannya. Untuk itu penyaluran Bansos jangan sampai terlambat. Saat ini kita fokus dalam kesehatan saja. Jadi Bansos yang disalurkan berupa cash. Supaya yang punya bayi bisa beli susu lebih banyak, yang tua bisa beli vitamin. Dan kepuasan masyarakat menjadi lebih besar.” Ujar Faisal.
(Anik, Rizqa/Red)