Salah satu sesi dalam rangakaian event Sekolah Lingkungan yang diselenggarakan oleh Mapala Mitapasa (Sumber Foto: Fadlam/DinamikA)
Klikdinamika.com−Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Mitapasa Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga menggelar Sekolah Lingkungan di Aula Kampus 1, Sabtu-Ahad (13-14/7/2024). Lebih dari 29 peserta dari berbagai lembaga, yang didominasi oleh Mapala se-Jawa Tengah, mengikuti kegiatan ini.
Kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati milad Mapala Mitapasa ke-30 itu menyajikan empat materi. Pertama, Paradigma dan Etika Lingkungan dengan pemateri Dera dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jateng. Kedua, Analisis Dampak Pembangunan & Kebijakan Terhadap Lingkungan (Amdal) yang dipaparkan oleh Saefuddin Amsa dari Protection International.
Ketiga, Advokasi Lingkungan yang dibawakan oleh Sakyatsa Restu dari Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Yogyakarta. Terakhir, materi perihal Kampanye Isu-isu Lingkungan dengan pemateri Sabrina Auliya dari Greenpeace Indonesia.
Kegiatan ini menarik, sebab menyajikan materi-materi yang bersentuhan langsung dengan permasalahan yang terjadi dunia saat ini, juga memancing pikiran-pikiran kritis untuk memandang isu dan polemik lingkungan yang terjadi saat ini.
Fio, Anggota Mapala Sabda Pala Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Semarang, mempertegas hal tersebut. Menurutnya, acara ini memang penting. Sebab, isu lingkungan memang hal yang kompleks dan perlu dicerna secara kritis.
“Dan apa, yah, itu lebih membuka pikiran kita tentang ternyata isu lingkungan itu, tuh, ternyata nggak cuma sekedar sampah, tapi ada banyak gitu, iya dari pemerintah, pokoknya dari semua kalanganlah ada plus minusnya,” jelasnya.
Ia juga sedikit menanggapi dengan antusias film dokumenter “Surat Cinta Untuk Pantura”. Film produksi Watchdoc itu sebelumnya ditonton bersama di dalam forum, sebagai rangkaian kegiatan Sekolah Lingkungan.
”Sebenarnya, kalau aku simpulkan, yah, itu semua berkaitan, kayak siklus gitu loh. Jadi, dari yang warga-warga tadi, kan, sempet disampaikan kalau misalkan ada sebuah lokasi di mana kalau misalkan warga itu nggak punya sertifikat, nanti diambil alih oleh pemerintah. Nah, iya, diakuisisi oleh pemerintah,” imbuhnya.
Ketua Mapala Mitapasa, Tufel Faesol Khanafi, menyampaikan komitmen UKM-nya terhadap isu-isu lingkungan hidup.
“Dari Mitapasa akan terus mengadakan event-event perihal pemerhatian lingkungan. Seperti nama dari Mitapasa sendiri, yaitu Mahasiswa Islam Pecinta dan Pemerhati Lingkungan. Nah, untuk kegiatan setelah Sekolah Lingkungan ini, nanti ada seminar tentang Green Wasathiyah Campus,” ujarnya kepada reporter DinamikA, Sabtu (13/7).
“Dan juga kegiatan seminar itu akan dilaksanakan waktu adanya Mahasiswa Baru (Maba). Nah, mungkin kita bisa mengedukasi/memberi pemahaman pada mahasiswa baru itu tadi bahwa UIN Salatiga itu akan menyandang gelar green wasathiyah. Apakaah hanya sebatas sandang gelar atau bagaimana, nanti akan dikupas sampai habis,” imbuhnya.
Tufel berharap banyak pada Mapala-Mapala, yang notabene adalah pecinta alam, untuk lebih aware dan care lagi terhadap lingkungan dengan permasalahan-permasalahan yang ada. Baik kerusakan itu terjadi secara alamiah, atau terbentuk oleh ulah para pebisnis, pemerintah, dan oligarch.
“Semoga Mapala-Mapala pada zaman sekarang itu lebih memperhatikan perihal kerusakan-kerusakan lingkungan. Apalagi, kita itu notabenenya pecinta alam, tidak yang diunggul unggulkan itu malah di bidang adventure-nya. Kita kembali lagi pada nama kita, yaitu pecinta alam,” harapnya. (Fadlan/red)