Sumber Foto: Pinterest
Oleh: Fadlan Naufal Rah.
Nafsu-nafsu yang liar
Jinak oleh suara-suara puspita yang putih
Yang tak peduli dengan hidup yang begitu biru.
(ya, kau puspita itu, yang artinya bunga dan kebaikan seorang putri,
yang matanya gilang-gemilang bagai sutra-sutra).
Kepada persaan-perasaan egoistis
Yang merengek dan menghauskan darah
Rasailah cinta yang tumbuh dari segala segi keabstrakan
Dengan tafsir-tafsir yang tak terselesaikan.
Bagai hutan belantara,
dan laut lepas.
Dalam hatimu yang tercekik
Kulihat sifat indah yang tak mempunyai ujung
Bagai langit yang kupandang
Bagai hujan yang tak jatuh-jatuh
Bagai angin yang nelangsa.
Aku dan kau pun semaikan cinta
Untuk satu kenangan yang abadi
Pada saat matamu terpejam
Untuk satu malam yang temaram
Hiduplah cinta yang absah
Terbitlah hatimu yang tak lagi nelangsa.