Tujuh Tahun Tenggelam, Komunitas Akar Rumput Gelar Dialog “Merawat Hulu Menjaga Hilir”

Komunitas Akar Rumput dalam acara dialog “Menjaga Hulu Merawat Hilir”

Sumber Foto: Fatah/DinamikA

Klikdinamika.com–“Merawat Hulu Menjaga Hilir” menjadi tema yang diangkat pada dialog Komunitas Akar Rumput kali ini. Komunitas Akar Rumput yang sudah tujuh tahun tenggelam, kembali muncul ke permukaan dengan kegiatan dialog bertempat di Cafe Tepi Kota Salatiga, Sabtu (20/4/2024).

Pada dialog kali ini, Akar Rumput menggandeng Wahana lingkungan hidup Indonesia (WALHI) dan Soramata. Acara ini dimoderatori oleh Rizky Riansyah serta dihadiri langsung oleh beberapa tokoh penggerak lingkungan seperti, Titik Permata, Fahmi Bastian dan tokoh-tokoh lainnya.

Pemateri pertama yang dibawakan oleh Titi Permata, penggerak lingkungan Soramata yang memadukan seni dan budaya dengan adaptasi lingkungan yang positif melalui batik. Kemudian, pemateri kedua diisi Fahmi Bastian sebagai perwakilan WALHI Jateng, yang menyinggung pentingnya menjaga hulu dan merawat hilir sebagai sebuah siklus yang berkaitan satu dengan yang lainya.

“Ketika kita tidak bisa merawat dengan baik hulunya, maka akan berdampak langsung pada hilirnya, begitu sebaliknya. Oleh karena itu, ini merupakan siklus yang tidak bisa dipisahkan, keduanya harus dijaga,” ujarnya.

Ia juga menambahi, setiap manusia berpotensi dan berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan, tergantung bagaimana tangan-tangan mereka menjaganya.

“Dalam Al Qur’an, dijelaskan bahwa tangan-tangan itulah yang menjadikan kerusakan. Olehnya, kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh banyak tangan dan kita semua juga mempunyai kontribusi dalam kerusakan lingkungan. Tetapi, bagaimana tagan-tangan tersebut mengolah; apakah kawasan ini sebagai kawasan hijau, kawasan industri, dan kawasan ekonomi? Itu tergantung tangan-tangan orang di sekitarnya,” imbuhnya.

Eric Darmawan, anggota kelompok kerja kreatif Akar Rumput Salatiga, memberikan tanggapan terkait kewajiban manusia merawat bumi untuk keberlanjutan di masa yang akan datang.

“Hakikatnya manusia ada di bumi, adalah sadar bahwa kita adalah makhluk yang berakal budi. Sehingga, tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan, adalah tanggung jawab manusia. Hal itu harus ditanamkan sejak dini, supaya ke depannya bumi ini masih dapat dirasakan generasi selanjutnya secara nyaman, secara berkelanjutan, dan tidak menemui kebencanaan yang lebih parah lagi,” jelasnya.

Titi Permata, memberikan tanggapannya terkait kelestarian lingkungan dan bagaimana mengolah bahan-bahan yang berkelanjutan sebagai adaptasi dan bertahan hidup.

“Karena kita hidup di lingkungan, nak pengen bertahan hidup, ‘kan yo kudu dijogo, dan aku juga produksi, menjual batik, dan hasil penjualannya bisa digunakan sebagai pembiayaan program lingkungan, untuk bertahan hidup; hidup sehari-hari,” terang Titi. (Faza/Zahru/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *