Puisi: Pelabuhan Terakhir

Sumber Foto: WallpaperBetter.

Oleh: Loki Laufeyjarson

Aku dan dirimu berdiri di tepi pelabuhan yang sama
Berandai-andai untuk berlayar di lautan samudera
Menaiki kapal pinisi yang gagah perkasa
Mengibarkan bendera hitam di tengah lautan

Namun hanya dirimu yang pergi berlayar
Berlabuh di pelabuhan jauh tidak terhitung jumlahnya
Mengirim surat yang tidak kau tulis untuk diriku
Bahkan melihat gambar wajahmu terasa sangat jauh dalam anganku

Telah aku kirim burung-burung camar
Terbang ke langit menembus lentera malam
Menuntut dirimu yang terjebak di antara batu karang
Berharap kembali pulang ke rumah sarang

Angin laut tak kenal waktu dan rasa
Menghembus layar membawa badai
Aku harap kau tak kedinginan
Berselimut kabut dan air hujan

Entah sudah surut keberapa yang terlewat?
Entah sudah bulan keberapa yang tercatat?
Entah sudah musim panas keberapa yang menyengat?
Dan entah sejauh mana kau sudah tersesat?

Dan aku masih di pelabuhan ini.
Meski tidak berlayar aku selalu berada di samping mu
Akan aku bangun pelabuhan ini menjadi megah
Untuk menyambut hari baik antara kau dan aku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *