Klikdinamika.com, Salatiga – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fathir Ar-Rasyid menggelar Seminar Nasional bertajuk “Aktualisasi Nilai-Nilai Nasionalisme dan Moderatisme untuk menanggulangi Radikalisme”. Acara yang dilaksanakan pada Sabtu (21/9/2019) tersebut bertujuan untuk menanggulangi masuknya islamisme ke Indonesia yang mengarah pada perilaku-perilaku Radikalisme. Seminar yang diadakan di Auditorium Kampus 1 IAIN Salatiga kali ini menghadirkan dua pemateri handal yaitu Ketua Aswaja Center UNU Jogjakarta, K.H Muhammad Mustafiq, S. Fil dan Dr. Agus Ahmad Suaidi, Lc, Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) IAIN Salatiga.
Kiai Mustafiq mengungkapkan, 60% lebih aktivis Rohis siap untuk berjihad, jihad dalam artian berperang. Ternyata banyak pelajar Indonesia dan aktivis kampus yang tergabung dalam LDK siap untuk melakukan perang. Ini merupakan ancaman serius bagi Indonesia, Perdamaian dunia dan Islam yang rahmatan lil’alamin. Menurutnya, kritis, dinamis dan demokratis menjadi jawaban dari persoalan tersebut.
Seperti apa wajah Indonesia lima atau sepuluh tahun ke depan, dapat dilihat dari realitas sekarang. Maka dari itu, mahasiswa adalah refleksi dari masa depan Indonesia. “Masa depan bangsa ini tergantung apa yang sedang terjadi di dunia pelajar dan mahasiswa saat ini, kalo literasi digitalnya bagus, akhlaknya juga bagus, maka Indonesia dalam sepuluh tahun yang akan datang sudah dapat diwarnai dengan baik,” jelasnya.
Kiai Mustafiq juga merumuskan, ada tiga akar utama yang menjadi penyebab tumbuhnya radikalisme. Yang pertama adalah penafsiran agama yang salah, sering kali paham jihad yang hanya diartikan pada konteks peperangan menjadi akar persoalan tumbuhnya perilaku radikal. Kedua yaitu pencarian identitas dan juga kondisi kesenjangan ekonomi di Indonesia.
Faktor lain yang juga menjadi faktor munculnya perilaku radikal adalah intoleransi. “Intoleransi bisa diartikan tidak menghargai, tidak menghormati agama lain. Intoleransi yang diekspresikan dengan perilaku dan ucapan bisa menimbulkan diskriminasi antar umat beragama yang sangat mungkin adanya kekerasan karena perbedaan tersebut,” imbuhnya.
“Semoga kita bisa istifadah dan mengambil pelajaran dari kedua pemateri. Kita bisa menambahkan dan juga melaksanakan dalam rangka kebaikan sebagai seorang muslim yang moderat,” tutur Sidqon dalam sambutannya.
“Kita sebagai Lembaga Dakwah Kampus (LDK) memiliki peranan penting bagi bangsa untuk mengokohkan mental spiritual generasi supaya mengetahui cakrawala pemahaman radikalisme, nasionalisme, moderatisme serta bisa membentengi dirinya dari pengaruh islamisme. Maka dari harapannya melalui seminar ini kami bisa memberikan kontribusi nyata dan membentengi NKRI dari ancaman-ancaman radikalisme,” tutur Ketua LDK. (Anik/red)