Oleh: Merinda Eka Cahyani
Secangkir kopi tak beraroma. Hambar
Pahit hingga ke dasar
Ada rasa yang terkapar
Di sudut hati yang lapar
Hitamnya tak sepekat malam lalu
Saat bisikmu membungkam sembilu
Tawamu menikam pilu
Dan telapakmu menangkup risau
Aroma ampasnya menyeruak
Serupa angan yang merebak
Berharap hadirnya tepis sesak
Tapi, kita telah kalah telak
Cangkir itu terpisah dari kopinya
Aku dan kau bukan lagi kita
Asing, tak lagi bersapa
Jauh, enggan bersua