Perwujudan Indonesia sebagai Negara Islam Rahmatallil’alamiin dan Peran Presiden sebagai Tokoh Berpengaruh

bisnis.com
bisnis.com
Sumber gambar: bisnis.com

Islam merupakan agama agung yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang dikehendaki oleh Allah SWT. Islam sangat dikenal sebagai Rahmatallil’ alamiin, yang mempunyai arti agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya, “ Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Hal tersebut sudah jelas disebutkan dalam Al-Qur’an. Islam berlaku adil dan melarang kaumnya untuk semena-mena kepada sesama manusia ataupun makhluk Allah.

Kita sebagai manusia yang beragama Islam sudah sepatutnya memiliki karakter budi pekerti baik yang berakar pada pedoman Islam Rahmatallil’ alamiin serta  mengamalkan pedoman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk kepentingan umat dalam kemaslahatannya serta berpegang teguh pada ajaran Rasulullah Sang Pembawa Pencerah.

Negara kita, Indonesia, memiliki peluang besar dalam menjalankan ajaran Islam berupa Islam Rahmatallil’alamiin. Mengapa demikian? Kita barang tentu mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk mayoritas beragama Islam. Berdasarkan populasi jumlah umat Islam di Indonesia 199.959.285 jiwa atau 85,2% dari jumlah penduduk Indonesia. Bayangkan saja apa yang dapat kita lakukan dengan jumlah penduduk sebanyak itu untuk kemajuan agama yang bergelar rahmatallil’alamiin. Tidak ada perkara yang tidak bisa diselesaikan secara bersama-sama. Seandainya saja zakat, infak, dan sedekah dijalankan dengan benar oleh seluruh umat muslim di Indonesia maka seharusnya tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang miskin, tidak ada lagi anak yatim piatu yang terlantar dan putus sekolah. Tanpa memandang apapun agama yang mereka anut. Karena kita adalah agama yang memberi rahmat kepada seluruh semesta.

Berbicara mengenai sedekah, dosen saya pernah mengatakan bahwa sedekah itu tak harus ikhlas asal banyak. Mengapa demikian? Sedekah pada jaman sekarang menuntut kita untuk mengeluarkan uang lebih guna pembangunan untuk kemaslahatan umat. Misalkan saja, pembangunan masjid, panti asuhan, perpustakaan bagi anak-anak tidak mampu, dan masih banyak lagi lainnya, yang mengharuskan kita untuk sedekah dalam jumlah banyak. Namun, jauh dari pendapat yang cenderung bersifat persuasif tersebut bahwasanya sedekah memang membutuhkan keikhlasan. Karena ketika kita ingin melakukan suatu amalan, tak hanya sekedar niat semata tetapi juga diiringi hati yang ikhlas.

Untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kokoh perlu adanya pijakan dan tujuan yang jelas. Hal tersebut dapat dicapai bila kita menggunkan prinsip Islam Rahmatallil’alamiin. Mengapa demikian? Diatas sudah dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim yang tinggi. Memungkinkan kita untuk mewujudkan kemakmuran rakyat sesuai dengan ajaran Islam Rahmatallil’alamiin. Kita telah bicara mengenai upaya dalam pelaksanaan ajaran tersebut, yang bagi kita tak akan tidak menjadi mungkin bila kita mampu mewujudkannya. Kita perlu mengetahui penggerak dari adanya tujuan bangsa Indonesia ini, yaitu seperti tokoh yang disegani berkarakter tegas serta memiliki intelektual tinggi tak hanya di bidang pengetahuan umum namun juga pengetahuan Islam yang baik.

Sampailah kita pada pembahasan yang merujuk pada tokoh nasionalis maupun tokoh agama dalam perwujudan Islam Rahmatallil’alamiin. Siapakah dia? Mengapa dia? Seberapa pentingkah dia dalam perwujudan Islam Rahmatallil’alamiin?

Kita pastinya mengetahui penguasa tertinggi dan pemilik pemerintahan mutlak di negeri ini yaitu Presiden. Dia disebut sebagai orang nomor satu di negeri ini, apa yang menjadi titah atau kebijakannya akan segera dilaksanakan berkenaan dengan kesejahteraan rakyat. Presiden Joko Widodo, yang sering disapa Jokowi, dia merupakan presiden yang memerintah dalam periode pemerintahan masa kini. Untuk menjawab pertanyaan kedua mengenai mengapa dia, ada beberapa wacana mengenai dirinya. Sejumlah nama di Indonesia masuk dalam jajaran 50 tokoh Islam paling berpengaruh di dunia, menurut lembaga riset independen berbasis di Yordania. Dalam daftar ini, Presiden Joko Widodo berada di peringkat ke 13, sementara Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siraj berada di urutan 20.

Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin dan pendakwah Luthfi bin Yahya juga masuk dalam daftar. Dalam keterangannya, Jokowi ditulis sebagai tokoh yang dikenal sebagai pemimpin yang populis, yang tidak menikmati dukungan dari cendekiawan keagamaan atau datang dari latar belakang militer atau orang kaya. Beberapa tahun lalu, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden juga masuk sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam daftar yang disusun oleh Royal Islamic Strategic Studies Center (RISC) itu. Pada 2012, SBY berada di peringkat sembilan karena dianggap berhasil dalam melakukan kampanye gerakan anti terorime, pengembangan demokrasi, dan penyelesaian sengketa Aceh dan Papua secara damai. Data tersebut diperoleh dari Sekretaris Kabinet dan segera menjadi wacana atau lebih tepatnya referensi bagi dunia barat. Pengamat politik Islam, Zuhairi Misrawi mengatakan daftar semacam ini, ingin memberikan contoh keteladanan, tokoh-tokoh yang bisa diteladani, menginspirasi untuk Islam yang damai, ramah, toleran, moderat dan bercirikan Islam Rahmatallil’alamiin.

Zuhairi juga menambahkan bahwa dunia barat melirik Indonesia sebagai negara mayoritas Islam, namun meskipun demikian yang mampu menjalankan demokrasi, hidup berdampingan dengan agama-agama lain, merawat kebhinekaan, mengembangkan Islam yang moderat. Maka itu sebetulnya prestasi yang harus dipertahankan karena Indonesia mulai dilirik bagaimana Islam moderat. Itu berkembang mewarnai demokrasi. Adanya tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyyah yang masuk dalam daftar tersebut juga dinilai sebagai pengukuhan bahwa pilar Islam di Indonesia itu ada dua, yaitu NU dan Muhammadiyyah. Menurut Zuhairi, ketika melihat Jokowi (dalam daftar tersebut) juha harus melihat NU dan Muhammadiyyah.

Peran Jokowi dalam mewujudkan Islam Rahmatallil’alamiin, dapat dilihat dari kehadirannya pada kegiatan musabaqah Hafalan Qur’an dan Hadits Tingkat ASEAN dan Pasifik ke-8, Jokowi berharap melalui kegiatan tersebut bisa membawa manfaat bagi kehidupan umat manusia. Menurutnya, di tengah dinamika dan perkembangan global, Indonesia dicontoh banyak negara sebagai panutan. Hal ini karena Indonesia dianggap mampu menjaga keragaman dan kemajemukan. Melalui pendalaman Al-Qur’an dan Hadis, Jokowi berpesan agar umat Islam di Indonesia terus menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan Islam adalah agama yang menjauhi fitnah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *