Ratusan mahasiswa IAIN Salatiga mengikuti aksi tolak Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di karpet merah lantai 2, Gedung K.H Ahmad Dahlan esok tadi, Senin, (14/5). Dimulai pada pukul 08.30, aksi tersebut berlangsung selama kurang lebih dua jam. Aksi dimulai dengan massa berorasi di depan bundaran jalan kampus 3 IAIN Salatiga, dibuka dengan puisi berjudul “lawan” oleh Ibnu, (24), sebagai orator pembuka. Kemudian dilanjutkan depan gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).
“Ketika tidak ada keadilan, apa yg harus kita lakukan?” teriak Fajar (21) salah satu orator dalam aksi tersebut. “Lawan!!” jawab seluruh peserta dengan suara lantang. Beberapa orator lainnya juga bergantian berorasi di depan massa aksi tolak KKL.
Mukhtar menjelaskan bahwa tujuan aksi ini adalah menyuarakan aspirasi mahasiswa, larangan untuk memungut biaya diluar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Dia juga menambahi “Apakah orang sukses dulu juga melakukan KKL? Apakah Sukarno dan Habibi juga mengikuti KKL? KKL tidak menjadi tolak ukur kesuksesan kita”.
Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) Institut menuturkan, aksi ini diharapkan dapat membangun IAIN yg lebih baik. Pihak SEMA dan Dewan Mahasiswa (DEMA) juga telah menyiapkan surat kesepakatan biaya UKT sudah termasuk program-program kampus, guna ditandatangani pihak lembaga khususnya rektor.”Beberapa surat yang sebelumnya pernah dikirim belum direspon hingga sekarang, oleh karena itu, aksi ini perlu diadakan,” ungkapnya.
Dari konten orasi tersebut, terdapat dua sudut pandang berlainan. Kelompok pertama berpendapat bahwa seharusnya pengadaan KKL tidak memberatkan mahasiswa karena termasuk dalam pembayaran UKT. Sehingga semua mahasiswa dapat mengikuti KKL tanpa ada keluh kesah. Kelompok kedua berpendapat bahwa KKL tidak perlu diadakan karena persepsi mereka bahwa KKL adalah akronim dari Kolo-Kolo Dolan. Hal itu dikarenakan lebih banyak kunjungan ke tempat rekreasinya daripada kunjungan observasi.
Banyak juga peserta yang bergabung dalam aksi dengan dalih korsa atau solidaritas. Karena, faktanya sebagian peserta aksi juga mahasiwa semester lanjut yang sudah mengikuti KKL. Mereka mengutarakan aspirasi ini demi kebaikan kampus dan mahasiswa baru mendatang. Yang masih menjadi pertanyaan dari kedua kubu, apa sebenarnya tujuan aksi ini? Apakah menghapuskan program KKL, ataukah meminta transparansi UKT yang di dalamnya memuat pembiayaan KKL. Ditinjau dari poster yang tersebar, aksi ini berjudul “Gerakan Mahasiswa Tolak KKL”. Akan tetapi dalam praktiknya penggerak aksi ini memohon kesepakatan tentang pembayaran program KKL sudah termasuk dalam UKT.
Mahasiswa memang belum tahu rincian UKT secara detail, juga bagaimana uang tersebut diterapkan pada pembayaran kuliah beserta program-program di dalamnya. Penyelenggaraan program KKL pada tiap fakultas sendiri perlu dikaji kembali. Apakah KKL yang dilangsungkan sudah memenuhi standar dengan observasi sebagai prioritasnya. Oleh sebab itu Rektor IAIN Salatiga, Rahmat Hariyadi menjelaskan bahwa keberadaan KKL akan ditinjau ulang oleh Dekanat tiap Fakultas. Sudahkah sesuai dengan tujuan awalnya? Sebelumnya, Rektor, Rahmat Hariyadi juga sempat mengapresiasi keberanian mahasiswa untuk mengadakan aksi ini.
Perlu diketahui bahwa mayoritas peserta aksi tolak KKL merupakan mahasiswa FTIK. Mereka mengutarakan bahwa KKL FTIK lebih banyak destinasi wisata dibandingkan kunjungan observasi. Hal ini dianggap tak layak, dan mengabaikan mahasiswa ‘kelas bawah’. Namun bagaimana dengan KKL fakultas lainnya, apakah hal yang sama terjadi di fakultas lain?
“Fakultas Dakwah (FAKDA) mengadakan KKL secara transparan, bahkan mahasiswa meminta snack dihapuskan pun juga dibolehkan, minta kunjungan wisata ditiadakan karena dianggap tidak penting dan menghamburkan uang pun juga kami turuti,” ujar Dekan Fakultas Dakwah, Mukti Ali. Walaupun pada akhirnya semua mahasiswa FAKDA yang mengikuti KKL tetap memperoleh snack dari pembiayaan dekan. Bahkan tetap diberikan kunjungan wisata sebagai bonusnya setelah beberapa kunjungan observasi di Jakarta selesai. “KKL di Fakultas Dakwah itu tidak bisa tidak, karena urgensinya untuk menjembatani mahasiswa FAKDA dengan dunia nyata yang akan digeluti kelak,” tambahnya.
Dari pemaparan berbagai pihak di atas, keputusan hasil rapat oleh Rektor sangat ditunggu mahasiswa, khususnya peserta aksi tolak KKL. Tertera dalam surat permohonan kesepakatan dengan Rektor, mereka menunggu keputusan dan kebijakan dari lembaga kurang dari dua hari, terhitung senin. Apabila tidak ada respon, maka aksi akan diadakan kembali dengan jumlah massa yang lebih banyak. (Titis/Red)
LPM Dinamika sekarang tidak bisa dipercaya.
karena tidak pernah menguak isu kampus secara keseluruhan. hanya sepotong demi sepotong.
saya rasa saat ini LPM dinamika menjadi tempat yang tidak berfungsi di kampus. karena untuk mengkritik lembaga lewat tulisan saja tidak berani. ataukah LPM kampus hanya sebagai tangan kanan para penguasa kampus?